Prolog

441 47 5
                                    


"Jen, bulan depan dia bebas... loh..."

"Hah? Bebas? Siapa?"

"Itu, Ji Yong..."

.

.

Senja : Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja : Prolog

.

.

Kabar itu sampai ke telinga Jennie, seketika ia kehilangan fokus. Pikirannya langsung terganggu, bagaimana tidak, orang yang telah menimbulkan trauma berkepanjangan itu akan bebas. Sudah pasti Jennie akan berada di daftar orang yang akan dicari apabila pria itu bebas, mantan pacar Jennie. Kwon Ji Yong.

Astaga. Jennie melepaskan kacamata dan ia mengurut pelipisnya. Ia meletakan pena gambar dan ia dorong jauh dari hadapannya. Kemudian ia segera sibuk dengan ponselnya. Deru nafasnya menjadi tak beraturan tatkala semua kenangan buruk itu kembali menghantui pikirannya. Buru-buru ia meraih botol minumnya dan meneguk air mineral. Namun tetap saja, air tidak mampu meredam kepanikannya. Ia kemudian mencoba untuk tertunduk dan mengatur nafasnya. Namun tangannya yang gemetaran dan irama jantungnya yang berdegup cepat tak bisa ia tenangkan.

"Jennie, are you ok?" seorang perempuan paruh baya, berambut sebahu dengan makeup cukup tebal sedang melintas di dekat meja kerja Jennie pun menghampiri dan memijat tengkuk leher Jennie. Jennie masih tak menjawab pertanyaan dari wanita itu yang ternyata adalah atasannya di kantor.

"Kamu sakit?"

Terpaksa Jennie izin pulang cepat di hari itu. Dan ia berjalan dengan kepala tertunduk, mata yang tidak dapat memandang lurus dan pikiran yang mengawang. Ia menyadari kalau pulang sekarang, naik kendaraan umum mungkin bisa berbahaya dengan isi kepala yang sedang tidak tertata itu. Hingga ia memilih sebuah taksi untuk ditumpangi dan pulang ke rumahnya.

"Jisoo unnie Joon oppa..."

Dan biasanya kalau ia pulang, selalu akan ada seseorang untuk ia peluk dikala dirinya letih. Namun kali ini sosok itu sudah menghilang, Jisoo sudah tidak tinggal bersama Jennie.

"Un-...."

Jennie lupa kalau dirinya kini telah tinggal seorang diri di rumah itu. Ia lantas cepat-cepat naik ke atas dan melompat ke ranjang, menyembunyikan dirinya di dalam selimut dan menangis untuk menenangkan dirinya. Pikirannya nampak tidak karuan, berkali-kali kenangan buruk itu melintas. "Huah!!!" Jennie berteriak dan menjambak rambutnya sendiri. Kepalanya bergeleng ke kiri dan kanan. Tangisannya memecah dan dadanya terasa sesak.

"HUAH!!" teriakannya semakin kencang.

Ia tahu, dirinya mengalami kepanikan. Ia meraih tas yang sebelumnya ia pakai, tas yang ia lempar sesaat sebelum ia menempati ranjang. Ia mengeluarkan ponselnya. Cepat-cepat mencari sebuah kontak nama dan menghubunginya.

Senja [ Jennie Shownu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang