2

3 1 0
                                    

Jumat, 24 Juni 2016

"Sekar, jam 5 Kar! Hari pertama masuk"

"Hooooaaammmmm. Iya Bu"

Alarm alami dari Ibu. Ia memang tak perlu lagi aplikasi alarm di HPnya. Baginya, Ibu menjadi alarm segala hal. 

Huh, dingin banget..

Batin sekar dalam hati. Matanya segera mencari tahu keberadaan HPnya. Walaupun lokasi rumahnya pelosok, tetapi sinyal masih bagus, lancar untuk berselancar ke dunia maya.

Informasi mengenai suhu di HPnya membuatnya tak ingin beranjak dari kamar. 14 derajat C kawan!. Ini gila, dinginnya menusuk hingga tulang. Seketika membuat tubuhnya beku.

"Mbak, aku pake kamar mandinya dulu. Lama sih!" Ujar adikku, Ulhaq.

"Yeee, dasar, sisain air hangatnya buat aku." Kataku yang hendak melempar guling ke arahnya.

"Siap Kapten. Laksanakan!" Suaranya ia buat seperti komandan upacara tujuhbelasan.

Sekar hanya tersenyum, dan melanjutkan kegiatan berbaringnya di kasur. Selimutnya ia tarik kembali hingga menutupi badannya sampai ke perut. Memang, saat ini yang terbaik hanya tidur dengan selimut tebal.

Tak lama setelah berbaring...

"Looo, Sekarr! Bangun, jam berapa ini? Salat subuh terus siap-siap sekolah!" Suara lantang ibu terdengar tidak kalah dengan suara pengumuman dengan alat bantu pelantang suara atau speaker.

Astagfirullah... Aku ketiduran...

Lihatlah, ia langsung sigap berdiri dan berlari ke kamar mandi. Naasnya, kedua kamar mandi rumahnya penuh. Sisi kiri dipakai bapak, kanan dipakai adik.

3 menit setelahnya, adiknya sudah selesai mandi. Air hangat tersisa satu ember. Terlintas senyum kecil di bibirnya. Biasanya adiknya menjadi penyulut emosinya, tetapi pagi ini adiknya memang sedikit membantunya. Tak perlu lagi ia menyalakan water heater  yang harus dinyalakan manual.

Tanpa basa-basi, ia masuk ke kamar mandi dan wudu terlebih dahulu. Selepas itu, ia kembali ke kamarnya untuk salat subuh sehingga nanti ketika mandi airnya masih hangat, kemudian ia bersiap ke SMA impiannya.

Pagi dingin ini, ia belum tahu, awal perjalanannya sudah dimulai. Awal kisah remajanya sudah tercatat. Ia juga belum tahu, semua lukanya mulai muncul pada masa ini.



HariWhere stories live. Discover now