Tiga bulan lalu
Pagi hari yang indah. Burung-burung pipit saling bercengkerama di atas pohon. Kicauannya menenangkan siapapun yang mendengarnya. Matahari mengintip malu-malu dari ufuk timur. Sinarnya membelai lembut bagi siapa saja yang terkena olehnya. Walau begitu udara terasa dingin karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
Hari ini adalah hari pertama bagi cewek berambut lurus sebahu bernama Ameera Azizah atau lebih dikenal dengan Rara ke sekolah dengan status barunya sebagai siswi SMA. Ia mengencangkan tas ranselnya yang sempat merosot saat angkot yang ia tumpangi tersebut menepi. Setelah melompat dari angkot dan memberikan selembar uang pecahan dua ribuan ke sopir ,kakinya melangkah mantap ke sekolah yang berada di sebelah kanan jalan.
SMA Pelita Harapan termasuk SMA favorit di kotanya. Berbondong-bondong orang tua siswa mendaftarkan anaknya masuk kesini. Kemudian harap-harap cemas menanti pengumuman PPDB, berharap nama anaknya tertera sebagai siswa baru di SMA tersebut. Beruntungnya Rara mendapat nilai UN yang fantastis sehingga dirinya tidak perlu takut namanya akan tergeser dari peringkat penerima nilai UN terbaik. Namun yang perlu ia khawatirkan justru karena jarak antara SMA tersebut dengan rumahnya yang jauh sehingga cewek tersebut memperoleh tambahan skor jarak yang rendah dibanding yang lain.
Namun disinilah ia berada. Keajaiban yang membawanya berhasil menembus SMA yang ia idamkan. Seolah usaha giat yang ia lakukan semasa SMP terbayar lunas. Walaupun dirinya menolak mentah-mentah keinginan orang tuanya yang semula ingin menyekolahkannya ke SMA Internasional, cewek tersebut tak merasa bersalah. Justru rasa senanglah yang ia rasakan.
Beberapa guru dan siswa yang mengenakan jaket biru berjajar di gerbong untuk menyalami satu persatu siswa baru yang ters berdatangan. Pemandangan yang sangat asing bagi dirinya yang terbiasa di sekolah swasta yang lekat akan sifat individualismenya. Kemudian matanya menatap satu sosok yang ia kenali.
Pandu Wijaya Prakarsa, teman main di rumahnya. Ia tentu saja sadar betul akan bertemu dengan cowok jangkung tersebut di sekolah ini karena Pandu sendiri yang bercerita padanya bahwa ia bersekolah disini. Yang cewek tersebut tak ketahui adalah alasan cowok tersebut ikut menyalami siswa baru dan sejajar dengan guru lainnya. Pandu juga mengenakan jaket biru dengan lambang OSIS di kanan jaketnya.
Hingga kedua mata mereka saling bertemu. Rara menyapa namanya. Cowok tersebut melihatnya sekilas kemudian membuang muka. Rara sempat terdiam sebelum melanggeng pergi dengan pikiran yang kacau.
Dua hal yang ia simpulkan. Pandu berpura-pura tak mengenalnya atau mungkin cowok tersebut malu mengakui Rara sebagai teman. Ia jelas lebih memilih opsi pertama.
Hari pertama Masa Orientasi Sekolah dihabiskan dengan pengenalan di kelas sementaranya masing-masing. Kakak pembimbingnya adalah Kak Yohan dan Kak Citra. Mereka menjelaskan dengan rinci mengenai sekolah ini. Beberapa kali Kak Yohan melontarkan candaan yang mencairkan suasana canggung diantara mereka. Meski suasana kelas terbilang seru, Rara belum mendapat seorang teman pun. Kebanyakan siswa di kelasnya sudah saling mengenal satu sama lain karena kesamaan SMP dahulu sehingga ia kesulitan membaur.
“ Pandu, Lo malu punya temen kaya gue ya?” tanya Rara saat ia tiba di apartemen Pandu dan bertemu cowok tersebut di lobby setelah ia pulang sekolah. Rara memutuskan untuk mampir ke apartemennya untuk mengantarkan makanan yang ia masa sendiri. Pandu menggeleng sambil tertawa geli.
“Nggak lah. Gue nggak setega itu sama lo,”kata Pandu. Bahunya terguncang karena terlalu keras tertawa. Cowok tersebut melihat sorot kesal di wajah Rara.
“Sini makanannya. Gue laper,” Rara menggeleng cepat dan menyembunyikan bekal yang ia bawa. Ia masih menagih penjelasan dari cowok menyebalkan di hadapannya karena ia jujur merasa sedikit sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna | IN HOLD
Teen FictionRomansa masa SMA memang menarik. Banyak perempuan yang mendambakan memiliki pasangan anggota OSIS, atau anak futsal dan basket seperti yang biasa mereka temui di novel-novel remaja. Terdengar klise memang. Beberapa juga berharap berjodoh dengan k...