Selasa| 09- Definite Confusion

59 12 10
                                    

SELASA|09- Definite Confusion

Lily-Alan walker

****

"KAK Sultan ada di ruang ganti, tapi yang mana ya?"

Selasa menimang-nimang sambil memainkan botol mineral di tangannya. Ia mengeluh pelan mengetahui ada lima ruang yang pintunya tertutup. Dari pada salah orang dan di protes, cewek itu akhirnya memilih duduk di kursi pojok yang letaknya berada jauh di sudut ruangan, yang berarti keluar dari ruang ganti.

Sembari menyanyi lagu yang ia ingat ala kadarnya, Selasa memainkan ujung-ujung jarinya. "Hmmm.. Kak Sultan kenapa bisa bikin gue jatuh hati gini, sih?" gumamnya sambil tersenyum lebar.

"Ngapain lo?"

Selasa mendongak, melongo sesaat saat mengetahui siapa yang baru saja bertanya pada dirinya.

"Huft.." Selasa berdecak lirih, mana mungkin dia berkata sejujurnya. "Lo ngapain di sini?"

"Ya ganti baju, bego." Gantian sekarang Sean yang berdecak. "Lo mau ngintip siapa di sini?"

"Apaan, sih," sewot Selasa, otomatis botol yang dibawa ia sembunyikan di balik punggung.

"Pulang nanti jangan lupa tungguin gue depan gerbang," peringat Sean santai. Rambutnya yang hitam agak basah, tapi tetap terlihat tampan.

Kalau Selasa lihat, cowok itu sedang berada di jam olahraga—melihat Sean yang memakainya—membuat kesan angkuhnya semakin terlihat.

"Iya. Bawel amat, sih, lo."

Hening beberapa saat, sampai Sean berdeham. "Lo ngapain masih di sini?"

Selasa mengulum bibir. "Eeee ya gue lagi.. Gue lagi.. Oh iya.. Iya gue mau pergi, kok. Kebetulan tadi cuman lewat." ia terkekeh pelan kemudian beranjak pergi dengan mengumpati Sean plus embel-embel nama binatang.

Kurang ajar!

Sengaja, Selasa memelankan langkah kakinya saat berbalik. Kepalanya ia tengokkan ke belakang beberapa kali, memastikan Sean sudah pergi atau tidak. Tapi, menyebalkan.. Sean tetap berdiri di tempatnya sambil—mungkin mengamatinya.

Kenapa cowok itu masih di sana!?

"Lho, Sa, kok balik? Minum gue mana?"

Mati.

Selasa merasa hatinya mencelos secara tiba-tiba. Kakinya berhenti melangkah, mendadak terasa lemas. Kondisi yang sama sekali tidak sinkron.

Ragu-ragu, Selasa berbalik badan lagi. Sultan berada tepat di belakang Sean yang sekarang tetap menampilkan ekspresi yang masih santai.

Mampus lo, Sa.

Tenggorokan Selasa terasa kering tiba-tiba. Tak ada pilihan lain, Selasa mendekati Sean dan Sultan yang masih saja saling mengamati.

Kini satu yang ada di dalam benaknya, Sean dan Sultan saling kenal?

"Ini.. Kak," Selasa menyodorkan sebotol air mineral ke Sultan. Dia sama sekali tidak menatap Sean yang berada di belakangnya.

"Makasih," ucap Sultan senang. Begitu satu tegukan masuk ke tenggorokan, baru saja ia tersadar sesuatu.

"Sean?" panggil Sultan. "Lo.. Selasa.. Kalian saling kenal?"

"Baru nyadar?" Sean tersenyum sinis, dari sini Selasa bisa lihat ada ketegangan di antara mereka berdua.

"Oh.. " Kepala Sean manggut-manggut berulang kali. "Jadi, lo kenal sama Sultan, cewek bodoh?"

"Ishhh.. " Bibir Selasa kontak mengerucut, ini memalukan sekali!

Rasanya Selasa ingin menguncir mulut Sean sangking gemasnya.

"Apa, sih!" geram Selasa setengah lirih. Lalu tatapannya beralih ke Sultan yang masih larut dalam keheranan. "Iya.. Hehe, aku kenal kok sama dia."

"Gimana nggak kenal? Orang lo pacar gue." Setelah mengatakan itu secara datar, Sean merangkul pundak Selasa erat hingga tidak ada jarak di antara mereka.

Sultan terbengong, menatap Sean dan Selasa bergantian. Dia tidak bodoh hingga tak bisa memahami sesuatu yang Sean utarakan. Selasa? Cewek yang kelewat ajaib itu.. Dengan Sean?

Tunggu.

Sean pernah bilang bahwa dia sudah mempunyai pengganti Bella.

Apakah orang itu Selasa?

Selasa?

Bingung hendak mengucapkan sepatah kata, Sean lebih dulu mengalihkan topik. "Cepet balik ke kelas," ujar Sean.

Selasa mendelik, hendak melayangkan protes. Namun, ia urungkan. "Oke!"

Melihat Selasa yang pergi dengan sekali hentakan membuat Sean tersenyum puas. Satu tangan kanan Sean menepuk bahu Sultan.

"Jangan lupa lo suruh Bella dateng ke cafe Milano," ungkapnya terdengar santai. Bahkan, selama ini, Sultan tidak pernah mendengarkan nada bicara Sean yang kelewat santai seperti ini.

"Lo.. Yang lo maksud itu Selasa?"

Sean mendengkus gusar. "Lo nggak denger gue bilang apa?"

"Sejak kapan lo?"

"Lo nggak perlu tau," ucap Sean singkat, malas berdebat lebih panjang.

"Lo lupain Bella karena Selasa?" tanya Sultan semakin mendesak.

"Menurut lo?" Sean bertanya balik.

"Tapi Selasa—"

"Kenapa?" potong Sean dingin. "Nggak usah sok ikut campur privasi gue lagi."

Sultan mengangguk. "Sorry."

"Lo sejak kapan kenal Selasa?" Sean bertanya cepat, enggan berkelit-kelit lagi.

"Baru kemaren, gue ketemu sama Selasa gara-gara nggak sengaja basket gue nimpuk dia," jawab Sultan jelas. Cowok itu tidak ingin Sean curiga padanya setelah semua masalah membaik.

"Gue cuman mau bilang," Sean menghentikan kalimatnya, memberi jeda. "Jangan sentuh lebih jauh apapun yang udah jadi milik gue.

****

Author's note:

Haii maapkeun malem updatenya. Tapi percayalah ini melalui banyak proses, soalnya aku tuh suka heran kenapa di hari Selasa tugasku selalu bejibun, huhu:(

Jadi, mohon dimaklumi.

Btw ini aku ga nyampe seribuu words untuk pertama kalinya karena cuman nyukup sampe seginii. And ada banyak hal, sih, sebenernya setelah ini ada greet Sean sama Bella. But not accomplished:(

Tapi biarlah, yang penting update:)

Udah, ya.

Thankyou>3

Xa

SelasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang