First Day (Meet Them!)

4.5K 325 48
                                    

"Cha, udah siap semua?"

Dari ambang pintu kamar, suara berat menginterupsi gerakan remaja bongsor yang tengah memasukan buku ke dalam tas gembloknya. Achaㅡnama remaja bongsor ituㅡ mendongakkan kepalanya. Tatapan matanya bertemu dengan milik si suara baritone yang menyapanya tadi. Ia mengangguk sembari merisleting tasnya. "Udah kok, bang. Buku, tempat pensil, name tag, all done!"

"Handphone gak dibawa?"

"Enggak, kata kakak pembimbingnya gak boleh bawa hp,"

"Loh terus aku jemput kamu nanti gimana, Cha?"

Acha menyampirkan tas pada punggungnya, kemudian menghampiri si yang lebih tua di ambang pintu. "Gampang, aku bisa naik ojek, sih. Kan aku udah SMA!"

Jawaban Acha mengundang kekehan dari si abang. Ia meraih dasi yang terikat asal di kerah Acha, merapikannya dengan santai. "Udah SMA pake dasi aja masih gak bener, gini nih udah gede?"

"Ish, yaudah sih! Di SMP-ku kan gak pake dasi," gerutuan Acha membuat yang lebih tua tidak tahan untuk mencubit pipi gempal yang lebih muda. Meski sudah menjadi siswa SMA dengan tinggi seratus delapan puluh senti, tapi baby fat di pipi Acha belum sepunuhnya hilang, membuatnya terlihat seperti bayi raksasa. Maka jangan heran kalau pemuda itu selalu gemas ingin mencubit pipi Acha. Cubitan itu cukup kuat hingga Acha mengaduh keras.

"IH BANG EJA MAH! SAKIT TAUU," Acha mengelus-elus pipinya yang meninggalkan rona kemerahan. Yang dipanggil Bang Eja hanya tertawa keras lalu berjalan mendahului Acha menuju altar apartemen. Ia meraih kunci mobil di atas laci sepatu. "Kalo udah siap, yuk lah berangkat ntar telat dihukum OSIS loh,"

"Aku belom sarapan loh bang?"

"Nanti drive-thru aja sekalian buat bekel kamu. Makanan abis semua belom belanja," Eja menoleh ke belakang lagi mendapati Acha masih berdiri di depan pintu kamar. "Yuk?"

-

Mobil Porsche hitam itu akhirnya berhenti tepat di gerbang SMAN 101. Jam di atas gerbang sekolah menunjukkan pukul 06.51. Sembilan menit lagi gerbang ditutup. Acha menghela napas lega, setidaknya ia tidak jadi dihukum karena telat di hari pertamanya di SMA. Meski hari ini belum berlangsung kegiatan belajar-mengajar, tetapi hari ini sampai tiga hari kedepan ia harus mengikuti masa orientasi untuk mengenalkan lingkungan sekolah, dan tentunya hukuman sudah mulai diberlakukan.

"Nanti jadinya pulang jam berapa, Cha?" Eja memulai melongok mencari parkiran di dalam sekolah. Karena hari itu adalah hari pertama sekolah, tentunya sekolah menjadi sangat ramai. Ia cukup kebingungan untuk memarkir mobilnya. Acha yang sedang melepas seatbelt di samping kiri Eja menjawab tanpa menoleh. "Kata kakak pembimbingku jam dua belasan sih udah pulang, tapi gak tau pastinya," Acha menatap ke depan; hampir tak terlihat lagi lahan kosong untuk mereka parkir, maka ia melanjutkan, "Gak usah parkir, bang. Turunin aku di sini aja gak papa. Nanti aku telat upacara kalo abang kelamaan cari parkir."

"Yaudah," Eja memberhentikan mobil di samping pos satpam sekolah setelah sekali mengelilingi lapangan parkir dan tak kunjung menemukan tempat kosong. Saat Eja hendak bicara lagi, Acha keburu menginterupsi. "Nanti gak usah jemput aku bang, aku belum tau pulang jam berapa pastinya. Daripada abang jemput tapi nunggu lama terus kita cari-carian, aku naik ojek aja."

"Gapapa, aku gabut juga hari ini. Apa perlu aku nungguin aja di sini sampe pulang?"

"Ish ngapain siiiih emang aku anak TK ditungguin sekolah?!"

Eja hanya terbahak melihat respon yang lebih muda. Ia kembali meraih pipi Acha namun tangannya segera ditepis bahkan sebelum ia mencuwil pipi chubby remaja di kirinya itu. "Iya iyaaa, yang udah gede, udah masuk SMA mah beda," Eja mengacak rambut Acha yang mengundag erangan kesal dari si yang lebih muda. "Sana ke lapangan."

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang