10 - Dialog

246 26 9
                                    

Pagi itu sedikit berbeda, biasanya James dan Shownu mengendarai kendaraan masing-masing untuk menuju kantor karena mobilisasi mereka yang berbeda-beda, namun kali ini mereka berada di dalam kendaraan milik James.

James memulai percakapan, tak lain membahas mengenai kegiatan Shownu dan Jennie di hari kemarin. Soal investor dan kelancaran bisnis Jennie.

"Ya ya ya... akui saja kalau ada rasa cemburu juga disitu..." ucap James sambil tersenyum lebar sesaat setelah mendengarkan rincian cerita di hari kemarin.

"Tidak ya, itu murni secara profesional dan juga... hem... peduli!" sanggah Shownu. James malah semakin tersenyum lebar dan menggeleng.

"Sesungguhnya ada hal yang aku takutkan sedari kemarin... ya itu, bagaimana kalau Jennie tidak jadi berbisnis disini, dia pulang dan tak kembali lagi kesini?" tanya James.

Shownu terdiam, rahangnya pun terlihat seperti mengeras. "I... itu... lebih baik begitu kan, setidaknya dia masih mempunyai kehidupan di kampung halamannya..."

"Iya, dia tidak apa-apa... lah... kamu nya?"

"Ya... ya...-" ucapan Shownu terjeda saat hendak menjawab pertanyaan James. Jelas terlihat kalau ada keraguan dari dalam diri Shownu.

"Ya... ngapain pusing sih... anggap saja teman, kan dia juga kemarin sudah privat belajar selancar denganku ya kuanggap teman seperti yang lain saja... beres, kan?"

Dan James masih saja tersenyum lebar tampaknya ia mengerti kalau setiap ucapan Shownu itu bertolak belakang.

Senja 10 - Dialog

Masih ada beberapa jam lagi sebelum pertemuan kedua berlangsung. Jennie memilih untuk merebahkan dirinya di atas kasur. Sesekali ia menghelakan nafasnya sambil merubah posisi tubuhnya. Hanya ada Rose di rumah dan dalam beberapa jam lagi dia juga akan meninggalkan rumah untuk pergi bekerja.

Tidak sampai lima menit Jennie melamun, ia kemudian bangkit dan menuju lantai dasar. Sambil membawa beberapa potong pakaiannya, nampaknya Jennie hendak mencuci baju kotornya. Ah, mungkin saja persediaan baju yang ia bawa untuk melancong sudah mulai habis dipakai.

Jennie kembali melamun saat menunggu mesin cuci berputar. Gerakan memutar ke kiri dan ke kanan itu seakan menyihir dirinya untuk terus melamun memikirkan segala macam hal. Terutama hal yang masih dipertanyakan, kenapa dirinya selalu membuat keputusan yang kurang tepat.

Ya, sore ini ia harus mengambil sebuah keputusan. Apakah mau melanjutkan bisnis disini atau tidak.

Ada hal yang dapat membuatnya memilih untuk tidak, yakni hal yang diduga oleh Shownu, mengenai Hyungsik yang mesum. Belum lagi di bumbui kalau ternyata Hyungsik dan Kang Joon tidak begitu dekat akhir-akhir ini. Dua sinyal buruk setidaknya ia tidak boleh lengah.

Ia masih terus memupuk mimpi dan secara perlahan mencari alasan lain untuk tetap bisa menetap di Bali.

"Hey... kok melamun?"

Rose memperhatikan Jennie dari kejauhan saat ia keluar dari dalam kamar dan langsung tahu kalau raut wajah yang dipancarkan oleh Jennie adalah pertanda kalau ada pikiran yang sedang membebaninya.

Rose mendekati Jennie dan tak perlu basa-basi lainnya untuk membuat Jennie jujur kepadanya. Sebab Jennie telah merasakan kalau Rose adalah orang yang sangat baik dan mampu menjadi pendengar untuk dirinya.

"Ya... setiap keputusan pasti akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda juga... tinggal bagaimana menyikapi saat memilihnya dan menanggulangi kalau-kalau keputusan yang telah diambil itu dirasa salah... mungkin bisa lakukan sedikit revisi agar tidak melenceng jauh... itu pun kalau memang layak dipertahankan... sebab tidak semua jawaban dari keputusan yang salah itu adalah melarikan diri..."

Senja [ Jennie Shownu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang