2) Pengembara Malam

40 3 0
                                    

" Lo goblok," satu kalimat yang diucapkan oleh cewek yang kini dibonceng dengan motor vespa milik Pandu.

Akhirnya Pandu mengalah dan memberitahukan alasan memar di pelipisnya itu setelah Rara memaksanya terus menerus bahkan mengancamnya untuk menurunkannya saja jika cowok tersebut enggan mengaku.

Dan kini Rara memberikannya petuah dan nasehat yang entah didalamnya terselip cacian yang malah membuat dirinya ingin menonjok cewek tersebut pergi dari atas motornya.

Motor Pandu berhenti di sebuah minimarket atas paksaan Rara.

"Lo duduk disini. Jangan kemana-mana dan jangan tinggalin gue!" titah Rara galak. Ia masih memberenggut kesal melihat tingkah ceroboh cowok tersebut yang membahayakan keselamatan dirinya.

Pandu hanya mengiyakan dan duduk dengan anteng di kursi depan minimarket. Dari balik kaca, ia dapat melihat betapa rempongnya Rara yang sedari tadi bolak balik, entah apa yang cewek tersebut beli.

"Nih," cewek tersebut melempar kantong kresek belanjaan kepadanya sesaat setelah ia keluar dari minimarket. Pandu mengernyit melihat isinya yang berupa betadine, sebotol alkohol serta beberapa hansaplast.

"Lo beli ini buat gue? Kenapa?" ada perasaan aneh yang menyelimuti hati Pandu saat mengetahui cewek berponi ini peduli padanya. Rara memutar bola matanya.

"Gue nggak mau lo mati. Nanti yang ngojekin gue kemana-mana siapa selain lo," Dan perasaan aneh yang dimiliki Pandu seketika lenyap. Cowok itu menyentil dahi Rara dengan keras membuat cewek tersebut mengaduh kesakitan.

" Pake nggak!" kata Rara dengan nada memaksa. Diluar dugaan cowok tersebut malah tertawa keras.

"Ra, lo tau nggak kalo memar itu nggak diobatin pake betadine?" terang Pandu masih dengan tertawa.

Wajah Rara merah padam, ia melupakan fakta bahwa selain menjadi ketua OSIS, Pandu juga merupakan anak PMR.

"Luka memar itu diobatinnya pake kompres es, bisa juga pake kain kasa yang dililitkan," jelas Pandu kembali.

Kini mimik wajahnya lebih serius."Tapi makasih banget ya, Ra. Dengan lo beliin gue gini itu bisa jadi bukti kalo lo peduli sama gue sebagai--"

Ucapan cowok tersebut terputus karena Rara mendadak mendahuluinya.

"Teman," sahutnya disertai cengiran ke arah Pandu.

"Iya, sebagai teman," Pandu mengusap puncak kepala Rara. Wajahnya mengumbar senyum, walau ada perasaan kecewa yang tiba-tiba menyergapnya tanpa henti.

***

Rara menatap lemari kamarnya dengan tatapan kosong. Di pangkuannya terdapat album foto kenangan dirinya dengan Pandu. Foto yang paling tua tertulis tanggal 1 Januari 2010, tepatnya sembilkan tahun yang lalu.

Di foto tersebut terdapat seorang anak perempuan berambut keriting berbaju kuning, anak itu digendong oleh papanya yang juga menggenggam tangan kecil bocah laki laki yang mengemut permen pada tangannya yang lain. Foto itu berlatar acara pernikahan.

Kedua anak itu berpose dengan ceria sementara ayah didalam foto tersebut diam tak berekspresi. Ayah dari anak perempuan tersebut merupakan orang tuanya sementara bocah tersebut tak lain dan tak bukan adalah Pandu.

Dahulu orang tuanya amat menyayangi Rara. Walaupun ditengah keterbatasan, kedua orangtuanya mengusahakan anaknya memperoleh penghidupan yang layak.

Namun selang delapan tahun merupakan waktu yang cukup cepat untuk menyadari bahwa semuanya telah berubah. Kini dirinya tak lagi hidup di kontrakan lima petak namun berpindah ke rumah mewah di salah satu komplek elit di Bogor.

Lakuna | IN HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang