0.4

57 12 1
                                    

Sudah beberapa minggu semenjak Hanny menemukan buku itu. Pada saat yang bersamaan, Jaemin dan Mark mulai jarang terlihat. Entah mereka ada dimana, tapi mereka tidak terlihat baik-baik saja.

Pada malam hari di kediaman Seo Johnny, terdapat beberapa temannya yang berkumpul. Diantara lain temannya itu adalah Jaehyun, Yuta, Ten, dan juga Doyoung.

"Doyoung-ah, apa kau sudah baik-baik saja?" tanya Johnny kepada salah satu temannya itu. Terakhir kali mereka berkumpul, Doyoung mengalami kecelakaan yang menyebabkan pendarahan parah dan patah tulang pada area kaki sampai ke pinggang. Dan itu adalah kejadian sebulan yang lalu. Kim Doyoung baru bisa beraktivitas kembali setelah dirawat kritis.

"Eung, seperti apa yang kau lihat sekarang, John. Geokjeonghajima, Johnny-ya." ucap Doyoung menenangkan. Walau terdengar parah, Doyoung bisa mendapatkan perawatan dan fasilitas terbaik di rumah sakit. Maka itu, kondisinya cepat sekali membaik. Memang, pada zaman ini, seorang yang ber-uang akan terletak di barisan paling depan.

"Jung Jaehyun, apa kau sudah memutuskan akan merekrut seseorang dari adik kelas kita?" tanya Nakamoto Yuta yang duduk di samping Ten. Ten terlihat hanya asik pada gawainya. Tak peduli dengan apapun.

"Ya. Aku akan mengadakan seleksi minggu ini. Ah, aku sungguh berharap pada angkatan setelah kita untuk memenangkan kejuaraan nasional antar Sekolah Menengah Atas tahun depan."  jawab Jaehyun yang asik memainkan jarinya di stick PlayStation4 milik Johnny.

"Ya, tahun depan kita sudah sangat sibuk sebagai kelas akhir." sahut Yuta. Pria berdarah Jepang itu bertanya kepada Johnny apakah ada camilan untuk mengganjal perutnya. Dan setelah itu terdengar desahan singkat yang dikeluarkan oleh Jaehyun karena ia kalah dalam pertandingan game.

"Semua makanan ringan sudah dikuasai oleh Hanny. Kau bisa meminta kepadanya jika ingin." jawab Johnny dan mengambil alih stick-nya.

"Nakamoto Yuta. Minggu lalu kau mengalahkanku. Dan sekarang, biarkan aku membalaskan dendam. Harga diriku terinjak, kau tahu?" Yuta terkekeh mendengar ucapan Johnny. Ia yang tadinya ingin menuju kamar Hanny untuk meminta beberapa camilan tertantang dengan apa yang dikatakan Johnny.

"Baiklah. I will catch you twice, Seo. Jaehyun-ah, kau lapar, bukan? Tolong ambilkan beberapa camilan dari Seo Hanny, ya?" Yuta tanpa basa basi langsung duduk di samping Johnny dan menggeser Jaehyun dari tempat duduknya.

Jaehyun memutar bola matanya malas. "Ten-ah—" belum sempat Jaehyun melanjutkan kalimatnya, ia sudah mendapatkan death glare dari Ten. Ia mengalihkan tatapan ke Doyoung yang sudah sadar apa yang akan dikatakan oleh Jaehyun. Lagi-lagi, Jaehyun mendapat tatapan tajam. Ia meneguk ludahnya.

Mengapa bisa aku berteman dengan manusia sangar seperti itu?, batinnya.

Ia menghembuskan napas dengan gusar. Lalu beranjak untuk menuju kamar Seo Hanny. Ketika sudah sampai di depan pintu kamar, ia mengetuk.

Tiga detik menunggu, namun tak ada sahutan. Ia kembali mengetuk. Namun lagi-lagi tak ada sahutan yang ia dengar. Ia meraih gagang pintu, lalu mendorongnya pelan.

"I wish that i can take a rest... forever." Jaehyun terkejut mendengar penuturan Hanny. Kamar gadis itu remang. Hanya cahaya bulan yang menerangi. Gadis itu sedang duduk menyandar dan membungkus tubuhnya dengan selimut, ia terlihat sedang menelfon seseorang. Jaehyun dengan panik langsung menghampirinya.

Jaehyun duduk di samping Hanny dan menarik tangan Hanny cukup keras. "Yak! Mworago? Jangan mengatakan hal aneh, Seo Hanny!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUPERHUMAN ; NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang