[5]

13 1 0
                                    

Detroit, 4 Mei 2046

Mobil-mobil berjajar rapi menunggu antrian untuk memacu kendaraan dengan kecepatan 10 km/jam. Udara yang panas membuat halusinasi orang yang melihatnya, seakan-akan aspal jalanan meleleh dan menghempaskan senyawa kimianya ke udara yang sudah tercemar.

Tinn tiinnn...........

Tiin tiinnn............

Hanya melodi dari klakson mobil yang dapat mencerminkan keadaan kini. Semua pengemudi yang sudah tak sabar hanya bisa menggerutu tanpa bisa mengubah keadaan.

Tinn tinnn............

"Kapan kita akan sampai Momy?" tanya seorang gadis kecil memeluk boneka teddy bear yang duduk di baris belakang mobil berwarna silver.

Wanita yang dipanggil Momy itu hanya tersenyum dan menatap keresahan putri bungsunya. Dielusnya rambut putri kesayangannya itu.

"Sebentar lagi kita akan sampai sayang. Tidurlah" gadis kecil berambut pirang itu menuruti perkataannya.

"Berapa jam lagi yang kau maksud sebentar?" tanya seorang gadis yang terpaut 13 tahun disamping si bungsu.

Wanita yang diajak bicara tampak tersinggung dengan nada bicara yang didengarnya.

"Kondisikan nada bicaramu nona. Beri contoh yang baik untuk adikmu "

"Sudah kucoba sebisaku" jawabnya kasar.

"Kurasa aku harus menyekolahkanmu di sekolah kepribadian"

"Kau tak perlu repot-repot membuang uang. Kepribadianku sudah sangat baik sebelum kau datang"

"Kalau begitu buktikan"

"Kau tak pantas menerimanya"

"Begitukah kau memperlakukan ibumu?"

"Kau bukan ibuku. Dan takkan pernah" jawabnya dengan kesal sembari menarik pintu mobil.

"Mau kemana kau?"

"Aku tak mau mati disini. Aku akan membeli minuman" ia meninggalkan wanita itu didalam mobil dan berjalan melewati mobil yang mematung dijalanan. Ia menepikan langkahnya di depan sebuah minimarket yang jaraknya tak jauh dari mobil yang ia tinggalkan. Dapat dilihatnya dari balik kaca toko, mobil wanita yang ia buat kesal sudah sedikit bergerak maju.

Gadis itu berjalan mengelilingi rak-rak untuk mencari beberapa cemilan dan minuman setelah 4 jam hampir mati karena kemacetan. Ia mengusap perutnya yang terasa perih akibat asam lambungnya yang naik.

Ia berusaha meraih kotak sereal yang ditempatkan di rak tertinggi. Ia bersusah payah karena tak dapat mencapai rak tersebut. Postur tubuh yang hanya 155 cm sangat tak menguntungkan untuk kondisi saat ini.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengambil kotak sereal itu. Gadis itu membalik tubuhnya kearah orang itu.

"Will?" gadis itu terbelalak dengan kehadiran seorang pria yang tengah berdiri dihadapannya sembari memegang kotak sereal.

"Lama tak jumpa" sapa pria itu dengan tersenyum.

"Sejak kapan kau kembali?"

"Sudah seminggu yang lalu"

"Apa kau tak keberatan jika sereal itu untukku?" ujar gadis itu dengan sopan.

"Oh, tentu. Tapi sebagai gantinya, kau harus menemaniku makan siang"

Gadis itu diam sejenak sambil menatap lekat-lekat pria yang disapanya Will. William.

"Apa kau keberatan?"

THE INSURGENT : The Failure of GenomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang