*mean
Setelah syuting selesai, mean memikirkan suatu hal......
"Aishhhhhh, knp aku ikut dalam syuting drama seperti ini. Apalagi teman mainku yang sungguh menyebalkan. Aku jadi merasa malas dengan semua ini."
Ia melanjutkan perjalanannya menuju ke parkiran. Disaat ia akan membuka pintu mobilnya. Ia melihat plan yang terlihat menekuk wajahnya. Tapi ia tidak peduli dengan nya dan masuk ke mobil. Sesampainya di depan rumah, mean terpikir dengan keadaan plan.
"Kenapa dengan anak itu, apa dia banyak masalah? Ah sudahlah, lagi pula itu masalahnya aku tak perlu repot-repot. Lagipula siapa aku."
Setelah itu mean mandi dan tiduran di ranjang. Ia merasa sangat jenuh dengan kehidupannya. Ia berharap syutingnya cepat selesai dan ia bisa istirahat sepanjang waktu.
*Plan
Ia memikirkan tentang kejadian siang tadi. Ia memarahi mean karena adegan syuting tadi. Ia tiduran di sofa ruang tamunya. Dan ia terus memikirkan sikapnya kepada mean.
"Hmmm.... Apa aku terlalu kasar padanya? Aishhhhhh kenapa aku sangat emosian, padahal dia kan tidak salah apa-apa, dan lagipula itu scenario yang dibuat oleh sutradara. Besok apakah aku harus minta maaf padanya? Aishhhhhh kenapa aku selalu memikirkannya, bahkan dia saja mungkin tidak memikirkan ku."
Ia lalu bangun dan menuju kamarnya untuk beristirahat. Ia melihat ponselnya dan berpikir apa ia harus menelpon mean untuk meminta maaf kepadanya. Namun ia ragu dengan hal itu. Ia terus menggenggam ponselnya dan ia pun menulis pesan kepada mean.
Ia berpikir tentang kesalahannya. Ia sangat merasa bersalah dengan sikap egoisnya itu. Ia tidak tenang dengan perasaannya itu. Padahal ia juga belum terlalu mengenal mean.
*Percakapan
Beberapa saat kemudian mean menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
sorry but this just "love scenario"
FanfictionKisah cinta yang tersembunyi antara mereka. Mereka tidak tahu jika mereka saling mencintai. Dan mencintai tapi tidak memiliki, itulah mereka. Gengsi yang tinggi diantara mereka menghambat persatuan antara mereka. Namun ketulusan menyatukan mer...