3. Pernyataan Perasaan

650 136 14
                                    

Hari ini, jam pertama kelas gue, 12 IPA 2, olahraga. Setelahnya disambung dengan kelas 12 IPA 1 yang juga olahraga.

Untuk informasi aja, gue sekelas sama Jungmo, sedangkan Yunseong dan Yohan berada di kelas yang sama yaitu 12 IPA 1 bersama Siyeon dan Yeji. Dani berada di kelas 12 IPA 3, kasian banget temen gue sendirian terus dari dulu.

Kalau kalian bertanya-tanya mengenai bagaimana bisa kami bergerombol dan jadi temen deket, maka jawabannya adalah karena drama kerajaan bahasa Inggris waktu kelas 10. Kita semua satu kelompok, bikin grup, dan nggak pernah ada yang keluar. Pernah sih, tapi diundang masuk lagi. Selalu begitu.

Lama kelamaan ya jadi temen deket. Di kelas 10 dulu sering sekelompok bareng, main bareng, dan sampai bolos juga bareng. Tipikal anak baru dewasa, semua harus dilalui bersama-sama.

"Minumnya jangan ketinggalan!"

Gue menoleh dan melihat Eunbin sudah berdiri di ambang pintu sambil memegang botol minumnya sendiri. Gue mengacungkan jempol dan beringsut mengambil botol minum berwarna biru muda yang berisi satu liter air. Biasanya kadang masih kurang sih karena gue butuh asupan air mineral lebih banyak.

Begitu selesai, gue menenteng botol minum dan hendak menuruni tangga untuk ke lapangan bawah. Tapi, gue memperlambat jalan ketika melihat Jungmo dan Yunseong lagi ngobrol berdua di koridor lantai atas sambil melihat ke arah lapangan. Gue duga sih kelas Yunseong ini lagi jam kosong karena pagi ini dia dapet pelajaran Sejarah wajib yang gurunya dikenal males masuk dan cuman nyuruh presentasi anak muridnya aja. Jungmo sendiri udah ganti baju menggunakan baju olahraga.

"Gue masih ngebayangin. Kalo lo di kelas gue ya, pasti lo pusing."

"Bisa aja anjir. Nanti dua-duanya gue ambil dong."

"Ya lu bayangin dong, ada Chaewon nih mantan lo jaman SMP, terus ada Chaeyeon juga, mantan gebetan lo yang dikitttt lagi jadian tapi sayang lu di php-in. Lu cuman jadi tempat nanya soal Fisika doang. Sabar ya."

Gue terkekeh dalam hati. Emang manusia-manusia brengsek macam Hwang Yunseong seharusnya dikurung aja nggak boleh keluar.

"Ish, olahraga!"

Gue menyentil bagian belakang kepala Jungmo dengan jari. Cukup kuat sampai beneran membuat Jungmo mengaduh kesakitan.

Otomatis Yunseong dan Jungmo menoleh ke arah gue. Gue langsung menarik baju olahraga Jungmo dan membawa anak itu turun tangga dan untungnya Yunseong nggak bereaksi apa-apa.

"Sakit banget aduh medula oblongata gue, Shei. Ya ampun kalo gue bego lo harus tanggung jawab ke nyokap gue!"

"Lagian ngomongin cewek mulu sama Yunseong!"

Jungmo melirik gue dengan alis yang tertaut saking dahinya mengerut banget.

"Lah, lu juga pasti sering ngomongin cowok lah."

"Nggak tuh."

"Ngelak terosss!"

Gue berjalan dengan cepat mendahului Jungmo sambil menutup telinga, berpolah nggak denger. Setelah sampai di lantai hijau tempat dimana anak kelas gue ngumpul sebelum pemanasan, gue bisa melihat Sunwoo, si ketua kelas, berdiri di depan.

"Pak Seungwoo nya nggak ada. Dikasih waktu buat latihan senam lantai dua jam pelajaran. Buat yang cewek, nggak usah pakai hand atau headstan. Yang cewek berhenti sampai kayang aja."

Kenapa sih.... dia baru ngasih tau. Kalau tau begini gue kan nggak bakalan ganti baju olahraga. Sumpah, nyebelin banget ini Sunwoo.

Akhirnya gue dan temen-temen duduk di atas lantai hijau buat nungguin matras yang lagi diambil di ruang olahraga. Setelah itu, datang tiga matras. Dua matras untuk dipakai buat perempuan dan satu matras untuk yang laki-laki karena emang lebih banyak murid perempuan.

"Shei?"

"Apaan?"

Gue menoleh dan melihat Jungmo duduk di sebelah gue. Dia nyengir hingga menampilkan deretan gigi rapih bekas dibehelnya dulu. Tangannya menunjuk satu spot sekolah yaitu sebuah pohon rindang dengan daun yang sangat banyak yang tentu saja bikin adem. Di bawahnya ada satu bangku taman dan ada dua orang yang lagi duduk disana.

Iya, Yunseong dan Chaewon.

"Gangguin, yuk?"

"Hah?"

"Yunseong lagi pendekatan itu. Gangguin aja, yuk? Lo sih belajar mulu, nggak muncul di batas."

Gue mencerna ucapan Jungmo dengan hati-hati. Sangat hati-hati karena gue nggak mau salah paham.

Pendekatan.

Yunseong sama Chaewon.

Mantan waktu SMP.

Ini... mereka CLBK apa gimana? Shit, geli banget anjir bahasanya. Dangdut abis.

"Nggak mau. Lo aja sono, gue nonton."

"Ah lo mah dasar."

Gue terkekeh pelan, pura-pura nggak apa-apa padahal... no, i'm not that strong.

"Diem aja, cewek."

Baru aja Jungmo angkat kaki, lalu muncul sosok sang wakil ketua yang sering banget mangkir dari tugasnya dengan alasan Sunwoo bisa ngerjain semuanya sendiri, padahal dia cuman nyari excuse biar bisa nyebat tanpa diganggu.

"Ngapain?" tanya gue dengan ketus. Selain Jungmo, cowok ini juga sering banget godain gue. Bahkan waktu itu sepatu gue sampe ditaro di atas AC yang lagi mati. Gue berakhir pulang pake sendal dan sepatu itu baru balik keesokan harinya.

Namanya Jeno, btw.

"Merhatiin lo yang lagi merhatiin orang lain."

Gue mendongak dan melirik Jeno yang sekarang memandang lurus ke arah yang sama dengan apa yang gue lihat; pemandangan Yunseong dan Chaewon yang lagi duduk berdua dan mereka terpaksa bangun karena Jungmo iseng banget ngelempar belalang ke Chaewon sedangkan Yunseong malah marah-marah ke Jungmo.

"Ngapain merhatiin gue, sih? Suka lo sama gue?"

"Bagi gue, lo... obvious banget. Gue nyesel dia nggak ngerasain hal itu."

Gue dan Jeno mungkin nggak akur, tapi Jeno adalah sosok tidak terduga yang selalu aja muncul ketika gue susah dan sendirian. Gue sama Jeno pernah ngegalau di pojok kelas sambil nyetel keras-keras lagu Sad Song dengan speaker kelas. Dilanjut dengan lagu-lagu galau indie yang lain.

Pola pikir Jeno lebih maju dan pengertian selangkah daripada temen-temen gue yang lain.

"Maaf, gue nggak bisa bantu apa-apa."

Rasanya, mendengar Jeno ngomong begitu bikin gue jadi mau nangis.

"Lo nggak salah, ngapain minta maaf," jawab gue sebisa mungkin terdengar biasa dan santai, padahal mata gue udah panas banget. Mungkin, sekali berkedip aja air mata bakal luruh.

"Gue tau rasanya gimana dan gue nggak mau lo nyesel. Menurut gue, lo coba nyatain perasaan lo aja."

Gue mengulas senyum kecil.

"Iya, Jen. Ini gue mau confess perasaan gue ke dia. Tapi, emang ada beberapa hal yang masih gue pertimbangkan dan gue butuh skenario terburuk dari segala hal yang akan gue sebabkan nantinya."

🌻

Yang mau gue tekankan disini adalah....

Ini fiksional. Fik.si oke? Nggak usah serius-serius hahaha.

Tp dari bagian di atas emang ada beberapa hal yang beneran sih.

Dan juga tolong, jangan hate siapa pun ya.

Freunde First | YunseongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang