3

78 6 0
                                    

AUTHOR POVE

Di tengah kesunyian malam , seseorang gadis berwajah ayu sedang duduk termenung menatap bintang bintang malam dan indahnya rembulan yang menghiasi malam.
Bulir bulir air mata tanpa bisa di cegah telah membasahi pipi wajah ayunya . Terbayang waktu di saat ia mengucapkan selamat tinggal kepada seorang calon taruna itu . Percakan terakhir antara ia dengan orang itu , membuatnya semakin sesak .

"Aku tidak akan menuntutmu untuk menungguku , menikahlah jika ada seseorang yang ingin mempersuntingmu "

Bahkan sudah dua bulan ini , pria itu tak sama sekali menghubunginya . Apakah mungkin disana pria itu telah menemukan Rekanitanya .

Yah Rekanita . Sesosok yang bisa di sebut sebagai pendamping seorang taruna . Memikirkannya malah menjadi tambah sesak didadanya .

Lalu bagaimana penantian ini ???  Itulah yang ada di otaknya saat ini .

Tak ayal rasa rindu mengenai pria itu begitu menggebu . Ingin rasanya ia memeluk pria itu , merasakan kenyamanan di rengkuhannya . Dan rasa aman akan lindungannya .

Mereka memang tak memiliki hubungan apapun . Namun hati keduanya menyatakan sama untuk Menunggu .

Setelah ia tahu bagaimana perasaan sang pria itu . Rasa ini semakin bertambah . Menjadikannya lebih optimis , bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan .

Ia memilih untuk menunggu Taruna itu . Meskipun pengakuan perasaan pada saat itu juga bersamaan dengan perpisahan mereka .

Merasakan bahagia sekaligus kehilangan itu adalah hal yang paling berat baginya.

Cinta terhalang dinding lembah Tidar . Itulah sepenggal kata untuk keduanya .

Mencintai seorang taruna berarti harus bisa menerima berbagai resiko . Termasuk kerinduannya saat ini .

"Mas.. Aku merindukanmu.. bagaimana keadaanmu di sana ??.. apakah kamu sudah membaca surat itu .. ". Ucapnya bermonolog . Ucapannya hanyalah hiburan semata .

Kata tang tak akan pernah terdengar oleh seseorang yang ada di sana.

Ponsel yang selalu ada di setiap waktunya . Kemanapun ia pergi ia selalu membawa itu . Berharap ada sebuah notifikasi dari seseorang yang di rindukannya untuk menghubunginya .

Namun kenyataannya adalah NIHIL.
Hanya ada notifikasi dari  oprator yang selalu membuatnya jengkel . Yang ia harapkan bukanlah itu . Melainkan Taruna itu .

Bulir airmata sedari tadi tak pernah berhenti membasahi wajah ayunya .
Entahlah wanita memang seperti itu . Menangis adalah hal yang akan ia pilih di saat keadaan hati yang penuh dengan luka .

"Mas doakan aku.. semoga aku mampu menunggu penantianmu..".  Itulah yang ia harapkan . Yaitu Mampu.

Mampu bertahan untuk menahan perasaan dan kerinduannya yang semakin menggebu . Ia takut semuanya tidak bisa ia lewati . Nyatanya 4 tahun adalah waktu yang tidaklah sedikit untuk penantian ini .

Tak disangka sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya  di ambang pintu kamar gadis itu .

Ia tahu bagaimana perasaan putrinya saat ini . Menahan rindu kepada seseorang yang di cintai memang seperti ini .

Bagaimanapun juga ia pernah muda pada masanya .

Ia pun mendekati putrinya yang kini masih menangis dalan diamnya .

"Shinta.. bersabarlah nak .. ".ucapnya pada putrinya itu . Lantas ia pun merengkuh tubuh putrinya itu dalam dekapannya , berharap dengan ini ia bisa memberikan kekuatan pada anaknya .

"Bu... apakah seperti ini mencintai seorang Taruna ?? ". Ucapnya masih dengan mata yang sembab .

Semakin eratlah rengkuhan ibunya pada anaknya itu . Ia pun mengganggukkan kepalanya , tanda bahwa ia mengiyakan ucapan putrinya .

"Percayalah , segala sesuatu akan berakhir pada masanya , termasuk penantian ini ".

Shinta pun terdiam mendengarkan ucapan ibunya . Benar.. itulah kenyataannya . Semuanya pasti akan berakhir pada masanya . Termasuk penantiannya ini .

"Berjuanglah , sebagaimana ia memperjuangkan mimpinya di lembah tidar ". Ucapnya kembali pada anaknya .

Inilah resiko mencintai seorang taruna . Hanya bisa menahan rindu yang semakin hari semakin menggebu .

Namun percayalah dengan itu cintamu akan di uji . Seberapa besarkah kau mencintainya .

'Jika kau ingin meraih mimpimu , maka berjuanglah '


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung... next part yah ...

Taruna Ku Tunggu PerwiramuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang