CHAPTER ONE : Meena

106 13 11
                                    

She just wants to be beautiful
Dia hanya ingin menjadi cantik


Dialah Meena.

Gadis bernama lengkap Zaira Baraka Yameena itu kini tengah sibuk memerhatikan berbagai alat makeup yang entah sejak kepan sudah memenuhi meja riasnya. Kali ini ia berencana untuk memoles wajahnya dengan sentuhan makeup yang glamour namun tetap natural. Meena memandang sejenak bayangan wajahnya di depan cermin. Senyuman getir tercetak dari sudut bibir gadis itu saat memerhatikan setiap sudut wajahnya.

Selamanya tak akan ada yang menarik dari wajahku, batinnya.

Merasa sia-sia jika ia hanya terus merutuki diri, Meena pun menepis pikiran tersebut. Yang harus ia lakukan adalah, sebisa mungkin mengubah wajahnya agar menarik. Dan benar, tak butuh waktu lama berbagai tahapan pun selesai. Dimulai dari pemakaian pelembab pada wajah, mengaplikasikan foundation serta concealer, pemberian bedak tabur tipis, pambentukan alis, sampai pada pewarnaan bibir telah selesai ia lakukan.

Raut bahagia pun terpancar dari wajah Meena dan menggantikan senyum getir tersebut. Ia terlihat puas dengan hasil riasannya. Karena kini, wajahnya tampak labih menarik dibandingkan dengan wajah aslinya. Meena pun mengambil ponselnya untuk mengabadikan wajahnya ke dalam beberapa foto.

Cekrek!

Setelah dirasa cukup, Meena lalu memilah foto tersebut. Hasil yang terbagus akan ia posting. Ya, kau harus mengenal Meena lebih baik. Dengan wajah hasil riasannya itu, Meena termasuk salah satu selebram yang sedang hits dibincangkan. Karena wajah palsunya itu, tak sedikit kaum adam yang mengirimkannya direct message dengan berbagai modus pendekatan.

Saat sedetik lagi ia akan menekan option post pada fitur inst**gramnya, Meena dikejutkan oleh ketukan dari luar pintu kamarnya. Bersamaan dengan itu, terdengar samar suara Rani-Bunda Meena-yang sedang memanggil namanya.

Tok, tok, tok.

"Meena, buka pintunya sayang," pinta Rani.

Meena kemudian sedikit mendekat kearah pintu sambil menjawab, "Iya bun. Tunggu sebentar."

Bak bandit yang sedang diburon, Meena kalang kabut mencari letak micellar water miliknya. Setelah menemukannya, dengan tergesa-gesa Meena mengusapkan air miselar itu pada wajahnya dan berjalan ke arah pintu. Meena pun kemudian membuka pintu kamarnya.

"Lama banget kamu bukanya. Lagian kenapa dikunci?" tanya Rani.

"A-anu bun, tadi aku lagi belajar untuk ujian. Mau fokus aja mangkanya Meena kunci, hehe," jawab Meena sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ujian bahkan sudah diadakan seminggu yang lalu. Meena tahu bahwa kebohongannya dapat terbaca oleh Rani yang saat itu mengamati gerak-geriknya.

"Warna kulit wajah kamu kok beda?" tanya Rani.

Meena yakin ia akan menerima pertanyaan itu. Pasalnya, hanya sedikit air miselar yang sempat Meena gunakan. Ia hanya fokus membersihkan riasan di area mata, bibir, dan hidungnya. Wajar bila Rani merasa sedikit ganjal.

"Perasaan bunda aja kali. Kan lampunya remang-remang," jawab Meena.

"Iya, ya. Mungkin penglihatan bunda yang salah. Yaudah kamu lanjutin belajarnya sana." Rani mengusap pelan pucuk kepala Meena sambil tersenyum.

"Oke, bun." Meena membalas senyuman Rani dan kembali masuk ke kamarnya.

Meena menghelas nafas lega. Hampir saja ia dicurigai oleh Rani. Muncul persaan bersalah sebab ia tak memberitahu Rani apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan sampai sekarang Rani tak tahu bahwa Meena menggunakan makeup untuk kepentingan sosialnya.

Meena pun beranjak untuk mengambil ponselnya. Ia kemudian menekan option post yang sempat terjeda tadi. Lalu tak lama kemudian, muncul beberapa notifikasi berupa like dan comment pada foto yang ia posting. Tak sedikit akun yang sekedar memuji wajahnya. Ralat, wajah palsunya.


She craves attention, she praises an image
Dia sangat membutuhkan perhatian, dia memuji sebuah citra


Setidaknya dengan cara ini, dirinya diakui cantik.


To be continued ...

542 words.

We're BEAUTIFUL [ Song Fiction ] ; LoveyourselfIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang