LAA TAHZAN

81 7 0
                                    

Dijalan yang penuh dengan kelap-kelip lampu jalanan, aku terus berjalan tanpa arah tujuan, hatiku bimbang, pikiran ku tak karuan.

Kejadian tadi pagi sangat membuat ku tertekan, menusuk sampai Palung hati teredalam.

Rasa yang selama ini aku pendam, disaat aku telah siap mengungkapkan, memberi sebuah kepastian, mengajaknya kedalam mahligai pernikahan. Semua harapan itu dalam sekejap menghilang.

Wanita yang selama ini aku dambakan kini telah duduk bersama dengan orang di pelaminan. Sampai akhirnya aku mendengar kata "Sah" dari banyak orang.

Kaki yang mulai lelah, badan yang mulai melemah, perasaan yang terus gundah.

Kini, disebuah bangku taman aku terduduk diam, merasakan semua luapan kesakitan, kesesakan yang aku rasakan.

Mataku menyapu jalanan, semuanya nampak buram, karena air mata yang keluar tak tertahan.

Aku menunduk, menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Aku ingin berteriak, namun suara ku menghilang.

Saat aku mendongak, mataku menangkap sesosok insan yang tubuhnya dibalut kain hitam.

Aku dan dia dipisahkan jalanan, aku duduk di bangku taman, sedang dia berdiri di sebrang jalan.

Dia berjalan, mendekat, semakin dekat, drap drap drap, langkah kakinya semakin jelas namun sosoknya menjadi bias karena ditelan gelap jalanan.

Kini dia berdiri di depan ku, sosok nya jelas, aku menatap wajahnya yang terhalang kain hitam, hanya mata yang mulai menyipit yang terlihat.

Aku berkesimpulan bahwa di balik kain hitam itu terdapat sebuah senyuman, dia merogoh kantong nya, lalu dikeluarkan lah sebuah benda berbentuk segi empat dan diberikannya pada ku.

"Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita!" Suara yang lembut, menenangkan hati menjernihkan pikiran.

Enam kata yang  bagai mantra, membuat hati ini bergetar kuat, tangan ku menggenggam erat, mataku terkunci pada benda pemberiannya, tertulis di sana, "Al-Qur'an"

CURAHAN HATI SEORANG IKHWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang