Chapter Four - The Book

65.2K 2.2K 114
                                    

Aku cukup antusias karena dapat mengetahui proses pembuatan film porno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku cukup antusias karena dapat mengetahui proses pembuatan film porno. Ini adalah hal baru bagiku. Semuanya terlihat berbeda dari apa yang aku lihat di film. Beberapa scene disusun oleh sang sutradara. Mulai dari pertemuan, obrolan antar pemain, hingga berakhir di ranjang.

Adegan bercinta pun di-setting sedemikian rupa agar menarik minat banyak penonton. Aktor dan aktris yang membintangi diharapkan bisa memerankan perannya sesuai naskah.

Ada salah satu aktor porno yang sering aku lihat, ikut dalam proses syuting film. Siapa lagi kalau bukan Jonny Sins. Dia bermain dengan luar biasa. Kalian tahu Jonny Sins, kan?

Mataku dengan lekat melihat setiap adegan yang diperankan aktor dan aktris. Hingga pikiranku melayang ke mana-mana. Membayangkan diriku ada di posisi sang aktris dan bercinta bersama pasangan idamanku.

Fantasi liarku terhenti saat Celina menepuk pundakku. Hal itu membuatku sedikit berjingkat.

"Yuk, pulang. Hari sudah sore. Aku harus memberi makan anjingku." Aku melirik jam tanganku. Ternyata hari sudah sore. Tidak terasa sudah lama aku main-main di tempat ini.

Aku dan Celina pamit pulang kepada Paman Andrew. Saat di depan tempat kerja paman Andrew, Celina mendapat telepon mendadak dari ibunya.

"Iya, Ibu? Ada apa?" Celina menempelkan ponsel ke telinganya.

"...."

"Apa?! Bagaimana bisa terjadi?! Kalau begitu aku pulang sekarang." Wajah dan nada bicara Celina terlihat sangat terkejut. Aku tidak mengetahui sebabnya.

Celina menatapku dengan tatapan sedihnya. "Ada apa, Cel?"

"Anjingku sakit. Sekarang Ibu ada di dokter hewan. Aku harus menyusulnya sekarang." Kesedihan tergurat jelas di wajah Celina.

"Oh, pergilah sekarang," ucapku dengan sedikit prihatin.

"Maaf tidak bisa mengantarmu pulang, Darla."

"Tidak apa-apa. Aku tau jalan pulang. Sekarang kau pergi, kasihan anjingmu sudah menunggu."

Celina memelukku erat sebelum dia pergi. Celina pergi dan meninggalkanku sendirian. Aku harus segera pulang, sepertinya hujan akan turun. Kenapa akhir-akhir ini awan sering menangis? Aku tidak suka turunnya hujan.

Sebelum pergi, aku kembali mendapati nenek tua yang aku lihat tadi. Nenek itu masih duduk di tempat yang sama. Beliau juga menatapku dengan pandangan penuh arti. Mungkin beliau kelaparan.

Aku mendekati nenek tua itu. Menanyakan apakah beliau memiliki keluarga di kota ini. Bisa jadi beliau tidak tahu jalan pulang ke rumahnya. Wajar, kan, kalau nenek tua sudah pikun dengan jalan ke rumahnya?

Sweet Psycholove [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang