~16

13 2 0
                                    

Hijrah atau Sekedar Ganti Casing?

Kalau hijrah dimaknai sebagai perubahan gaya berpakaian, mari kita bahas dari sisi ini. Mengubah gaya berpakaian; dari pakaian yang tidak menutup aurat kepada pakaian taat adalah kemajuan besar. MasyaAllah. Prosesnya bisa jadi berat bagi sebagian orang.

Sadarkah kita bahwa perubahan zaman ini luar biasa? Bagaimana tidak? Dahulu, sangat sedikit wanita muslimah yang berhijab. Di antara mereka banyak yang dicurigai macam-macam. Hijab adalah barang asing pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu, mulai banyak muslimah yang berhijab. Walaupun cibiran dan hinaan masih kerap mereka dapatkan. Namun sudah banyak juga orang yang menerima hijab. Sekarang? Hijab bukan lagi barang baru, bahkan hampir setiap saat kita temui, kata ‘syar’i’ melekat mendampinginya.

Dapat kita saksikan betapa banyak toko offline maupun online yang menggelar lapak berjudul “Hijab Syar’i”. Begitu banyak kita temui mode-mode baru bermunculan dengan berbagai macam gaya dan beraneka warna. Ya, hijab, syariat Allah yang mulia ini telah diindustrialisasi.

Ketika syari’at sudah diindustrialisasi, maka berhijrah akan kehilangan esensinya. Orang-orang akan lupa tentang kesederhanaan dalam berpakaian, lupa akan makna hijab yang sebenarnya; menutup, bukan mempercantik. Mau tidak mau kita harus mengakui, bahwa banyak pelaku hijrah terjerembab dalam tren berpakaian ini.

Wahai saudariku, para muslimah shalihah, sudah semestinya kita move on dan membuka pikiran kita. Makna hijrah tidak sesempit itu. Hijrah adalah bergerak mendekat kepada Allah. Jadi, apabila pakaian yang selama ini kita anggap sebagai indikator hijrah itu tidak bisa membuat kita lebih dekat dengan Allah, lalu apanya yang hijrah?

Apabila pakaian syar’i yang ‘menutup’ itu membuat kita semakin ingin dilihat, ingin dipuji, atau ingin dikenal di dunia nyata maupun maya, lalu apanya yang hijrah? Apabila pakaian yang kita kenakan itu membuat kita tampil lebih cantik dengan mode dan warna menarik ala zaman now, lalu apanya yang hijrah?

Lupakah kita dengan perkataan sahabat mulia Mu’adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu? “Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan tawadhu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan ia disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)

Kita harus ingat bahwa kita hijrah untuk siapa? Kita berpakaian untuk mengharap keridhaan siapa? Apakah manusia atau Allah? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.

Saudariku, hijrah itu berat, namun istiqamah lebih berat. Kita harus selalu menjaga kelurusan niat dan kebenaran amal. Hijrah bukan hanya sekali, namun harus terus kita lakukan sampai kita mati. Bergerak dari keburukan menuju kebaikan, berpindah dari amalan yang biasa-biasa saja kepada amalan luar biasa, terus begitu sampai maut menjelang. Semoga Allah meneguhkan kita di atas agama-Nya. Amin.

Repost : Group WA ST HIJRAH 10
IG: pebrianty9798

Quotes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang