CHAPTER FOUR : Akhir, Aalia, dan Awal

70 11 2
                                    

Hari itu berlalu begitu saja dimana aku bertemu dengan Aalia, si gadis penderita vitiligo. Banyak telah kami bahas dan membuat kami menjadi saling memahami satu sama lain. Masih teringat dalam ingatanku saat ia meyakinkanku dengan fisik yang kupunya.

"Apakah kamu malu dengan fisik yang kamu punya, Meena?" tanya Aalia.

Meena hanya diam. Ia tak mungkin menjawab dengan lantang bahwa ia sungguh malu dengan fisiknya. Alhasil Meena pun menundukkan kepalanya berharap Aalia dapat paham dengan maksudnya.


Tak ada manusia -- There is no human

Yang terlahir sempurna -- who is born perfectly


Aalia yang melihat reaksi Meena pun mengulum bibirnya seraya berkata,"dulu aku juga pernah seperti dirimu, lebih parah bahkan."

Mendengar hal itu, Meena pun mengangkat kepala karena sedikit tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. "Benarkah?" tanya Meena.

"Iya. Kau lihat bekas sayatan ini?" Aalia memperlihatkan pergelangan tangannya yang dipenuhi bekas sayatan,"Itu masa terburuk yang pernah aku alami. Aku pernah koma karena percobaan bunuh diri yang kubuat. Ku pikir awalnya dengan kepergianku, tak akan ada yang tersakiti. Namun nyatanya aku salah." Bersamaan dengan itu, air mata Aalia juga ikut jatuh. Ia pun mengusapnya dan kembali bercerita.

"Biaya rumah sakit yang harus ditanggung karena merawatku ternyata tidak murah. Aku hidup dalam kondisi ekonomi keluarga yang kurang berkecukupan saat itu. Karena itulah, ibuku terpaksa menjadi kuli bangunan demi mendapat tambahan uang. Gaji ayahku yang hanya seorang buruh pabrik tak akan mampu menebus semua biaya operasionalnya."

"Dua bulan kemudian, aku berhasil bangun dari koma. Kenyataan bahwa aku masih hidup dengan wajah seperti ini membuatku drop. Kata dokter, aku harus memerlukan banyak darah agar tetap hidup. Golongan darahku AB. Dan-" Ucapan itu terhenti saat air mata Aalia semakin tercucur deras.

Melihat hal tersebut, Meena langsung memeluk tubuh Aalia dan menepuk pelan punggungnya. "Jika kamu tidak sanggup enggak papa, Aalia."


Jangan kau sesali segala yang telah terjadi -- Don't you regret on what was happened


Bukannya mengangguk, Aalia justru menggeleng pertanda ia akan tetap melanjutkannya. "Golongan darah AB sulit didapat saat itu. Beruntungnya ibuku memiliki golongan darah yang sama dan bersedia mendonorkannya untukku. Dan aku berhasil melewati masa kritisku. Namun saat aku membuka mata...," Aalia kembali mengusap matanya,"ia sudah tiada."


Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat -- We ever for sure got a hard temptation


Meena terkejut. Ia tak menyangka jika kisah Aalia akan berakhir seperti itu. "Aku turut berduka mendengarnya."

"Terima kasih. Namun kamu tahu Meena? Semenjak hari itu aku menyesal dengan perbuatanku. Andai saat itu aku mencintai kondisi fisikku, tak mungkin kejadian ini akan terjadi. Dan sekarang aku paham. Kematian ibuku sudah ditetapkan oleh Allah, tanpa melihat drop atau tidaknya diriku. Melalui kejadian ini, aku belajar satu hal. Jangan pernah berfikir bahwa dirimu hanya berjuang sendiri di bumi ini. Seperti halnya kamu, Meena."


Seakan hidup ini tak ada artinya lagi -- As if this life is meaningless


"Kejadian itu membuatku belajar untuk menerima keadaan dan belajar untuk bersyukur. Karena fisik bukan tolak ukur seseorang akan berguna atau tidak. Karena permata yang sesungguhnya itu ada pada hati, Meena, bukan fisik."


Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah -- Be grateful of what you have, life is a gift


Ya, hati. Sekarang aku mengerti bahwa bersyukur adalah cara paling indah untuk mencintai diri sendiri. Aku mencoba untuk merubah semuanya. Kini, aku sudah menghapus akun media sosialku dan menggantinya dengan user yang baru dengan nama asliku. Aku juga menjual alat-alat makeupku yang berlebihan. Aku harus mulai mencintai diriku yang apa adanya sekarang.

Saat bertemu dengan Aalia, ada satu hal yang membuatku merasa malu. Ini berbicara tentang bagaimana ia menutupi rambutnya. Darinya aku juga belajar untuk menutupi apa yang seharusnya kututupi sebagai seorang wanita muslimah. Semenjak hari itu, kumantapkan hati untuk berhijab.

Hari-hari kian berlalu dan aku semakin nyaman dengan segala perubahan yang kubuat. Aku mulai merasakan kenyamanan batin saat di dalam ataupun di luar rumah. Bahkan banyak teman sekolahku yang mendukung keputusanku. Aku kembali belajar satu hal lain berkat mereka.

Orang lain tak akan mampu mencintai dirimu sebelum kamu mampu mencintai dirimu sendiri.


No scars to your beautiful, we're stars and we're beautiful
Tidak ada bekas luka untuk kecantikan Anda, kami bintang dan kami cantik


Untuk kalian, orang-orang yang masih malu dengan dirinya sendiri, ku mohon berhentilah. Cobalah untuk melihat kekurangan yang kau punya dari sudut yang berbeda dan yakinlah bahwa semua pasti akan ada hikmahnya. Sekarang baik aku dan Aalia sudah mampu menerima diri kami sepenuhnya. Semoga kisah kami dapat membantu kalian untuk mulai mensyukuri anugerah yang ada.


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna 'adzaabii lasyadiid

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( Q.S. Ibrahim 14 : 7 )


THE END

789 words.

total = 542 + 522 + 489 + 789 = 2.342 words

🎉 Kamu telah selesai membaca We're BEAUTIFUL [ Song Fiction ] ; LoveyourselfID 🎉
We're BEAUTIFUL [ Song Fiction ] ; LoveyourselfIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang