001 : Guci besar

143 36 64
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Selamat pagiiiiii...!"

Suara cempreng dan cahaya matahari yang menusuk mata tiba-tiba, tidak akan pernah masuk dalam daftar hal paling menyenangkan. Terutama pada hari-hari seperti ini. Khususnya bagi sosok anak sulung keluarga Jung.

Hoseok berbalik, melawan arah matahari terbit. Kembali bergelung di dalam selimut. Menarik ujungnya sampai menutupi kepala. Ia akan sangat berterimakasih jika saja sekarang bukanlah hari libur. Jujur saja, Shizu merupakan alarm terbaik setelah ibu yang ia butuhkan di hari-hari kerja. Namun, akan sangat mengganggu ketika di akhir pekan seperti sekarang ini. Lelaki itu hanya butuh tidur seharian.

"Kaaak! Ayo bangun! Saatnya sarapan...."

Jika sosok Jung Hoseok tidak suka dibangunkan, sosok yang satu ini lebih tidak suka lagi dengan apa yang ia lakukan. Karena dia harus mengerjakan segalanya lebih awal, lantas mendapatkan omelan. Sungguh luar biasa.

Tidak ada kata menyerah.

Gadis satu-satunya dalam keluarga Jung tersebut kembali menarik selimut dari tubuh sang kakak, sembari menggoyang-goyangkan bahu Hoseok. Kadang berubah jadi tepukan kecil. Kemudian berevolusi menjadi pukulan dengan bunyi nyaring. Namun, kali ini dia sedang mengaktifkan mode sabar dalam dirinya. Ia hanya berusaha menanggalkan selimut dari tubuh sang kakak. Tidak peduli dengan sosok di depannya yang sedari tadi ikut menarik selimutnya.

"Nanti saja ... masih ngantuk ...."

Shizu bersedekap. Bibirnya mengerucut, punya lelaki di rumah itu merepotkan di hari biasa seperti ini. Meski tak dapat dipungkiri, keberadaan mereka juga bisa menguarkan rasa aman. Namun, tetap saja menyebalkan. Serba salah, dibangunkan merasa terganggu; dibiarkan kesiangan hobinya menyalahkan. Maunya apa, sih? Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. "Sudah jam tujuh, loh. Nanti makanannya keburu dingin."

"Lima menit lagi," jawab Hoseok dengan suara serak. Tenggorokannya terasa kering setelah semalaman tidak dialiri air.

"Tapi ini sudah lima menit yang kesepuluh, Kak!" teriak Shizu. Mode sabarnya mendadak hilang. Lantas jerit melengking memenuhi ruangan.

"AAAWW...!"

Hoseok segera duduk dan melepas selimut ketika ada sensasi panas bercampur nyeri merampat di punggung. Tangannya mengusap bagian tersebut. Ia mendelik ke arah Shizu yang masih melipat tangan di dada. "Sudah kukatakan sebelumnya...," ucap Hoseok diselingi tarikan napas. Mendadak mengucap mantra begitu selesai memindai situasi yang sedang ia alami.

Masih pagi, tidak boleh meledak, tidak boleh, kau harus tersenyum, ayo tersenyum, tersenyuuuuuum.

Sulung keluarga Jung memungut sebuah sandal di bawah tempat tidur. Ia menatap sandal di tangannya dan Shizu secara bergantian dengan alis mengerut disertai bibir merengut. Lantas mengulas senyum dengan terpaksa. Masih dengan senyum tiga jari, ia lantas berujar, "Jangan seenaknya melempar sandal terapi berbahan dasar kayu seperti ini, adikku yang manis ...."

CRESTFALLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang