PART 1
Musim yang indah. Udara yang sejuk. Putih yang suci. Berbagai jenis bunga dengan warna peach dan dusty mampu memberikan rasa hangat tersendiri. Perpaduan warna-warna tersebut mampu membuat sebagian orang akan lupa sejenak dari suasana beku di luar. Warna-warna yang digunakan memang sengaja dipadu padankan dengan karakter si tokoh utama yang lembut.
Suasana lembut begitu kentara melingkupi seluruh ruangan. Ia yang mampu mengusir sekejap rasa dingin yang menjejak di sekujur tubuh para manusia yang datang ke tempat ini. Musim dingin ini sepertinya akan menjadi musim dingin yang hangat untuk sang tokoh utama dalam ruangan ini. Begitulah pemikiran yang secara tidak langsung akan disepakati oleh para pasang mata yang mulai berdatangan.
Main hall hotel termewah di kota ini telah di berikan efek majis sedemikian rupa hingga tidak menampilkan kesan arogan seperti biasanya. Hanya ketenangan dan suasana sakral mengambil alih suasana sebelumnya. Semua orang yang berkesempatan hadir disini pasti akan mengaimini dalam hati, terlihat dari bagaimana senyum-senyum mereka mengembang dari pertamakali kaki mereka menapak didepan pintu utama. Sambutan yang luar biasa ramah dari sang pemilik acara untuk sekejap mampu menghipnotis para tamu. Mereka sekejap lupa dengan keangkuhan-keangkuhan para pemilik acara didepan mereka.
Para manusia yang hadir sebagai tamu undangan di tempat ini bersemangat untuk duduk dengan khidmat, memenuhi bangku-bangku yang kosong yang telah disusun rapi sedemikan rupa untuk mereka. Rasa khidmat mereka menandakan bahwa mereka telah siap untuk ikut memberi kesaksian tentang perjanjian yang akan mengikat begitu kuat dua jenis insan dengan segala jenis perbedaannya di tempat ini.
Mereka bahkan mengenakan setelan terbaiknya untuk menyaksikan proses penyatuan keluarga dengan latar belakang-yang tidak jarang membuat decak kagum banyak orang di negeri ini. Karena kedua keluarga tersebut masuk jajaran konglomerat di negeri ginseng ini. Ya, mereka hadir sebagai saksi pernikahan dua keluarga konglomerat di Korea. Tidak aneh jika mereka yang kebanyakan tamu dari kedua orang tua banyak diantaranya sengaja mengenakan setelan yang menunjukkan identitas gengsi mereka jika dilihat dari berbagai macam brand kelas atas yang melekat di tubuh-tubuh mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Namun sudah sejak satu jam lalu mereka memenuhi ruangan ini, acara inti penyatuan kedua mempelai belum juga dimulai. Bahkan diujung tempat utama, belum ada tanda-tanda sang pelaku pria berdiri sebagai mempelai pria untuk menyambut kedatangan sang mempelai wanita.
Sementara dua sosok tubuh berbeda jenis yang berada di pojok sebagai pembawa acara tidak banyak membantu. Mereka berdua telah kehabisan ide untuk mengulur waktu lagi. Mereka hanya berdiri kaku dengan tetap tidak mengalihkan pandangannya dari wanita sang pengatur rundown acara yang terlihat berusia tidak jauh dari mereka berdua. Wanita itu bolak-balik memeriksa jam tangannya kemudian melihat kembali ke arah pintu yang direncanakan sebagai pintu masuk kedua mempelai. Beberapa kali ia juga terlihat mendengarkan instruksi dari radio melalui earphone HT yang terpasang di telinganya. Ia selalu berusaha bersikap datar dan tenang agar orang-orang didalam ruangan tidak ikutan frustasi seperti apa yang sebenarnya dirasakan dalam hatinya saat ini.
Kedua orang tua kedua mempelai tidak kalah cemasnya. Para ibu sudah sejak seperempat jam lalu mulai merekatkan tangannya kepada tangan-tangan suaminya. Sementara para ayah berusaha untuk menyembunyikan kecemasannya dengan tetap bersikap tenang dan menunjukkan wibawanya, menepuk-nepuk pelan tangan istrinya untuk menenangkan.
Para pasang mata dalam ruangan itu mulai menahan nafas saat tubuh jenjang berbalut heels hitam dengan setelan kemeja hitam itu mulai berjalan mendekati kedua orang tua yang berada di bangku paling depan tersebut. Wanita dengan kenampakan yang terlihat jelas bahwa dirinya adalah salah satu bagian dari pengatur jalannya acara. Ia mendekati laki-laki paruh bayah yang merupakan sang ayah dari mempelai wanita. Wanita yang merupakan pengatur jalannya acara mulai berbisik di telinga kiri laki-laki paruh baya tersebut. Bisikan yang tentunya mengundang praduga tidak mengenakan para undangan yang telah hadir. Dan praduga-praduga mereka seperti terjawab saat laki-laki paruh bayah tersebut langsung menegakkan badan setelahnya. Ia menatap tajam ke arah wanita yang langsung menundukkan tatapannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter White
Fanfiction"Jangan salahkan dirimu sendiri. Ini bukan kesalahanmu. Aku....." . . Permainan takdir antara seorang wanita dengan seorang pria yang tidak disangka oleh keduanya, namun secara tidak disadari terencanakan. . .