Ada beberapa hal yang tak dapat dicampuri dengan tangan kita Takdir adalah salah satunya. Kita tak pernah tau akan ditakdirkan dengan siapa, boleh jadi yang amat begitu diidam idamkan bersanding dengan yang lain. Bukan Tuhan jahat mungkin kita yang belum siap atau rencana-Nya yang lain lebih indah. Ingat kita hanya manusia biasa, akal kita tak tau apa yang terjadi esok lusa maka bersyukurlah.
-ustadzah latif-
Kajian minggu pagi di mesjid kampus menampar ku amat keras, mungkin ustadzah benar aku terlalu keras mempertahankan seseorang yang entah berantah dimana sekarang, aku terlalu amat yakin akan dipertemukan dengan husein kembali, padahal husein bahkan mungkin tak tau siapa namaku sama sekali.
Oh ya hari ini aku berjanji akan lari pagi bersama dina keliling kota di bandung, katanya aku harus merefresh hati dan perasaan ku, dan menurutku itu tawaran yang bagus karena seharian kemarin waktu ku habis hanya karena menangis di kosan. But, i feel be better
"INCEEES READDYY!!" Teriak suara di halaman kosan
"Berisik woy!!" Jawabku padanya
(Aku meghampiri dina)
"Yuk berangkat." Ajak ku pada dina
"Wait, ada orang yang harus kita tunggu satu lagi."
"Bukan nya cuman berdua ya?" Tanya ku aneh
"No, i don't say kita cuman berdua cantik." Ucap dina
"HI GIRLS" sapa laki laki bermata sipit kepada kami
"Loh dia siapa?" Heran ku
"Oh ya ini mas ku, namanya senjaya dia sekarang mau naik semester 8 di UGM jurusan psikolog, kebetulan dia lagi berlibur disini."
"Ohh"
(Sambil ku mengangguk)
"Ya udah yuk." Ajak dina
Setengah jam kemudian
"Akhirnya...."
(Aku dan dina duduk)
Namun tidak dengan senjaya dia tiba tiba menghilang ketika kami duduk.
"Eh lo kenapa?" Tanya ku pada dina
(Dina kaki nya ngga bisa diem)
"Gue kebelett :( " jawab nya
"Kalo kebelet ya pipis lah, bukan curhat."
"Iya iya, gue pipis dulu ya rein. Awas ada husein." Ledek nya sambil menjulurkan lidah
"Apaan sih lu ngga lucu."
Sambil menunggu dina yang sedang pipis aku buka handphone ku, aku berniat men- scrool Ask.fm namun seketika foto husein berada di paling atas beranda ku sama seperti hari hari lalu air mataku hampir jatuh lagi
"Ehm lagi ngapain?" Suara bulat itu mengagetkan ku
(Aku lansung menghapus butiran air mata yang akan jatuh)
"Ehh mas, ehh kang ehh........." kaget ku
"Panggil aja aku ajay, jangan manggil aku mas dan kang ahh aku ngerasa tua banget." Respon nya
"Oh ya ajay ya hehe."
(Sambil tersipu malu)
"Emh udah lama suka Scroll-in medsos orang." Tanya nya menampar ku
"Iya, semenjak banyak gabut nya aja." Jawab ku sambil tersenyum
"Sebernarnya banyak ko pekerjaan yang harus kamu lakuin dari pada nge-Scrollin orang dimedia sosial, apalagi kalo malah menyakiti diri sendiri."
Entah kenapa dari tadi mas mas ini nyinggung gue mulu kaya ada dendam tersendiri gitu.
"Ahh bisa aja jay."
"Kamu yang bisa sekali nyakitin diri sendiri." Jawab nya menusuk hati
Senjaya ini bikin aku enek sungguh.
"Oh iya, aku beliin kamu air nih. Diminum ya, semoga bisa menyembuhkan hati."
'anjir ni orang maksudnya apaann ya, ko tajam banget omongan nya'
(Dalem ati)
"Tenang, aku bukan peramal yang tau perasaan kamu ko. Aku diceritain dina tentang kamu dan.. "
"CIEEE....." dina merebut air mineral ditangan ku
"Ciie apaan sih lo ih." Sinis ku
"Ciiee gue juga haus bambang, masa cuman gue yang ngga dapet air sih."
Aku dan senjaya hanya bertatap sinis pada dina
Pertemuan ku hari itu mampu merubah anggapan ku pada nya, aku merasa dia bukan hanya cocok menjadi seorang psikolog tapi cocok juga jadi nominasi terjulid , bukan hanya karena kejujuran nya aja, tapi keberanian nya terhadap orang baru juga bagus ditiru. But, for me that is annoying.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Mu
Short Story"Aku mencintaimu." "Aku juga sangat mencintai mu tapi maaf Rabb ku lebih mencintai ku." aku tak berniat meninggalkan, tapi cintaku pada rabb ku tak ingin kuduakan. Jangan lupa tinggalkan jejak guys.