Study Tour II

6 3 0
                                    

Sedetik berpisah dari kamu, rasanya seperti seabad di dalam Gua yang tertutup rapat. Sepi
-Andromeda Zee Verely

Para siswa segera memasuki bus yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah. Mereka akan pergi ke Candi Borobudur, tempat yang akan diamati oleh Galaxy dan Kawan-kawan.

Tempat duduk dalam bus sudah diatur, maksudnya agar para siswa tidak berebut tempat duduk. Entah ini kesialan ataupun keberuntungan, hanya Galaxy , Sisi, Gibran dan Andro yang dipindah tempat duduknya. Sisi di sebelah Gibran dan Galaxy di sebelah Andro. Mereka semua duduk dengan tenang. Karena perjalanan yang cukup jauh, Mrs. Vina, selaku guru pengawas yang ada di bus itu menyarankan untuk tidur.

"Gibran, gue yang duduk deket jendela ya?" Gibran menggeleng. Namun Sisi tetap bersikeras mempertahankan pendapatnya.

"Nggak! Aku mau di sini!" Bisik Gibran sambil mempertahankan tempat duduknya.

"Nggak!"

"Aku mau di sini!"

"Nggak!"

"Aku mau di sini!"

"Nggak!"

"Lo berdua bisa diem nggak?! Noh liat siswa lain tenang banget, nah kalian? Udah kayak bocah rebutan permen." Sindir Gala yang sukses membuat Sisi yang duduk di depannya menoleh dengan tatapan tajam.

"Dari pada Lo berdua, pacaran mulu kerjanya." Sindir Sisi dan Gibran kompak.

Andro dan Gala saling tatap dan berbisik kompak ditelinga kedua sahabatnya. "Dari pada Lo berdua J.O.M.B.L.O."

Jlebbb!!!

Hati Gibran dan Sisi terasa ditusuk ribuan jarum. Kenyataan pahit itu membuat mereka tersenyum getir. Hah dasar Jomblo (padahal Authornya juga jomblo :v)

Sisi menatap butiran air hujan yang turun begitu derasnya dari langit. Gadis itu sekarang merasa kesepian. Hampir seluruh temannya dikelas sudah memiliki pacar, hanya dirinya saja belum memiliki pacar. Kedua telapak tangannya saling digosokkan, berusaha menghilangkan rasa dingin yang menyengat dirinya. Gibran yang melihat itu langsung melepas jaketnya dan memakaikannya pada Sisi. Gadis itu tertegun sebentar.

"Ini?" Gibran tersenyum tipis. Gadis itu memalingkan wajahnya, berusaha tidak memperlihatkan wajahnya yang memerah akibat perlakuan Gibran. Melihat sikap Sisi, timbullah ide jahil di kepala Gibran. Pemuda itu meniup-niup wajah cantik Sisi hingga sang empunya merinding. Sudah lama rasanya Gibran ingin memgungkapkan perasaannya pada Sisi, tapi saat ia ingin mengatakannya, nyalinya tiba-tiba ciut. Saat seluruh pemikiran itu berputar di kepalanya. Ia hampir tidak menyadari bahwa Sisi menyandarkan kepalanya di bahu Gibran. Dada Gibran menghangat melihat wajah cantik Sisi tertidur.

"Gue cinta sama Lo, Cerewet. Gue harap suatu hari nanti, Lo bakal bales cinta gue." Bisik Gibran di telinga Sisi yang sebenarnya belum sepenuhnya tidur. Gadis itu tersenyum tulus diiringi masuknya gadis itu masuk ke alam mimpi.

"Kayaknya cocok." Gumam Gala sambil menatap tetes hujan. Andro yang berada di sampingnya segera menoleh.

"Apanya?" Gala menatap ke arah kursi Gibran dan Sisi yang ada di depannya.

"Mereka berdua. Kalau dilia, sebenarnya mereka itu udah saling suka tapi masih malu."

"Kenapa gitu?" Ok, kali ini Andro kelihatan seperti anak kecil yang sangat ingin mendengar dongeng.

"Lo itu bego atau gi-" bibir Gala langsung tercekat saat telunjuk Andro menempel di bibirnya.

"Aku-kamu, Gal. Aku-kamu." Bisik Andro di telinga Gala yang sukses membuat bulu romanya meremang.

"Ok." Seperti terhipnotis, Gala hanya bergumam singkat dan mengangguk.

"Good Girl." Andro mencium lembut pucuk kepala Gala, gadis itu hanya diam termangu karena terkejut. Andro yang memang sejak tadi melihat Gala yang sudah agak mengantuk, memberi isyarat agar Gala bersandar di bahunya.

"Nggak papa nih?" Andro tersenyum tulus. Tanpa ragu lagi, Gala menyandarkan kepalanya di bahu Andro. Tak perlu lama, gadis itu langsung tertidur.

"Stay with me, My Queen."

~

"Hah! Akhirnya sampai juga." Galaxy menuruni bus dengan langkah jenjangnya, disusul Sisi, Gibran dan yang terakhir Andro.

"Baiklah anak-anak, sekarang kita akan mulai untuk meneliti bagian Candi. Silahkan cari kelompok kalian. Study Tour akan diadakan selama 3 hari, dan nilai karya tulis kalian akan menjadi nilai pertama kalian dalam semester depan."  Jelas Mrs. Dea panjang sekali.

"Ok kita bagi tugas ya, gue sama Sisi yang catat, terus Gibran sama Andro yang mengamati, gimana?" Gibran mengangguk setuju, begitu pula Sisi dan Andro. Mereka berempat kemudian mulai mengerjakan tugasnya masing-masing

~

"Akhirnya bisa istirahat." Gala menghempaskan dirinya ke kasur empuk ukuran single size. Di sebelahnya, Sisi bahkan sudah tertidur pulas.
Kedua gadis cantik itu kemudian mulai menutup matanya hingga mencapai alam mimpi.

Tadi sore, setelah pengamatan selesai, mereka semua segera menuju Villa yang sudah disewa oleh pihak Sekolah. Mereka semua dapat memilih kamarnya. Satu kamar diisi oleh dua murid. Lantai atas untuk para siswi perempuan. Lantai bawah untuk para siswa lelaki, sedangkan para guru tidur di Villa yang terletak tepat di sebelah Villa para siswa.

~

Andro menatap atap kamarnya datar. Ia sama sekali tidak bisa tidur. Saat dirinya mulai memejamkan mata, kabut hitam yang sangat pekat memasuki kamarnya, pertanda sang ayah ingin memberikan pesan.

"Apa kabar, Putraku?" Kabut itu membentuk sebuah layar yang menampilkan ayahnya yang tengah duduk di atas singgasananya.

"Apa mau ayah?" Tanya Andro dengan nada yang sangat dingin. Puluhan tahun terakhir hubungannya dengan sang ayah sangat tidak baik. Itu dikarenakan sang ayah sering menyiksa ibunya dengan kasar. Andro benar-benar tidak bisa menerima itu.

"Menurutmu?" Raja terkekeh kecil. Pria berumur setengah baya itu tampaknya sudah gila.

"Cepat katakan."

"Baiklah, aku ingin kau segera membunuh sang putri." Urat-urat Andro menegang. Ia lupa tujuan awalnya ke Bumi. Ia bahkan sudah berjanji tidak akan membiarkan gadisnya itu terluka.

"Tidak." Sang Raja tampak murka.

"Bawa dia masuk." Perintah sang Raja datar. Keluarlah dua orang pria berbaju zirah dengan membopong seorang wanita yang sedang tampak kesakitan.

"BUNDA! APA YANG KAU LAKUKAN PADA BUNDAKU HAH!" Teriaknya marah. Kabut hitam tadi membuat semua orang tertidur, sehingga tidak ada yang mendengar ucapan Andro.

"Jika ingin Bunda kesayanganmu ini selamat, sebaiknya segera bunuh gadis itu, atau nyawa Bundamu jadi taruhannya." Sang Bunda yang kini ada di sebelah ayahnya hanya mempu meronta-ronta.

"Jangan Andro, kau harus dengarkan kata hatimu, kumohon jangan, Nak." Hati Andro benar-benar sakit mendengar rintihan ibunya. Raja itu menyerengai kejam.

"Pikirkan, Putraku." Kabut itu menghilang. Ia benar-benar bingung kali ini, siapa yang harus ia pilih, Bundanya atau Galaxy. Sebutir cairan bening perlahan turun dari pelupuk matanya. Ia tertekan secara mental. Pemuda itu kelihatan sangat frustasi. Jika ia bisa mati, ia akan mati sekarang. Siapapun yang ia pilih, pasti akan menyakiti dirinya juga. Jika ia memilih sang Bunda, maka ia akan kehilanga5n Soulmate-nya. Ini ia dengar saat peramal istana membacakan ramalannya kepada sang Bunda, ia waktu itu tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Sedangkan, jika ia memilih Galaxy, ia akan kehilangan wanita yang melahirkannya, membesarkannya dengan kasih sayang dan merawatnya sedari kecil. Ia benar-benar tidak bisa memilih keduanya. Andro mulai terisak semakin dalam. Pemuda yang sama sekali tidak pernah menampakan emosinya itu menangisi takdirnya yang pahit. Lama-kelamaan, kantuk mulai datang mendekat dan membawanya masuk ke alam mimpi.


Ohayo semuanya!!! Gimana kabar kalian??? Udah lama aku nggak Up ceritanya, ya karena kesibukan sih. Ok moga kalian tambah Enjoy sama ceritaku ya!!!

See You Next Time!!!

Galaxy : Terkuaknya Sebuah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang