Alena

25 4 0
                                    


New York
08.34

Alena Princessa Martha,
Berjalan memasuki mension keluarga Martha dengan kaki sedikit berjinjit, ia menahan sakit di selangkangannya.

Matanya menatap kosong, tak ada yang ia harapkan di negara asing ini. Dia terlalu mudah di bodohi, bahkan dengan cara rendahan.

"kaka dari mana saja? Papa baru pulang, dia bilang ingin bertemu kaka." ujar Alana Aquella Martha, gadis berusia 11 tahun.

"Papa di ruangan kerja, kak"

Tanpa menjawab ucapan Alana, Alena memasuki ruang kerja Papanya.

"sejak kapan kau menjadi liar?"
Pertanyaan yang mampu menohok hati Alena mulai terlontar dari mulut Aldie Tama Martha.

"sejak Papa membiarkan mereka menjatuhkan ku, mungkin?"
Alena memberi wajah sinis yang terkesan mengejek.

"abaikan saja, cukup Papa yang tau kebenarannya. "

Alena mengeram, ia mengepal telapak tangannya erat. "Papa egois! "

Aldie mengalihkan tatapannya yang dari berkas ke wajah putrinya.

"Papa membiarkan aku terpojok, tanpa tau kabar hati aku."

Aldie berdiri, berjalan ke arah Alena berhenti tepat dihadapannya.

"Papa tau? Al muak sama Papa!!"

Alena berbalik setelah mendorong sekuat tenaga dada Aldie, hatinya hancur, rusak, patah, sakit.

"Papa gak perlu cari Al, percuma! Al gak sudi balik kepelukan Papa!! "
Selanjutnya, Alen berlari menuju kamarnya. Melupakan kesakitan di selangkangannya.

Menyiapkan segala perlengkapan yang perlu ia bawa untuk meninggalkan mension, ia akan kembali ke negara asalnya.

Hari ini 3 hal yang mampu membuatnya tersakiti, kecewa, dan hancur.

Selamat tinggal, aku merindukan kalian yang dengan senang membuka tangan untuk memeluk ku erat :)

********************

Jakarta
18.11

Alena telah sampai pada tujuannya, rumah bernuansa putih dengan kesan sederhana adalah tujuannya. Rumah pembantu yang mengabdi pada keluarganya selama 20 tahun lebih.

"assalamualaikum, bi. Ini Al, rumah bibi ada siapa? "

Alena menelepon pembantunya.

"tidak ada siapa siapa non, ada apa? "

"aku boleh tinggal 2 hari dirumah bibi? Sampai aku nemu sekolah baru, "

"astaga non! Yaudah non masuk aja, kuncinya di tempat biasa ko non. "

Alena tersenyum, ia memberi salam tutup kepada bibi yang sudah ia anggap seperti ibu.

Ia mengambil kunci pintu di bawah pot bunga mawar kecil, ia ingat bagaimana kenangan di rumah ini terjalin. Para saudara dan adiknya bermain ria tanpa ada rasa kecewa.

"aku kangen kita, kenapa setiap hal tentang aku selalu salah di mata kalian. " lirih nya dengan tatapan sendu.

~~~

Alena POV's

Esoknya pada siang hari. Aku berjalan memutari taman kompleks rumah ku, aku tau ucapan itu tak pantas. Tapi aku tak bisa menyangkal bahwa dulu aku pernah tinggal disana selama belasan tahun.

Setelah membelah taman, aku menduduki salah satu bangkunya. Sunyi, hampa, sepi, aku rasa sudah melekat di tubuhku.

"kata mama gw, gak baik cewe sore sore gini keluyuran. Dikit lagi adzan loh" Ujar seseorang di sebelah ku.

Aku menengok, menatap laki laki seumuran ku. Dia tampan, memiliki rambut coklat dan mata teduh berwarna senada dengan iris matanya. Namanya Alka, seseorang yang pernah menjadi pahlawan ku.

"sebenernya gw kesini karna ada masalah, papa jodohin gw sama cindy"

Aku hanya diam mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya.

"cantik sih calonnya, tapi kan tetep aja. Bahkan gw belum punya KTP "
Aku mendengar dia menghela nafas kasar.

"kalo lo ngapain kesini sendirian? "

Aku mendongak, mencoba menormalkan tubuhku.

"gw udah cape sama sikap mereka, "

"pantes, setau gw keluarga Martha balik 2 tahun lagi. Bagus deh, gak perlu nunggu lo lebih lama lagi."

Aku menatapnya bingung, tapi selanjutnya aku mengangguk. Spontan dia memeluk ku erat.

"gw kangen sama lo Len, semenjak lo pergi. Hari gw makin kosong, "

Aku membalas pelukannya, hangat, nyaman, tenang, dan aman aku rasakan. Alka ditakdirkan untuk menjadi candu ku, aku tak pernah bisa menolak pelukannya.

**************

Itu pertama kalinya aku bertemu Alka setelah hampir 5 tahun berpisah. Dulu kami seperti anak kembar, jika bertemu. selalu bersama dan enggan pisah, tapi ada suatu saatnya kita menjalani hidup sendiri.

Dan mungkin aku terlalu larut akan masalah, yang mengharuskanku sendiri.

i'm ok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang