#4

11 2 0
                                    

  Hari kedua sekolah, Nadya berangkat dengan diantar Papah-nya sebelum papah-nya berangkat ke kantor, ia mengantarkan Nadya dulu menuju sekolah.

Biasanya, Nayla selalu diantar-jemput oleh Daffa. Cuman, Nayla sedang malas dan Daffa pun tidak bilang akan menjemput Nayla. Jadi,Nayla ke sekolah bersama sang Papa

Tidak butuh waktu lama, Nayla sudah sampai di gerbang sekolah. Ia berpamitan pada Herdi sang-papa.

Nayla berjalan menuju kelasnya. Melewati lapangan yang sudah ramai oleh anak futsal. Mereka sungguh rajin. Pagi-pagi gini, sudah bermain bola.

Tapi Nayla tidak melihat Daffa di lapangan. Wajarlah, daffa itu anak basket. Mungkin dia telat pergi ke sekolah. Dan Nayla masa bodo dengan itu.

Nayla terus berjalan ke arah kelas-nya. Sambil asyik memainkan HP-nya.

Tanpa ia sadari, sebuah bola melayang dari arah lapangan menuju Nayla yang sedang fokus bermain-Hp.

Nayla berjalan pelan sekali. Karena jika ia sudah fokus dengan sesuatu, pasti ia tidak peduli apapun itu.

Anak-anak futsal hanya diam melongo melihat bola yang tadi harusnya masuk gawang malah salah sasaran.

  " NAY AWASS!! "

Nayla mendengar suara teriakan memanggil dirinya. Ia tersadar dengan bola yang melayang dan sudah pasti akan kena pada dirinya.

Brukk

Seorang laki-laki terjatuh dengan kedua tangan yang memegang bola blitar yang selalu dipakai anak-anak futsal sebagai alat menendang.

  " DAFFAA "

Nayla segera membantu Daffa untuk berdiri dan Daffa sibuk menatap wajah anak futsal yang berada di lapangan itu dengan sinis.

  " Lo gapapa Daf? "

Daffa tidak menjawab pertanyaan Nayla. Ia langsung menuju lapangan dan dilemparkan bola tadi dengan kasar.

  "Woi kalo main tuh inget waktu dong!"

Anak futsal yang berada disana pun terdiam dan salah satu di antara-nya mendekat ke arah Daffa .

  " Sorry bro. Tapi ini lapangan umum. Siapapun bisa pake lapangan ini! " ucap Laki-laki yang kini berada di hadapan Daffa dengan tatapan yang sinis dan seolah merasa tidak bersalah.

  " Tapi ga pagi juga bro! Lo ganggu anak-anak yang lain namanya. Kenapa ga pas waktu istirahat aja main bola nya? Kan bisa bro!"

Daffa berbicara dengan tegas layaknya laki-laki yang bertanggung jawab.
Nayla tidak diam saja, ia melangkahkan kaki nya menuju lapangan dan mendekati ke arah Daffa.

  " Daff udah daff. Gue gapapa " ucapnya dengan memegang tangan kiri Daffa. Dan Daffa tetap sinis melihat seorang lelaki yang ada di hadapannya itu.

  " Cewek lo aja bilang gapapa. Kenapa lo yang ribet? Lagipula lo cuman kena bola doang kali, gak akan sampe mati ini kan ? Lebay lo! Cemen lo bro! "

Daffa mengepalkan kedua tangannya. Terlihat di wajahnya yang sangat kesal. Jika saja tidak ada Nayla disini, sudah Daffa habisi cowo itu.

Daffa hanya tidak ingin berkelahi di depan Nayla. Itu sama saja membuat dirinya so jago di hadapan sahabat wanita-nya itu.

Daffa menghargai Nayla. Dia tidak mungkin berkelahi di lapangan pagi-pagi begini. Itu akan merusak nama baik-nya dan juga akan membuat Nayla benci padanya.

Daffa tidak mau hal itu terjadi.

  " Udah Daff, kita ke kelas aja yu " Nayla menarik tangan kiri Daffa. Dan Daffa hanya bisa nurut padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I love My Naughty FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang