Tanggal 24 mei, tepat pada sore hari. Aku duduk melamun sambil menikmati hembusan angin. Harusnya aku pulang sekolah lebih cepat, karena ada jadwal les yang wajib kuikuti. Rasa malas sedang menghantuiku saat ini. Satu persatu orang-orang berjalan meninggalkan sekolah, tersisa aku yg masih saja melakukan hal bodoh ini. Tapi aku menikmati momen ini.
"Woy, ngapain lu masih disini? Lu bukan nya ada les?"
Tiara menepuk pundakku dengan kencang hingga membuatku kaget. Bangsat ni orang ngapain si. Aku membenci kehadiran nya, yang mengganggu momen yang membuatku nyaman ini.
"Gapapa, gw mau istirahat dulu," jawabku, dan berharap dia pergi dariku.
"Ah lu suka kebiasaan. Eh lu mau ikut reunian SMP ga? Kan kita satu sekolah," ajak Tiara.
Reunian SMP? Aku baru mengetahui kabar tersebut. Dan apakah aku diundang untuk acara tersebut? Entahlah siapa yg peduli.
"Hmm kapan?"
"Nanti minggu depan hari Selasa,"
"Tempatnya dimana?" Tanyaku penasaran.
"Hmm.. dimana ya cafe.. ihh lupa dimana, infonya ada di grup. Eh emang lu belum di undang ke grup WA?" Tanya Tiara.
Aku menggelengkan kepala. Dan admin grup nya memang benar-benar tidak pernah peduli. Mungkin dia tidak tahu kalau aku masih hidup atau sudah mati. Ah ngapain dipikirin juga.
"Ya udah.. ntar gw kasih nomornya ke admin grup, biar lu diundang." Jawab Tiara meyakinkan.
"Emang siapa admin nya?" Tanyaku.
"Yuri,"
Yahh sudah kutebak sebelumnya, pasti dia. Siapa lagi anak perempuan cantik yang populer dikalangan SMP waktu itu. Yuri seperti perempuan sempurna menurut laki-laki kebanyakan. Dia cantik, punya banyak teman, disukai banyak laki-laki, dan dia juga pintar. Bahkan dia bisa mendominasi satu sekolah. Sulit rasanya untuk menyaingi perempuan itu. Walaupun dia tidak pernah menyakiti atau memaki diriku, aku selalu membencinya. Setiap dia jalan di depan diriku, aku selalu berharap agar dia tertimpa sial.
Ingin sekali merusak wajahnya itu, tapi itu hanya sebatas rencana. Berbicara padanya saja aku tidak berani walaupun dia menyapa.
"Hmm kayanya gw ga usah ikut deh, gw ada acara," kataku berbohong.
"Ayolah.. gw tau koq sebenernya lu ga mau ikut, kali ini aja please lu temenin gw buat ikut acara ini. Cuma lu yg bisa gw ajak ke acara itu, lagian gak ada lagi temen yg se-alumni SMP kita..." raut wajahnya yang memohon itu membuatku jijik.
"Oke oke gw ikut," jawabku terpaksa.
"Nah gitu dong, ntar gw infoin lagi di WA yah.. oke?"
"SIP"
***
Pukul 10 malam, mataku belum juga terasa kantuk. Masih terpikirkan undangan reunian tersebut. Sebenarnya aku belum percaya diri untuk menampilkan diriku untuk acara tersebut. Aku yakin, akan banyak kritikan dari orang-orang saat aku hadir di tengah acara tersebut. Terlebih fisikku, yah dulu wajahku penuh dengan jerawat. Maklum saja, masa pubertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mind Behind
Terrorbeberapa lembar kisah yg ditulis mengenai beberapa orang yang tidak tenang jiwanya.