Chapter 6

32 7 2
                                    

  Alhamdulillah setelah 6 hari sudah aku membantu dina membuat kue akhirnya hari ini aku akan pulang juga ke garut. Sebuah tiket kereta  telah ku pesan  tadi pagi di sebuah aplikasi karena rencana ku hari ini adalah kerumah dina dan langsung ke stasiun, aku sudah rindu sekali ibu dan ayah.

"Jadi pulang lo?" suara yang keluar dari mata yang masih terfokus pada adonan kue nya

"Jadi dong din, gue udah kangen berat sama mereka."  senyum ku padanya

"Eh bentar gue kekamar dulu ya ngambil sesuatu."

(Aku hanya mengangguk menyetujui ucap dina)

Setelah dina pergi, keheningan mulai menyergap. Suara seseorang memecahkan lamunan ku

"Zah."

"Iya mas"

"Boleh aku ngomong sesuatu?"

"Ada apa mas?"

"Mulai dari mana ya?" bingung nya padaku

Aku yang mendengarnya pun malah semakin bingung

"Gimana sama husein?" tanya nya iseng

"Husein? Aduh mas tau juga ternyata, Husein itu hanya harapku saja tapi nyata ku bukan itu."

"Lalu?"

"Aku terlalu berharap padanya, masa putri tidur ingin berdampingan dengan putra raja." candaku dengan senyum masam

"Tapi menurut ku kamu itu putri yang sedang kucari."

"Maksud mas?"

"Aku ingin jadi pendamping mu, jika kamu  mengizinkan ku."

Aku membisu

"Mau kah kamu jadi orang yang selalu aku ucapkan Selamat pagi dan aku ucapkan selamat tidur atau sekedar jadi pengingat ketika sahur nanti wahai tuan putri ?" dia berlutut dihadapan ku

"Emh..." belum tuntas aku menjawab dina datang lebih dulu

" OMGGG INI APAAANN?" Berisik nya

"Berisik lo, gue lagi nembak." sempal mas senjaya

" OMG... SERIUSAN MAS?"

"gue becanda." jawab nya plat

"Kamu bisa jawab nanti, aku tidak berharap kamu meng -iyakan, tapi akan membuatku bahagia jika diam mu adalah arti meng-iyakan." ucap nya pada reina sambil berdiri

Aku tak mampu berbicara pada saat itu, diam ku juga bukan berarti meng-iyakan pertanyaan mas senjaya.  Tapi rasa nya bagaimana bisa aku membiarkan hati ku jatuh pada yang tidak hati ku minta.

    Setelah dari rumah dina aku langsung pulang kegarut, jujur hatiku tak karuan waktu itu namun juga ada pertanyaan dibenak ku tentang tujuan mas senjaya berbicara padaku itu. Bagi ku mencintai husein saja sudah serumit ini apalagi mencintai orang yang bukan husein.

*Tringxx*
(Sebuah pesan singkat masuk)

Mas senjaya : hati hati dijalan, kuharap kau sedang memikirkan apa yang aku ucapkan tadi.

Mas sengaja : aku menunggu mu,akan selalu menunggu jawaban mu

Aku hanya melihat pesan itu tanpa menyentuh tombol balasan sedikitpun

Aku tak pernah membayangkan akan  seperti ini jadinya, bagaimanapun hati ku hanya untuk husein dan tak akan berganti.

Pilihan MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang