Amnesia

2 2 0
                                    

Happy reading

"Eomma, siapa?" Tanya Hana yang baru tersadar.

"Eomma kamu, sayang. Masa kamu lupa?" ujar ibu Hana tak kuasa menahan tangis

Hana hanya diam tanpa menggubris ucapan ibunya. Dia hanya kembali mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar.

"Aku mau pulang... " ujar Hana seraya menangis

"Iya, iya nanti kita pulang. Tapi kamu harus sembuh dulu" ucap ibu Hana

"Gak! Aku mau pulang sekarang..! Lepas! Lepasin..! Aku mau pulang...!"

Hana mulai mengamuk dan meronta-ronta. Ibunya pun langsung memegangi dan memeluknya, namun Hana tetap meronta. Hana pun menarik selang infusnya hingga tangannya mengeluarkan darah. Ibu dan ayahnya merasa panik dan terus memegangi anak mereka yang tengah mengamuk. Kemudian Dokter mengambil langkah cepat dan menyuntik Hana dengan obat penenang.

"Dok, kenapa anak saya jadi begini?" tanya ibu Hana

"Mungkin dia merasa takut karna tak bisa mengingat apa-apa. Tapi kalian tenang saja karna kami telah memberinya obat penenang agar dia bisa beristirahat" jelas Dr. Irvan

"Iya Dok, terimakasih" ujar ayah Hana

Dr. Irvan beserta para perawat pun pergi meninggalkan ruang kamar Hana. Kedua orangtua gadis itu sangat terpukul dengan keadaan putrinya sekarang. Terlebih lagi putrinya tak mengenali mereka berdua.

***

Waktu telah menunjukkan pukul 8:30 malam. Kelima teman Hana sedang berkumpul di cafe dan mengobrol.

"Guys, kira-kira, gimana ya keadaan Hana sekarang?" tanya Shopie

"Dia pasti baik-baik aja, Hana kan Iron Girl, gak mungkin dia kalah sama keadaannya sekarang" jawab Alika

"Tapi gue masih penasaran, sebenernya apa yang terjadi sama Hana waktu dirumah hantu?" ujar Shasya

"Iya, gue juga. Sebenernya dia kenapa? Gak mungkin kan dia cuma kepentok terus koma" ucap Riris

"Kayanya, kita harus cari tau, soalnya gue penasaran" ajak Kayra

"Iya, tapi gimana? Bentar lagi kan kita mau tes masuk Universitas" sanggah Alika

"Iya juga. Yaudah besok kita berunding lagi sekalian jenguk Hana" usul Kayra

"Oke, deh. Yaudah, ayo pulang udah makin malem"

***

Dilain tempat, Angga masih terus menyesali perbuatannya.

"Goblok. Udah elo yang buat dia celaka, elo yang nyembunyiin penyakitnya, elo juga yang bikin dia nambah parah. Terus elo gak pernah ngerasa bersalah sama dia? Sebenernya kenapa? Karna dia ngutuk elo? Hellow, Angga! Ini zaman modern, mana mungkin kutukan masih berlaku" celoteh Angga dalam hatinya.

"Pokoknya besok gue harus ngakuin semua kejahatan gue! Gue gak mau terus-terusan jadi pengecut kaya gini. Pokoknya besok gue mau kerumah sakit bareng Rendi sama Rheino" tekad Angga

***

Jam telah menunjukkan pukul 11 malam. Kedua orang tua Hana telah terlelap disamping putri tercintanya. Beberapa menit kemudian efek obat penenang yang diberikan dokter mulai menghilang, dan Hana mulai tersadar kembali. Ia melihat kedua orang tuanya yang sekarang tidak ia kenali lagi. Ia merasa sangat ketakutan, ia seperti orang linglung.

"Gue harus pergi dari sini! Gue mau pulang" ujar Hana seraya menangis.

Kemudian dia melepaskan infus yang masih menempel di tangannya, lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia merasakan kaki nya masih lemas akibat koma selama 3 hari, dan dia juga belum makan apapun selama hampir 4 hari. Ia mulai mengendap dan membuka pintu kamarnya secara perlahan. Setelah itu dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang tengah sepi, ia terus berjalan sampai akhirnya menemukan pintu keluar.

Hana berlari keluar dari rumah sakit dan terus berlari menyusuri jalan ditengah gelapnya malam. Iya terus berlari sampai akhirnya kelelahan dan berhenti di sebuah taman dipinggir jalan raya. Taman itu sudah sepi karna hari memang telah malam. Ia pun memasuki taman tersebut dan menduduki sebuah ayunan.

"Aku mau pulang,,, tapi kemana? Aku lupa.. Aku... Aku mau pulang.... Hiiiks" ujar Hana.

Iya menangis sekencang-kencangnya. Iya terus menangis karna tak tau harus berbuat apa dan kemana tujuannya. Setelah hampir setengah jam menangis di ayunan, Hana merasa kedinginan. Ia pun mencari tempat untuknya beristirahat. Kemudian ia melihat sebuah bangku taman dibawah sebuah pohon ketapang. Setelah itu dia meringkuk kedinginan di bangku tersebut hingga ketiduran. Ia tertidur di taman dengan masih mengenakan pakaian rumah sakit.

***

Keesokan harinya, ibu dan ayah Hana sangat terkejut mendapati putrinya sudah tidak ada di ranjangnya. Mereka pun mulai berlari keluar kamar dan mulai bertanya ke setiap perawat yang mereka jumpai. Namun nihil, tak ada seorang perawat pun yang melihat Hana.

"Papi! Ayo cari Hana!" ajak ibu Hana

"Iya, sabar! Siapa tau Hana masih ada disini. Coba tenang dulu" ujar ayah Hana.

Tak berapa lama, kelima sahabat Hana datang untuk menjenguknya. Namun betapa terkejutnya mereka setelah mengetahui bahwa Hana telah kabur dari rumah sakit. Akhirnya, mereka pun turut membantu mencari Hana.

Sementara itu, Hana yang telah terbangun kini melanjutkan perjalannya yang entah menuju kemana. Dia berjalan-jalan ditaman yang kini telah ramai pengunjung. Orang-orang memandangi Hana yang tampak berantakan seperti orang tak waras, bahkan ada anak kecil yang sampai menangis melihatnya. Ia terus berjalan dan duduk di tepi jalan.

Kemudian, Angga, Rheino dan Rendi yang sedang menuju kerumah sakit tak sengaja melihat Hana yang tengah duduk dipinggir jalan seperti orang tak waras.

"Liat, liat! Orang gila! Kok mirip Hana ya?" ujar Rheino

"Mana, mana?? Itu kayanya memang si Hana deh! Ngga coba stop!" teriak Rendi.

Mereka pun berhenti dan langsung menghampiri Hana.

"Hana..!" teriak Angga

"Siapa kalian?"

Hana mulai berdiri dan memandang ketakutan ketiga laki-laki itu.

"Kok dia gak inget sih? Jangan-jangan dia memang orang gila lagi. Bukan Hana" ujar Rendi

"Dia Hana. Dia kayanya amnesia" ucap Angga "Hana, ayo balik kerumah sakit" lanjutnya serata mendekati Hana perlahan

Hana merasa ketakutan dan mundur perlahan-lahan. Kemudian Ia mulai berlari. Angga, Rendi dan Rheino langsung mengejarnya. Hana terus berlari, namun Angga dan yang lainnya hampir menyusulnya. Hana terus berlari dan bersiap menyebrangi jalan. Tanpa dia sadari ada sebuah mobil yang hanya berjarak 15 meter darinya dan sedang melaju dengan kecepatan  40 km/jam. Angga dan teman-temannya yang melihat itu sangat panik.

"Hana awas......!!" teriak Rendi

******************************

Saling menghargai itu indah...
VOMENT juseyo!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang