"Neng, uih naek naon?"
(pulang naik apa)
suara ayah memandangi ku dari halaman depan rumah"Muhun yah, nembe naek kareta."
(iya yah, tadi naik kereta)
Ku hampiri ayah dan kuambil tangan yang susah payah mencari nafkah itu dengan menempel nya ke kening ku"Oh alhamdulillah atuh ai salamet mah, sok gera bersih bersih hela weh ayenamah."
(Oh Alhamdulillah kalo selamat, bersih bersih aja dulu)Aku mengangguk mengiyakan permintaan ayah dan langsung pergi ke kamar membereskan semua barang yang ku bawa, ternyata meski aku pergi ke bandung setahun lalu tapi kamar ini masih tetap sama tertata dan teratur sama seperti saat aku meninggalkan nya dulu.
Aku membuka laci meja ku secara acak mataku tak sengaja melihat album foto dengan sampul abu ditambah poletan putih disetiap ujung nya, ku urungkan hatiku untuk membuka album itu tapi setelah ku genggam album yang berpolet putih itu aku merasa ada kerinduan yang begitu dalam di hati ku
'Apa kabar dengan cahaya?'
'Apa kabar juga dengan shofie?"
'Dan bagaimana kabar nya juga?'
Pertanyaan pertanyaan itu membuat ku semakin yakin untuk membuka album itu meski sebenarnya juga bertanya tanya dalam hati akankah ada air mata yang mengalir lagi
Kubuka lembaran lembaran foto di album itu, ku lihat ada cahaya dan juga shofie disetiap foto album yang ku simpan, aku tersenyum melihat foto foto bersama mereka, ternyata berpisah itu memang menabung rindu yaang tak kunjung usai jika tak tuntas dengan pertemuan bagaimanapun kita bertiga adalah 3 serangkai, pastinya mereka juga tau tentang kisah cintaku yang tak terbalaskan. Hingga akhirnya aku sampai di lembaran terakhir, foto hasil wawancara dengan ketua OSIS itu menghantam hatiku, tiba tiba ingatan tentang nya hadir lagi seperti yang ku duga lebih awal semuanya terulang lagi, aku menangis.
Tangis ku tertahan saat melihat sebuah pesan dari mas senjaya di handphone ku
"Assalamualaikum?"
18.00
"Kamu sudah sampai?"
18.05
"Aku menunggu mu mengabari dina tapi katanya belum ada kabar darimu."
18.10
"Tolong balas aku khawatir."
18.15
Aku tak membalas pesan itu, aku hanya mengirim pesan ke dina bahwa aku telah sampai dirumah . Aku takut membalas pesan mas senjaya, aku takut dia berpikir bahwa aku telah membukakan hatiku untuk nya, aku tak mau sejahat itu. Bagiku perasaan tidak pantas untuk dipermainkan.
"Izah.."
19.40
"Apaan sih lo sebel gue"
19. 45
"Haha gue ngikutin mas senjaya dong, kan lo calon kaka ipar gue."
19.46
Aku termenung melihat pesan dina yang baru saja sampai di ponsel ku ada rasa sakit di tenggorokan ku
"Gue becanda ko, jangan kaget gitu hahaha."
20.00
"Lo ga sakit hati apa? Abang lo gue tolak dengan cara gini."
20.01
"Kan lo yang punya hati gue cuman sahabat lo, gue selalu dukung yang terbaik buat lo aja. Tapi lo harus kuat dengan cara berjuang abang gue, dia pejuang tangguh. "
20. 10
"Besok abang gue katanya mau ke garut, kaya nya kerumah lo siap siap aja. "
20.11
Pesan dina berturut turut membuatku tak habis pikir, untuk apa mas senjaya ke garut? Untuk apa juga dia berjuang ? Bukankah aku dengan nya hanya mengenal nya tak lama ini bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Mu
Short Story"Aku mencintaimu." "Aku juga sangat mencintai mu tapi maaf Rabb ku lebih mencintai ku." aku tak berniat meninggalkan, tapi cintaku pada rabb ku tak ingin kuduakan. Jangan lupa tinggalkan jejak guys.