Sepeda 🚲

3K 302 11
                                    

"Apa benar ada yang alergi dengan bunga? Bagaimana bisa nona? Eh.. Jisoo" Aku tak percaya.

"Sayang nya ada, Jennie. Dan aku mengalami nya.."

"Ah huh, sayang sekali.. Padahal aku suka sekali dengan bunga.. Bunga adalah hidupku" Aku memasang muka muram.

"Tak apa Jen, bukan berarti kita tidak bisa berteman karena ini kan?" Jisoo lalu tersenyum manis, dan menatapku dalam.

Astaga! Bermimpi apa ya aku semalam? Senyum nya.... Ya Tuhan! Ini nyata tidak sih?
"Ah uh iya, teman... Ka... Kalau begitu, aku pulang dulu ya, Jisoo..."

"Baik Jen, sampai bertemu lagi..."
Lagi-lagi Jisoo tersenyum padaku.

"Mmm... Jisoo, kalau bertemu lagi boleh kah aku menyapamu?" Tanyaku sambil menggaruk tengkuk leherku.

Jisoo berjalan ke arahku, lalu memegang pundakku "Tentu boleh, Jen. Semoga saat bertemu lagi, aku bisa menumpang di sepedamu, ya?"

Aku mengangguk dengan cepat. "Sampai jumpa, Jisoo..." Jisoo tersenyum dan berjalan memasuki rumah.

Wah, aku tak menyangka. Bagaimana tadi kalau aku kekeh hanya mau membaca novel dan menyuruh orang lain yang mengantar pesanannya? Aku tidak akan bertemu Jisoo.

Aaaaa Kim Jisoo, aku akan sengaja melewati rumahnya terus kalau pulang ah... Siapa tau aku bisa bertemu tiap hari dengannya...

🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲🚲

Setelah kembali ke toko bunga, Appa memberitau kalau itu adalah bunga terakhir yang perlu aku kirim. Hari ini sungguh melelahkan, lebih dari 10 rangkaian bunga harus aku kirim hari ini. Ah! Aku mau menceritakan tentang Jisoo pada Wendy unnie.

"Appa, aku sudah merapihkan toko nya... Apa aku boleh pergi sekarang?" Tanyaku pada Appa.

"Boleh Jen, terima kasih sudah membantu merapihkan toko ya..." Appa tersenyum padaku.

"Tenang saja, Appa. Aku Jennie yang bisa diandalkan sekarang" Tegasku sambil tersenyum "Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Appa. Bilang eomma aku akan tidak akan pulang larut."

Aku langsung mengendarai sepedaku menuju mini market tempat Wendy unnie berkerja. Setelah sampai aku langsung masuk menemui Wendy Unnie.

"Unnie unnie Wendy unnie....." Sapaku pada Wendy unnie yang sedang merapihkan rak bagian roti.

"Hey Jen, ada apa? Kamu terlihat antusias sekali..." Wendy unnie memperhatikan wajahku.

"Hehehe... Aku akan cerita nanti setelah jam kerjamu habis Unnie, sekitar 20 menit lagi kan? Aku akan menunggu di depan ya Unnie..." Aku menuju ke rak minuman dan membayarnya, lalu menikmati nya sambil menunggu Wendy Unnie.

Selama menunggu aku mengeluarkan buku sketch-ku, memindai sekelilingku apa yang kira2 menarik untuk aku gambar. Wah, langit nya mulai senja. Hhmm walau entah sudah berapa kali aku menggambar langit, tapi aku tidak akan pernah bosan.

Entah berapa lama aku terfokus pada kegiatan menggambarku sampai aku tidak menyadari kalau Wendy unnie sudah duduk di sampingku.
"Jen, ikutlah Sekolah Seni atau semacamnya... Kejarlah mimpimu sendiri, Jen. Gambar-gambarmu sangat bagus, Jen. Sayang sekali kalau hanya tergantung di kamar tidurku atau teman-temanmu."

Aku terkekeh mendengar kata Wendy unnie. "Unnie, ini hanya hobi... Aku tidak ada niat untuk menjadikannya mata pencaharianku. Aku sudah cukup senang bisa membantu Appa dan Eomma di toko bunga... Aku senang bisa berinteraksi orang-orang disana, dan menghabiskan waktuku dengan Appa dan Eomma."

Sepertinya Wendy unnie sedang tidak ingin berdebat denganku. "Baiklah... Ada apa kau mencariku? Katanya kau mau bercerita."

"Ah! Aku lupa... Tadi aku disuruh appa mengantarkan bunga ketempat pelanggan kami, Unnie... Dan kau tau unnie? Si pemilik rumah adalah bidadari, dia cantik juga ramah sekali unnie..." Lalu aku menceritakan tentang pertemuanku dengan Jisoo-ku dan tentang alergi nya kepada bunga. Eh? Hahaha aku main mengakui dia sebagai miliku saja.

"Dia mau kau antar dengan sepedamu, Jen? Ahahaha" Wendy Unnie tertawa mendengar Jisoo mau aku memboncengi nya dengan sepeda saat nanti kami bertemu lagi. "Lagian Jen, tidak ada wanita yang lebih cantik dari Irene menurutku... Dan kau juga mengakuinnya dulu... Lalu apa Jisoo bercerita padamu bagaimana dia bisa alergi dengan bunga?"

"Maafkan aku Unnie, kali ini aku tidak bisa setuju denganmu. Jisoo sangat cantik, matanya, hidungnya, bibirnya yang berbentuk love. Senyumnya Unniiiiiiieee.... Ooohhh Kim Jisoo ~~~~" aku berdiri sambil memeluk diriku sendiri. "Hihihi Unnie, aku lupa menanyakannya. Tidak apalah unnie, aku jadi punya bahan buat berbicara padanya nanti saat kami bertemu lagi... Aheeeyy! Jisoo... Uh aku tak sabar ingin bertemu lagi..."

"Kasihan anak ini, mulai gila aku rasa setelah Appa mu menyita motormu, kau jadi gila seperti ini, Jen?"

"Aku tak peduli dengan motorku lagi Unnie, sepeda ini akan jadi saksi bisu kenangan kenanganku bersama si cantik Jisoo..." Aku mengelus sepedaku dan tersenyum penuh arti.

Kapan ya aku bisa bertemu Jisoo lagi? Ah! Coba aku lewat sana nanti pas pulang ya... Siapa tau aku bisa bertemu dengannya nanti hihihi...

Sepeda, mari kita jemput pujaan hatiku ~~~~

Me, You and Daisy 🌻 JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang