Adzan dzuhur berkumandang. Langkah kakinya membawanya ke masjid Daarul Mustanir. Ia masuk kedalam masjid dan meletakkan tas ranselnya di bagian belakang shaf wanita. Bismillah, insyaAllah aman, batinnya.
Ia bergegas ke tempat wudlu sebelum antrian bertambah panjang. Namun sepertinya ia kalah cepat, ternyata sudah banyak yang mengantri di depan tempat wudlu. Ada rasa sedih juga haru di matanya. Sedih karena harus menunggu lama untuk sampai pada gilirannya dan sepertinya rasa haru itu muncul karena melihat semua mahasiswi memiliki kesadaran yang tinggi untuk bergegas melaksanakan sholat. Sebuah pemandangan yang belum pernah ia temukan sebelumnya sampai ia masuk ke Universitas ini.
Ia keluar dari tempat wudhu sambil merapikan lengan jilbabnya lalu berjalan memasuki masjid.
Ia bergegas menuju sudut kiri bagian belakang shaf wanita untuk mengambil mukena. Tapi sepertinya semua mukena sudah terpakai. Ia menghela nafasnya pelan. Buru-buru ia menghampiri tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang berbentuk bulat. Ia membuka gulungannya. Oh ternyata itu adalah kaus kaki, dan sepertinya masih bersih.
Ia pun mengganti kaus kaki yang sedang di pakainya dengan kaus kaki yang baru ia keluarkan dari dalam tasnya. Disimpannya kaus kaki yang baru di lepasnya ke dalam tasnya bagian samping. Ia bergegas memasuki shaf yang masih kosong. Alhamulillah ia tidak ketinggalan untuk sholat dzuhur berjamaah, meskipun tidak sempat melakukan sholat sunnah qobliyah.
Selesai sholat berjamaah para jamaah lain bertukaran posisi, ia juga terlihat berpindah tempat dari shaf awal ia sholat. Mereka semua melakukan sholat ba'diyah dzuhur. MasyaAlah, sungguh pemandangan yang menyejukkan mata
Tak lupa pula mereka berdo'a setelah sholat sunnah selesai. Ia pun terlihat khusyu' berdo'a sambil menadahkan tangannya. Di setiap do'anya ia selalu merasa bersyukur akan nikmat iman yang sekarang sedang dirasakannya. Dalam do'anya, ia berharap semoga kenikmatan itu juga dapat dirasakan oleh saudaranya di luar sana.
Tak lupa ia juga menyelipkan do'a untuk saudaranya yang sedang terzolimi di berbagai belahan dunia. Agar sesegera mungkin mereka di bebaskan dari aksi biadab orang-orang yang mendzolimi mereka.
Sesekali ia menyeka matanya yang mulai bercucuran air mata. Raut mukanya terlihat sedih, sedih karena untuk sekarang hanya sebuah do'a yang bisa ia kirimkan untuk membantu saudaranya disana. Sembari tersedu, ia meyakinkan tekad untuk membantu saudaranya. Selain dengan do'a adalah dengan dakwah. Ia meminta kepada Rabbnya agar di istiqomahkan di jalan ini sampai akhir hayatnya. Ia menutup do'anya dengan do'a sapu jagat. Meminta kebaikan di dunia dan akhirat untuknya dan untuk seluruh kaum muslimin, serta meminta dijauhkan dari api neraka. Aamiin. . .
Selesai berdoa Ia bangkit menuju tempat tasnya diletakkan. Ia mengganti kaus kakinya. Kaus kaki yang bersih ia gulung kembali dan di letakkannya ke dalam tas, sebagai cadangan untuk sholat.
Ia merapikan tasnya, lalu memakainya ke pundak. Ia melihat ke arah cermin yang ada di sampingnya sambil merapikan pet kerudungnya. Sambil merapikan kerudung, ia teringat akan sesuatu. Tangannya merogoh ke saku jilbab. Ia mengeluarkan hp, dan menghidupkan layarnya. Waktu menunjukkan pukul 12.47. Ia teringat akan janjinya dengan mbak Dea. Ia pun bergegas keluar dari masjid dan berjalan menuju taman yang ada di samping masjid.
Dari kejauhan ia melihat 3 orang akhwat sudah duduk di bangku taman. Salah satu dari mereka melambaikan tangan ke arahnya. Ia pun membalas lambaian tangan tersebut dengan senyuman. Sambil terus berjalan ke arah 3 akhwat tadi, ia terus bergumam. Ia mengingat-ingat materi yang akan disampaikannya nanti. Meskipun ia sudah sering ngisi, tapi persiapan materi sangatlah penting agar tidak terjadi kesalahan saat menyampaikannya.
Ia menghampiri ketiga akhwat tersebut. Mereka bersalaman sambil memperkenalkan diri masing-masing. Salah satu dari mereka bernama Rani, nama yang dimaksud oleh mbak Dea tadi. Ia memang sudah lumayan kenal dengan Rani karena Rani sering main ke asrama untuk menemui mbak Dea. Sedangkan kedua teman Rani bernama Dewi dan Susan. Mereka bertiga berasal dari Universitas yang sama dengannya. Namun mereka bertiga tidak tinggal di asrama karena rumah mereka dekat dengan kampus.
Itulah perkenalan singkat antara ia dengan Rani dan teman-temannya. Mereka berempat duduk melingkar di rerumputan, karena tidak muat jika duduk di bangku. Kajian pun dimulai. Ia memulainya dengan salam, basmallah, al-fatihah dan do'a belajar. Rani dan kedua temannya khidmat mendengarkan arahannya. Sejenak suasana menjadi hening. Masing-masing mereka terlarut dalam doa.
Setelah selesai berdo'a, ia pun memulai menyampaikan materi. Materi ia sampaikan secara runut. Mulai dari Aqidah, hukum Syara', hingga ke perjuangan ummat islam. Alhamdulillah ia dapat menyampaikannya dengan lancar.
Setelah materi di sampaikan, sesi tanya jawab pun di buka. Ternyata Rani dan kedua temannya banyak bertanya tentang materi tadi terutama mengenai perbedaan antara jilbab dan kerudung yang masuk pada materi hukum syara'. Iapun menjawabnya dengan sabar dan terperinci.
Yang dimaksud dengan jilbab ialah pakaian yang berupa lorong panjang yang menjulur dari kepala hingga ke kaki atau biasa kita sebut dengan gamis, sesuai dengan tafsiran surah Al-Ahzab ayat 59. Sedangkan yang dimaksud dengan kerudung ialah kain yang menutupi kepala hingga ke dada, sesuai dengan tafsir Al-quran Surah Annur ayat 31.
Alhamdulilah Rani, Dewi dan susan paham dengan jawaban yang disampaikannya. Rani berkata bahwa sebelumnya mereka tidak tahu apa perbedaan jilbab dan kerudung. Setahu mereka jilbab dan kerudung adalah sama hanya bedanya kalau jilbab itu lebih panjang sedangkan kerudung sedikit lebih pendek.
Ia bersyukur karena bermukim di asrama. Ia banyak mendapatkan ilmu tentang islam dari Asrama Al-mustair. Selain itu latihan khitobah setiap jum'at pun sangat bermanfaat untuk melatih mentalnya berbicara di depan umum. Sehingga ia bisa paham dan sanggup menyampaikannya kepada para muslimah yang belum terlalu paham islam.
Seletah kurang lebih 2 jam mereka berbincang, kajian pun di tutup dengan istighfar tiga kali, doa penutup majelis dan hamdalah. Mereka berempat bergantian bersalaman. Sambil mengucapkan terimakasih padanya. Setelah selesai, mereka berempat berjalan menuju gerbang universitas dan merekapun berpisah disana. Rani dan Susan menaiki angkutan umu dan Dewi berjalan ke arah kanan. Sedangkan ia masih berdiri di gerbang bagian pinggir. Seperti tadi pagi, ia menunggu jalanan lumayan sepi barulah ia menyeberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IA
RandomIA _ Adalah aku dari sudut pandang orang ke tiga. Menceritakan tentang kegiatan sehari-hari seorang muslimah yang bermukim di Asrama, dengan kegiatan kuliahnya dan kesibukannya berdakwah.