Hate Rain

171 19 6
                                        

Sekarang sudah masuk musim hujan dimana musim ini adalah musim yang sangat dibenci oleh Dasya diantara musim lainnya,sebab dia benci karena ada hal membuatnya menjadi sekarang.

Mata yang berwarna cokelat hanzel itu menerawang keluar menatap betapa derasnya hujan,coba saja tidak ada musim hujan mungkin dirinya tidak seperti ini dan tidak dijauhi oleh Baba dan kedua kakaknya. Dia ingin mengadu semua permasalahan yang dia alami selama belasan tahun ini kepada seseorang tapi sayang orang itu telah pergi meninggal karena dirinya.

"Heh sial dipanggil baba tuh." Entah mengapa Yoori tumbuh mejadi wanita yang sangat membenci seseorang gadis yg sedarah dengan dirinya.

"Kak aku boleh nggak minta sama kakak untuk tidak memanggil aku sial." Dasya tidak langsung menurut untuk menemui baba nya tapi dia meminta Yoori untuk berhenti memanggilnya SIAL.

"Nggak usah kebanyakan bacot deh lo,kalo nggak ada lo pasti Mama masih hidup sampai sekarang dan hidup gue,yoora dan baba pasti bahagia. Kenapa lo aja sih yang nggak mati" ucapan Yoori sangatlah menyakitkan Dasya.

"Kak aku bukan penyebab mama meninggal.!"

"Alah coba lo pikir pake otak,gara-gara ngelahirin lo mama meninggal tau nggak. Masih nggak terima lo itu penyebab meninggalnya mama?. Mikir dong" Yoori sedikit mendorong Dasya hingga dia sedikit tersentak.

"Berhenti kalian berdua." Kedua anak perempuan itu melihat kearah pintu dan mendapatkan sosok laki-laki yang sudah berkepala empat itu.

Dasya dan Yoori terdiam sejenak lalu Yoori keluar dari kamar dasya meninggalkan Baba dan adiknya itu berdua.

"Ku rasa baba harus menyuruhnya pergi dari rumah ini karena aku muak hidup satu atap dengan seorang pembunuh." Yoori berhenti dan lagi-lagi melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan hati sang adik lalu dia benar-benar dari ruangan itu.

Dasya hanya menunduk dia sangat takut pada baba-nya bahkan untuk menatap seorang huang renjun butuh nyali yang kuat.

"Umur mu sudah 17 tahun tapi mengapa saya belum bisa menerima kamu sebagai seorang anak." Renjun berdecih dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"B-baba apa aku boleh melihat foto mama sekali saja." Permintaan itu terlontar dari bibir dasya sebab dirinya tidak pernah melihat wajah mama nya sebab Renjun ataupun kedua kakaknya tidak pernah mengijinkan dirinya untuk melihat foto mama nya.

Renjun menatap anak gadis itu dengan tatapan seperti biasanya yaitu datar.

"Kamu tidak hak untuk melihat wajah istri saya,mengerti!"

"Tapi aku-"

"Tapi kamu penyebab istri saya meninggal,dan kamu tidak pernah dianggap sebagai anak dari seorang Huang Yuji." Sungguh seorang Huang Renjun tega berkata seperti itu kepada darah dagingnya sendiri.

"Baba aku bukan penyebab mama meninggal,semua ini takdir." Airmata Dasya menetes membasahi pipinya.

"Jika takdir maka saya tidak akan memilih kamu lahir dan merebut nyawa istri saya"

"Aku juga tidak diminta dilahirkan kedunia yang kejam ini." Dasya melontarkan kata itu dengan tatapan tak terduga oleh renjun sebelumnya.

Renjun membalikan badan dan hendak pergi dari kamar putri bungsunya itu namun dia berhenti sejenak.

"Silahkan beres semua barang-barang mu dan pergilah dari rumah ini,saya rasa sudah cukup kamu menumpang hidup dengan saya dan mulai sekarang nama mu bukan Huang Dasya lagi. Carilah kehidupan mu sendiri dan hidup dengan bebas tanpa ada rasa kebencian yang kamu terima setiap saat dirumah ini,saya rasa itu lebih baik untuk mu." Mungkin saat ini renjun menjadi orangtua yang kejam dan jahat untuk seorang anak perempuan yang baru saja beranjak remaja.

Seharusnya seorang Ayah menjadi pelindung bagi anak perempuanya tapi tidak dengan ayah yang dimiliki Dasya dia begitu kejam layaknya iblis yang tak perduli pada keselamatan anak nya sendiri. Dasya cukup iri kepada kedua kakak kembarnya itu yang selalu dimanja,disayang serta apa yang mereka inginkan selalu dikabulkan oleh baba-nya namun berbeda drastis dengan dasya,contohnya seperti tadi saat dasya meminta untuk melihat foto mama saja pria itu tidak mengabulkannya.

"Tapi ba,diluar hujan dan aku harus tidur dimana" ujar gadis itu dengan histeris.

"Saya tidak perduli kamu tidur dimana,bahkan badai sekalipun diluar sana saya tidak perduli. Yang saya inginkan kamu malam ini juga angkat kaki dari rumah ini."

"Baba.. Dasya mohon untuk malam izinkan dasya dirumah ini dulu."Dasya bersujud dikaki renjun tapi pria itu sama sekali tidak kasihan dengan anaknya sendiri dan tetap mengusir anak itu.

"Kamu tau mengapa saya memberikan nama kamu Dasya?" Tanya renjun dan tentunya hanya gelengan yang menjadi jawaban anak itu.

"Karena kehadiran kamu tepat membuat kehidupan keluarga saya porak poranda layaknya badai yang amat dasyat dan sampai kapanpun saya tidak akan pernah melupakan kejadian itu." Renjun mendorong dasya agar jauh dari dirinya dan ia mengambil tas anak itu mengisi semua pakaian milik dasya yang bisa terhitung itu. Seumur hidup dasya dia tidak pernah mendapatkan sehelai benang pun pakaian kecuali pakaian bekas kedua kakaknya.

"Sekarang juga silahkan pergi"renjun memberikan tas itu kepada dasya dan mendorongnya keluar dari kamar yang sudah ia tepati selama belasan tahun itu.

"Baba,,dasya mohon jangan usir dasya dari rumah ini. Dasya nggak papa kok kalau baba mau mukulin dasya dan nggak kasih makan seperti biasanya asalkan dasya tidak diusir dari rumah ini." Tapi sayang semua itu hanya dianggap renjun sebagai angin lewat saja dia tetap mengusir anak bungsu nya itu dan menutup pintu utama rumah mereka.

"Dasya yakin pasti mama kecewa dengan perlakuan baba terhadap dasya!!!" teriak dasya dari luar dan tentu masih bisa didengar oleh renjun karena dirinya masih berdiri dibalik pintu.

Dengan jelas raut wajah renjun berubah saat anak itu berkata hal yang sensitif ditelinga dirinya.

Anak itu pergi meninggalkan pelatara rumah dan entah pergi kemana disaat hujan dengan derasnya menguyur diluar saat itu.

Namun disudut lain....
















"Ternyata dia sangat kejam pada anaknya sendiri,aku tak menyangka selama ini." sosok yang saat ini berdiri tak jauh dari rumah itu dengan payung hitam ditangan kirinya yang sudah lama memperhatikan kediaman Huang Renjun.

tbc__
©2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang