00 : Rubah putih

333 55 15
                                    

Hati-hati sayangku, dunia begitu kejam. Layaknya mawar indah yang dapat membuatmu terlena, hingga tak sadar durinya menyakiti dirimu...

🌹🌹🌹


"LUKE!" Teriak Emilia. Gadis cantik yang baru beranjak 18 tahun tersebut berlari mengejar lelaki yang telah berada jauh di depannya. Walau gadis itu sadar ia tidak akan mampu menyaingi langkah besar Luke, tetapi ia tetap mengejarnya dengan alasan ingin mengambil sepatu miliknya yang dibawa lari oleh Luke yang usilnya setengah mati.

"Kubilang kembalikan!" Teriak Emilia lagi. Kali ini ia benar-benar geram dengan tingkah kekanakan Luke yang tidak pernah berubah sejak awal mereka bertemu sepuluh tahun yang lalu.

Ya...Emilia dan Luke sudah berteman sejak kecil. Pertemuan mereka terjadi karena Tuan Alvredo atau tidak lain adalah ayah Luke datang ke kediaman keluarga Hans, keluarga Emilia, karena kepindahan mereka dari Kerajaan Manglonia ke Exlosia. Ternyata Ayah Luke dan Ayah Emilia adalah teman akrab dan kondisi tersebut membuat Luke dan Emilia juga semakin dekat.

Awal pertemuan mereka 10 tahun yang lalu bisa tergolong suram bagi Luke. Karena sikap Luke yang tidak bisa diam berbanding terbalik dengan sikap tenang Emilia. Apalagi minggu sebelum kedatangan Luke, Ibu Emilia, Cornelia telah meninggal dunia. Hal tersebut tentu menyayat hati bagi gadis kecil yang pada masanya sangat memerlukan sesosok ibu disisinya.

Perkenalan Luke ditolak oleh Emilia dan bahkan gadis itu selalu menghindar jika Luke datang ke kediamannya. Tetapi karena Luke tidak pantang menyerah agar bisa berteman dengan Emilia, akhirnya gadis itu sedikit demi sedikit mulai bisa menerima Luke sebagai temannya sehingga membuatnya melupakan semua rasa perih akibat ditinggalkan ibunya tercinta.

"Tidak mau," ejek Luke sembari menyulurkan lidah dan terus berlari hingga tak melihat batu sekepal telapak tangan berada tak jauh darinya.

Yah...pepatah pernah mengatakan, "karma pasti datang kepada orang yang tepat." Dan ya...itu terjadi pada Luke sekarang. Lelaki itu terjatuh dan terguling beberapa kali hingga kemeja seputih susu yang ia kenakan menjadi kotor karena pasir basah yang mengenainya.

Luke meringis lalu mengusap lengan bagian kirinya kesakitan. Emilia yang sedari tadi melihat kejadian tersebut tertawa sangat kencang hingga Luke dibuat malu olehnya.

"Senang sekali ya melihat orang menderita?" Tanya Luke, lalu berusaha berdiri dibantu oleh Emilia walau gadis itu tak berhenti untuk tertawa.

"Lagipula kau yang usil,"

Emilia mengambil sepatu berwarna hitam miliknya lalu memakainya paksa. Sepatu itu sedikit sempit di kakinya karena sepatu itu sudah lima tahun Emilia gunakan jika ingin kemana-mana. Emilia tidak ada niatan untuk membeli sepatu baru karena selama sepatu itu tidak rusak dan masih layak dipakai bagi Emilia bisa-bisa saja. Ditambah lagi sepatu itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan ibunya saat ia berumur 12 tahun.

"Sudah, sudah aku mau pulang!" Ujar Luke kesal lalu melangkah meninggalkan Emilia.

Emilia menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa kau yang kesal? Harusnya aku kan!" Bentak Emilia tak terima. Mendengar hal tersebut sontak Luke berbalik lalu berjalan mendekati Emilia lagi.

"Lalu kenapa kau tidak kesal?"

"Kalau kau seperti itu bisa-bisa aku kesal sungguhan."

ZIDAN : Curse in DragoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang