Radio 📻

1.5K 237 17
                                    


Aku menghabiskan makananku sambil sesekali mencuri pandang ke arah Jisoo.

"Sudah selesai makannya? Sudah puas memandangiku? Aku bisa meleleh kalau kau lihat seperti itu terus, Jen..." Goda Jisoo sambil membersihkan bekas makan kami.

"Jisoo... Berhentilah menggodaku..." Aku memasang wajah sedih.

"Baik... Baik... Jangan sedih begitu, maaf ya? Ayo tersenyum lagi, walaupun kau menggemaskan saat cemeberut, tapi aku lebih suka melihat mu senyum..." Ucapnya tulus.

Aku lalu memberikan senyuman terbaikku. "Nah, kalau begitu kan cantik... Hehe... Oh iya, tadi kau mau bertanya apa Jen?"

"Ah itu, aku mau bertanya... Kau benar alergi bunga? Sejak kapan? Dan karena apa?" Tanyaku penasaran.

"Alergi bunga ya? Hhmm aku tidak tau karena apa, yang jelas saat aku berulang tahun ke-10 saat melihat bunga wajahku bisa memerah dan kepalaku pusing sekali..." Jawabnya sambil memasang muka sedih. "Aku juga ingin suka atau setidaknya biasa saja dengan bunga, Jen..."

"Bukan salahmu, mungkin nanti kita bisa cari tau bagaimana bisa mengatasi nya..." Aku mengusap pundaknya. "Jisoo, kau masih suka mendengarkan radio?"

"Apa salahnya dengan radio? Hahaha. Karena sekarang sudah banyak media musik streaming? Jujur aku lebih senang mendengar radio. Di radio kita dapat tau dunia luas, berita terbaru dan tetap bisa menikmati musik, tidak monoton itu-itu saja kan?" Jawabnya dengan memamerkan gigi-gigi rapihnya.

Jisoo, walaupun cahaya temaram kenapa kau tetap begitu bersinar?

Aku hanya mengangguk dan tersenyum kepadanya.

"Kau suka menggambar Jen? Lain kali, boleh aku melihat gambarmu?"

"Iya, itu hobiku hehe... Baik, nanti akan ku tunjukan kalau kita bertemu lagi..." Aku lalu teringat senar gitar yang dia beli. "Oh, tapi aku juga mau melihatmu bermain gitar? Bagaimana?"

Dia lagi-lagi tersenyum. "Okay okay, baby bakpao... Maaf tapi kalau aku tidak pandai bermainnya ya..."

"Ih Jisoo!! Suka sekali meledekku!" Aku memukul pundaknya.

"Ahahaha... Ya! Ampun ampun... Okay, sorry..." Dia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku "Ayo kita pulang, sudah malam..."

Aku berdiri dengan bantuannya, lalu membersihkan bekas makan kami berdua tadi.

"Jen, apa kau lelah?" Tanyanya hati-hati.

"Tidak juga, kenapa? Kau mau aku yang membawa sepedanya?"

"Bu... Bukan begitu... Mmmmm..." Jisoo menggaruk lehernya. "Bolehkah kita berjalan saja? Biar aku yang menuntun sepedamu... Rumah keluarga Park juga tidak terlalu jauh dari sini."

"Ooo... Masih rindu padaku yaaa??? Hahaha. Yes! Aku bisa meledek mu!"

"Iya, Jen... Aku masih ingin bersamamu." Jawabnya sambil menatapku.

Ya Tuhan, Jisoo? Kenapa serius begini? Apa aku tidak salah dengar? Sial sial sial! Ini pasti mukaku sudah sangat merah!

"Pppffftt. BUAHAHAHA! Kena kau Jennie! Ahahaha... Bakpao panas... Bakpao panas... Lihat mukamu merah, Jen! Ahahahah!" Jisoo lalu berlari membawa sepedaku.

"YAAAAKKK!!! JISOOOOOO!!!!" Aku mengejar Jisoo yang lari meninggalkanku. Setelah keluar dari taman, Jisoo berhenti berlari karena kelelahan.

"Ahahaha... Sudah sudah ampun ya Jen... Aku hanya bercanda..."

"Huh kau nih... Lelah kan? Makanya jangan menggodaku terus! Ya sudah, berjalan saja yang benar..." Kataku sambil mengusap keningnya yang berkeringat.

Loh? Mengapa muka Jisoo merah begini? Apa dia sakit?

"Jisoo, kau baik-baik saja? Kenapa mukamu memerah?" Tanyaku khawatir.

"A... Ak... Eh itu, aku tidak apa-apa Jen... Mari kita pulang." Jisoo lalu berjalan disebelahku sambil menuntun sepedaku. "Rumahmu jauh dengan toko bunga milik Appa-mu, Jen?"

"Tidak juga, yah kalau dengan sepeda bisa menghabiskan waktu sekitar 20 menit..."

"Jen, mau mendengar radio lagi?" Jisoo berhenti berjalan dan mengambil ponselnya.

"Boleh, kemarikan headset mu..." Tanganku mengadah meminta sebelah bagian dari headset nya.

Jisoo lalu memasang headset nya dan mulai memasang radionya. Kami tidak banyak berbicara sepanjang jalan pulang, hanya sesekali berkomentar tentang topik dari si pembawa acara, sesekali bernyanyi mengikuti lagu yang diputar.

Tuhan, ini nyaman sekali...

Tidak terasa kami sudah sampai di depan rumah Jisoo. Jisoo berhenti dan memberikan sepedaku, melipat headset nya, lalu menatapku dalam.

"Terima kasih atas tumpangannya, Jen... Terima kasih sudah mau berjalan jauh setelah pulang kerja... Maaf merepotkan." Jisoo tersenyum memamerkan gigi-gigi rapihnya.

"Santai saja, Jisoo. Aku tidak keberatan bukan? Baiklah, sudah malam... Aku pulang ya? Sampai jumpa lagi, Jisoo. Selamat malam..." Aku segera menaiki sepedaku, saat aku hendak mengayuhnya aku merasakan ada tangan lembut memegang tanganku.

"Mmmhhh... Jen... Itu... A... Aku... IIIHH!" Jisoo terlihat kesal dengan dirinya sendiri. "A... Apa kau... Apa jum'at malam kau ada acara, Jen?"

Aku menautkan alisku. "Sepertinya tidak ada... Kenapa Jisoo?"

"Itu... Hhuumm, apa kau jadi mau melihatku bermain gitar? Nanti kau bisa menunjukan ku gambar mu, gimana?" Tanya nya malu-malu.

"Ah, yang benar? Okay, aku mau! Aku akan membawa peralatan menggambarku. Jum'at malam, okay?"

Jisoo mengangguk. "Okay. Jen, satu lagi... Apa aku boleh minta nomer ponselmu? Jadi aku mudah mengabarimu Jum'at nanti..." Jisoo menyodorkan ponsel nya.

Aku mengambil ponsel Jisoo dan menuliskan nomerku disana. "Ini, sudah. Aku pulang ya... Sampai bertemu hari Jum'at..." Kataku lalu mengayuh sepedaku.

Jisoo tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku. "Hati-hati di jalan, Jen..."

Semenit kemudian aku mendengar suara dibelakangku, yang kuyakini adalah suara Jisoo. "YEESSS!! YEESS!! UHUUUU!!!" Aku tertawa mendengarnya.

Apa dia benar-benar sesenang itu? Hihihi, aku juga senang sekali Jisoo...
Oh tidak, ini bisa dibilang kencan kah? Kencan pertama kami 😱

#POV JENNIE END#

📻📻📻📻📻📻📻📻📻📻📻📻📻

Saat Jennie sedang berjalan pulang, tiba-tiba dari jauh ada sepasang mata yang melihatnya sambil tersenyum senang.

"Apa yang dilakukan gadis toko bunga itu disekitar sini? Apa dia habis mengantar pesanan bunga? Hehehe, sepertinya dia sedang senang... Cantik sekali dia saat tersenyum begitu. Ah! Namanya saja aku tidak tau."

Lalu gadis yang sibuk dengan pikiran nya ini berjalan kembali ke rumah nya.

Apa aku harus memesan bunga lagi, untuk sekedar tau namamu, nona?

To be continued​ ~

Halo, kalau ada yang masih bingung.. di chapter" sebelumnya adalah dari sudut pandang Jennie.

Hayo, siapa sih secret admirer nya Jenjen?

Me, You and Daisy 🌻 JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang