Alka

11 2 0
                                    

3 tahun yang lalu

Alka menghampiri kedua sahabatnya.

"oi, pada ngapain si? Tumbenan nih kagak ada yang jemput gw, "

Alka mencium aura mencekam, apa mungkin mereka bertengkar karna ia tinggal sehari.

"eh ni gw bawa oleh oleh, lo semua pasti suka. Ini buatan Oma gw, kemaren dia juga nanyain lo berdua kapan ke kampung lagi, "

Tak ada respon, bahkan keduanya tidak menatapnya.

"kenapa lagi sih lo berdua! Gw tinggal sehari udah pada kaya mayat,"

Lagi lagi dia seperti berbicara pada patung.

"apa segitu pentingnya gw di hidup kalian, sampe sehari aja gw tinggal udah berantem. "

"bacot! Ikut gw, atau jangan pernah kenal gw lagi?!"
Ancam Elang dengan nada dinginnya
Sebelum bangkit dan berjalan menjauh.

"ikut dia. Jangan kenal gw!"
Perintah Exel tegas, yang membuat Alka berlari mengejar Elang.

Tanpa Alka sadari, itu sama saja memutus hubungan dengan Exel.

End

**********

Alena memeluk Alka dari belakang, tangannya melingkar erat di perut Alka.

"lo tau gak, alesan gw milih balik ke negara ini? Padahal udah tau mereka bakal nangkep gw," bisik Alena yang hanya didengar Alka.

Mereka sedang berada di balkon kamar Alka, bagi Alena rumah Alka sudah tak asing lagi.

"hem?"

Tangan kiri Alka mengelus lembut permukaan kulit Alena.

"itu lo,"

"karna ucapan lo selalu terngiang di telinga gw,saat penyakit gw kambuh." Lanjut Alena sedikit lirih, ia menikmati hangatnya pelukan mereka.

"apa aja yang udah lo perbuat,hm?"

Alka berbalik menatap lembut Alena, tangannya meraih dagu Alena ke atas.

"gw kehilangan harta gw Al "
Ucap Alena jujur, dia menatap rapuh Alka. Panggilan Al yang menandakan ucapan Alena sangat lah serius.

Tangan yang menfongakkan dagunya lembut itu seketika terhempas kasar, Alka mundur selangkah dari jangkauan Alena.

"maksud lo?!"

Alena menunduk, dia mengeratkan kepalan tangannya.

"Al aku minta maaf..."

Alena mencoba menjangkau Alka, untuk menjadi candunya kembali.

"Jelasin ALENA!"

alka menatap marah pada mata coklat madu teduh yang menyorotnya rapuh.

"gw nyelamatin temen sekelas gw, di...dia hampir di perkosa. Gw pikir, gw bisa... Tapi..."

"lo Bodoh Al! "

Alka merengkuh Alena kepelukannya, dia tau semua yang ada di dalam hati Alena itu orang lain. Dia tak pernah berfikir tentang dirinya, atau lebih tepatnya tak pernah memiliki sisi egois.

"kenapa lo mempertaruhkan mahkota lo! Bisa gak lo sedikit aja egois, gw gak akan biarin lo lepas kali ini Al ." nada dan kata Alka seakan ucapan telak yang tak akan pernah bisa di bantah.

Alena mengangguk samar, dia tau hidupnya aman jika sudah berada dalam dekapan Alka. Candu terbaiknya.

"gw pernah melepas lo, dan rasanya tak sesakit sekarang. Lo bikin gw hancur, untuk yang kesian kalinya."

Alena meramalkan kata Maaf berulang kali dalam hatinya untuk Alka, lelaki pertama yang mencintainya tanpa pamrih.

"Ka, aku kangen kamu"

Alka mengerti, dia mencoba mrnghela nafas dan menariknya kembali. Hingga pikirannya sedikit jernih.

"gw belum pernah tenang kalo mereka yang berani nyentuh tubuh lo gak mati di tangan gw."

Alena tersenyum, Alka tu teman , sahabat, kaka, ah bahkan lebih dari sekedar pacar, dia sosok yang sangat Alena butuhkan. Tanpa Alka, Alena tidak akan ada sejak lama.

*•*•*

Alka POV's

Aku lihat wajah damai Alena, dia masih sama seperti dulu. Gadis polos yang takpernah egois.

Aku kembali menatap wajahnya untuk yang sekian kali, hati ku berdetak dua kali lebih cepat. Dia orang yang bisa membuat ku jatuh cinta kembali.

Mungkin jika kita bertemu lebih cepat, Alena yang akan menjadi tunanganku bukan Cindy.

"Len, lo orang yang tepat buat gw ngerasain cinta. Tapi saat cinta itu hadir detik srlanjutnya lo buat gw merasakan sakitnya jatuh cinta. "
Senyum rapuh terukir di wajahku.

Sakit sekali mendengar ucapan dia 30 menit yang lalu, beraninya mereka menghancurkan gadis ku.

Akan aku ajarkan bernafas tanpa hidup, mereka berani menyentuhnya. Kenapa aku tidak? Kita sama sama pendosa jadi jangan harap mereka kabur dari jerattan ku!

Alena akan tinggal di rumahku untuk beberapa waktu, orang tua ku sangat setuju tentang itu. Mereka sangat menyambut Alena dengan baik.

"maaf aden, nona Cindy datang berkunjung." ujar pelayan, yang membuatku sedikit terkejut.

Aku melirik jam, yang menunjukkan pukul 7 malam.

Pelayan itu telah pergi dari kamar ku.
Aku kembali melirik wajah tenang Alena, memberikan usapan di puncak kepalanya serta kecupan di keningnya.

"Selamat tidur Princess,"

Aku berjalan keluar untuk menemuinya, sebenarnya apa tujuan dia datang kemari?

i'm ok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang