Kebahagiaan itu bukan pada istana 'Abdul Malik bin Marwan,bukan pada pasukan Harun Ar-Rasyid,bukan pada rumah Ibnul Jashshash,bukan pula pada harta simpanan Qarun.Kebahagiaan juga bukan pada Kitab Asy-Syifa'Ibnu Sina,bukan pada diwan (himpunan syair) Mutanabbi,bukan pula pada taman-takan Cordova atau kebun-kebun yang berbunga.
Kebahagiaan ada pada diri para sahabat sekalipun minim sumber daya manusia mereka,gersang penghidupannya, minim pemasukannya, dan rendah daya belinya.
Kebahagiaan ada pada Ibnu Musayyab dengan ilahiyat (ketauhidan) nya,Imam Bukhari dengan Kitab Shahihnya,Hasan Al-Bashri dengan sifat kejujurannya, Imam Syafi'i dengan kesimpulan hukumnya, Malik dengan sikap muraqabah (merasa selalu dalam pengawasan Allah) nya, Imam Ahmad dengan kewara'annya, dan Tsabit Al-Bannani dengan ibadahnya.
Semula kita mengira bahwa apabila kita memiliki banyak sarana kemewahan dan kemegahan berlimpah segala sesuatunya, serta terpenuhi segala hal yang di inginkannya kita akan bahagia, senang, gembira, dan hidup kaya. Akan tetapi,ternyata hal itu justru akan menjadi sumber bagi timbulnya kesusahan,kekeruhan,dan kepahitannya, karena segala sesuatu itu pasti menimbulkan konsekuensi dari jerih payah untuk mendapatkannya. "Dan janganlah kamu tunjukkan kedua matamu pada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya" (QS. 20:131).
Dalam sebuah Hadits disebutkan : "Dosa itu adalah sesuatu yang mengganjal dalam hatimu dan kamu tidak suka bila ia terlihat oleh orang lain, sedang kebaikan ialah sesuatu yang memuaskan hati dan menenangkan jiwa".
Jelasnya, orang yang baik hidup dengan damai dan tenang, sedang orang yang berdosa selalu dirundung oleh rasa curiga terhadap semua peristiwa, semua aktivitas, dan semua yang terjadi. "Mereka menyangka bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka" (QS.63:4).
Penyebabnya tiada lain karena ia berbuat kesalahan dan sesungguhnya orang yang berbuat kesalahan pasti merasa khawatir,curiga,golah,dan selalu dirundung oleh rasa takut.
Jalan keluar bagi orang yang ingin bahagia ialah hendaknya ia selalu berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk agar dirinya diliputi oleh rasa aman. "Orang-orang yang beriman dan tisak mencampuradukkan iman mereka dengan kedzhaliman (syirik), mereka itulah orang orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk." (QS. 6:82).
Sesungguhnya keselamatan seorang muslim dengan agamanya lebih penting dari pada kerjaan Kisra dan Kaisar. Demikian karena hanya agamalah yang tetap menyertai Anda hingga Anda menempati surga yang penuh dengan kenikmatan; berbeda dengan kekuasaan dan kedudukan,maka sesungguhnya hal tersebut pasti akan lenyap. "Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua orang yang ada diatasnya dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. " (QS. 19:40)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Hati Yang Tersakiti
SpiritualSulit memang menerima kenyataan pahit yang sama sekali tidak kita inginkan. Namun demikian,ibarat nasi sudah menjadi bubur,mau tidak mau kita harus menerima semua yang terjadi sebagai sebuah kenyataan yang harus dihadapi. Menerima kenyataan dengan l...