A STORY

7.6K 1.5K 401
                                    

Sorry for my sooo long hiatus:(
Aku sibuk banget, maaf:(


Ayo lah jakendor buat vote and comment💚💚

Drama terjadi disana, pisau itu masih berputar-putar seperti memiliki nyawa setelah Jaemin menjadi korban tadi.

Hina menangis melihat luka Jaemin yang cukup dalam. Tangannya robek dan butuh jahitan secepatnya. 
Mereka hanya mempunyai alat kesehatan seadanya yang dibawa Hina. Luka parah itu kini hanya terutup oleh baju cadangan Jeno yang sudah disobek dengan sekuat tenaga tadi. Setidaknya luka itu tertutup agar tidak ada bakteri yang masuk dan memperparah keadaan.

Mbah Cipto berusahan menaklukan pisau itu dengan kalimat kalimat yang daritadi terlontar dimulut nya. Tangannya mengarah ke pisau itu, entah itu doa atau mantra tidak ada yang peduli karena semua sibuk pada Jaemin. Namun Renjun juga daritadi memperhatikan kegiatan mbah Cipto mengendalikan pisau itu. Ia membantu melafalkan doa agar semuanya selamat.

"Wong kui dudu sasaranmu! Wonge ana ning nduwur! Ojo larani wong-wong seng rak reti opo-opo iki!" ucap mbah Cipto pada pisau itu. Setelah mantra atau doa yang dilontarkan mbah Cipto selesai, pisau itu tiba-tiba terjatuh dan tertancap di tanah.

Mbah Cipto perlahan mengambil pisau itu dan meletakkan nya ke peti emas tadi.

"Le, kamu bawa batu safir?" tanya mbah Cipto pada Jaemin. Dan Jaemin hanya mengangguk karena tidak mampu berkata-kata lagi.

"Pantesan. Dia ngincar siapapun yang pegang batu itu. Karena dia tau siapa yang harusnya dibunuh"

Kemudian mbah Cipto menyimpan peti itu didalam tas karung miliknya.

"Bisa jalan ndak?" Tanya mbah.

"Bisa kok. Gapapa ayo lanjut aja" ucap Jaemin

"Kamu jangan dekat-dekat sama saya. Nanti pisau nya nyerang kamu lagi" dan diangguki oleh Jaemin.

Dan begitu mereka melangkah beberapa meter, angin kencang berhembus mengakibatkan ranting-ranting rapuh berterbangan dan semuanya melindungi diri menggunakan tangan, menghindari agar wajahnya tidak terkena sayatan ranting.

Angin semakin kencang hingga akhirnya berhenti. Namun perlahan rintik hujan turun membasahi gunung itu.

"Buka ponco kalian" ucap Lucas dan semuanya menuruti. Mereka memakai ponco mereka masing-masing.

"Mbah Cipto gapunya ponco?" tanya Mark. Dan ia menggeleng.

"Ndakpapa saya sudah biasa"

Mbah Cipto hanya menutupi badan nya dengan tas karung miliknya.
"Mbah" Chenle yang ada dibelakangnya memanggil.

Mbah Cipto menengok ke belakang.

Chenle menyerahkan payung lipat berwarna hijau motif katak miliknya ke mbah Cipto.

"Sebelum berangkat mama saya nyuruh saya bawa payung, katanya sedia payung sebelum hujan"

Mbah Cipto mengambil payung itu "makasih nak"

Mereka kemudian melanjutkan perjalanannya untuk sampai ke atas.
Sepanjang perjalanan, Jaemin dan Renjun meringis menahan luka masing-masing. Meskipun terbungkus ponco, tetap saja basah karena adanya embun dibalik ponco mereka, terlebih renjun yang luka nya tidak sepenuhnya terbalut.

Didepan sana ada Lucas, dan dipaling belakang ada mbah Cipto yang sedang memegang payung imut Chenle.

Aroma tanah menemani perjalanan mereka hingga mereka sampai di pos tiga.

INDIGHOST | NCT DREAM [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang