Pergi

67 6 0
                                    


Hari berganti kembali, dapat kulihat ibuku mulai masuk menyibak gorden kamar, kemudian cahaya yang lumayan silau menyapa ku, membuat ku harus cepat ke kamar mandi agar tidak di omeli.

Selama berjalan ke dalam kamar mandi, ragaku merasakan sakit, kepala ku mulai berputar dan pandangan ku otomatis mengabur begitu aku memandangi pantulan ku di cermin beaar yang menggantung di kamar mandi.

Aku kesulitan untuk bernapas, tangan ku bahkan tak mampu untuk menggengam sebuah pasta gigi dan juga sikat nya. Aku mengerang kesakitan, merasakan sakit yang begitu terasa di belakang punggung ku.

Tidak! Aku tidak boleh lemah, aku tidak boleh menunjukkan rasa sakit ku di depan keluarga ku. Mereka tidak boleh tahu kalau aku lupa meminum obat ku semalam.

Biar saja aku yang merasakan sakit ini, jangan sampai keluarga ku merasa sakit juga karena mereka tak bisa menjaga ku. Keluarga ku itu sudah lebih dari cukup soal jaga dan menjaga. Ibuku tipikal orang yang perhatian pada setiap orang. Dan nampak nya aku juga begitu.

Kuhabiskan waktu sekitar 30 menit di dalam kamar mandi, sekedar mencuci rambut ku dengan sampo, menggosok badan ku dengan sabun cair beraroma cokelat strawberry nya yang khas di hidung, kemudian berakhir dengan aku yang mengenakan pakaian yang kuambil dari lemari.

Kedua kaki ku melangkah, sebisa mungkin menyembunyikan rasa sakit dan sesak yang menyelubungi dada ku. Aku berusaha tersenyum ketika menarik kursi, ibuku mengulas senyum yang sama.

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari hidangan ibu, hanya roti dan juga kimchi yang selalu tersedia di meja. Namun, berkumpul nya keluarga kecil ku ini selalu ku syukuri. Tuhan telah berbaik hati mengirimkan mereka berdua untuk ku.

Selama makan aku hanya diam, mengunyah roti dengan selai cokelat yang notabene nya terasa manis justru terasa hambar di lidahku. Begitu selesai aku segera meminum obat ku, selanjutnya pamit pada kedua orang tua ku untuk pergi ke taman seperti biasa nya.

Kedua orang tua ku selalu tahu kalau aku begitu menyukai musim semi, begitu menyukai bunga Sakura yang kelopak nya berterbangan serta berjatuhan ke atas rumput hijau yang berembun.

Begitu serius nya aku memandangi bunga Sakura, au bahkan sampai tidak sadar sudah sampai di tengah-tengah taman. Taman ini sering di kunjungi banyak orang, kursi taman sudah hampir penuh oleh orang-orang yang datang, meskipun bisa dibilang ini terlalu pagi.

Aku mengedarkan pandangan ku. Berharap menemukan sosok pria yang membuat hatiku tiba-tiba berbunga layak nya taman ini. Kemarin Minhyun berada tak jauh dari sini, di dekat trotoar, lampu taman serta pohon Sakura yang berdiri kokoh dibarisan paling depan.

Sudah ku cari presensi nya, namun aku sa.a sekali tak bisa menemukan nya dimanapun. Aku menghela napas ku, karena lagi-lagi napas ku tersengal-sengal tanpa diminta. Itu mengharuskan ku untuk duduk di salah satu kursi dekat orang-orang yang sedang berfoto ria dibawah pohon bunga Sakura.

Lucu nya, aku terlihat seperti seorang diri, sementara yang lain nya mengajak sesorang yang boleh jadi dikatakan berarti. Aku kapan ya memiliki orang yang disebut kekasih itu, rasa nya akan sulit.

Aku terus duduk disini menunggu mu. Orang-orang yang lewat dihadapan ku terlihat sangat bahagia, jelas hal tersebut terpancar dari wajah yang terus mengulas senyum cerah layak nya cuaca pagi ini.

Suara ketukan jari pada kursi besi menemani ku yang sepi. Aku terus saja mencari presensi Minhyun, kuharap dia akan kembali lagi ketaman ini.

Namun, dugaan ku salah. Sampau matahari terbenam Minhyun belum muncul dihadapan ku. Angan ku rupa nya sangat-sangat mengharapkan kehadiran Minhyun yang nyata nya bukan seseorang yang penting dalam hidupku, aku dan dia bukan siapa-siapa, tidak ada hubungan nya sama sekali.

Hari ini, begitu banyak yang terlewati ; kamu —Minhyun, makanan siang ku, obat ku, dan sore nanti mungkin nyawaku yang berlalu.

Minhyun, apa kamu tidak ingin menemuiku sebelum kamu pergi. Sebelum aku juga pergi. Kenapa kalau kamu pergi tak memberi ku sebuah kabar. Kamu benar-benar pergi ya, Minhyun? Aku masih bertanya tentang masalah mu dan keluarga mu, tapi aku tak bisa bertanya terlalu jauh, tak boleh mencampuri urusan mu malam itu. Karena aku sadar, aku ini bukan siapa-siapa.

Minhyun...,

Aku tidak bisa menemukan mu dalam ruang hitam yang dipenuhi kekosongan. Minhyun, kamu pergi?

***

Last Spring : with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang