Ini Tentang Cinta

16 3 0
                                    

Rendra menarik napas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rendra menarik napas panjang. Hatinya berdebar tak menentu ketika berada di dekat pujaan hatinya. Namanya Sonya, teman sekelasnya juga. Rendra tidak tahu sejak kapan, yang jelas sejak pertama kali netranya menangkap sosok perempuan itu.

"Pandangi terus aja Ren, ga akan dapet," bisik Jingga.

"Berisik," cibir Rendra.

Gila, rasanya seperti ini ternyata jatuh cinta. Rendra tak pernah mengungkapkan, tapi ia selalu memerhatikan cewek yang disukainya dengan kejahilan, singgungan tidak langsung tentang ketertarikannya dan tetap berada didekat cewek itu.

"Nya, nggak capek apa lo?" celetuk Rendra di tengah kebisingan kelas itu.

"Nggak, gue nggak capek," balas Sonya.

"karena lo udah lari-larian dipikiran gue," sahut Rendra yang langsung mendapat cibiran dan umpatan teman sekelasnya yang lain. Sonya melengos dan kembali menekuni kegiatannya bersama Rike, mengecat kuku.

Atau,

"Nya, kaki lo bisa dipake buat jalan?" tanya Rendra serius.

"Bisa."

"Ayo kapan," kata Rendra yang mendapat lemparan kotak pensil dari Rike. Sementara Sonya bagian menertawai.

Ekor mata Rendra menangkap tawa itu, hatinya tersenyum. Jika ditanya kapan Rendra akan menyatakannya, ia tak tahu. Ia hanya menikmati setiap debaran di hatinya.

🍀🍀🍀

"Mau makan dulu apa langsung pulang?" tanya Rendra. Ia hari ini menemani Sonya pergi ke toko buku.

"Makan ya? Laper," balas Sonya.

Rendra mengangguk. Tungkai keduanya bergerak menuju sebuah restoran cepat saji yang ada di mall itu.

"Ren?" panggil Sonya.

Rendra yang tengah menunduk menyantap makanannya itu mengangkat kepalanya. Menatap Sonya yang mengaduk es float.

"menurut lo kalo cewek nembak cowok duluan gimana?"

Alis Rendra bertaut. Kini fokusnya benar-benar diberikan untuk Sonya. Bahkan ayam goreng yang sejak tadi terasa nikmat itu diletakkan. "Apanya yang gimana?"

Sonya menghela napas. "Gue suka sama cowok, tapi gue ga tau itu cowok suka sama gue apa nggak. Kalo gue tembak dia gimana?"

"Gapapa sih. Siapa emang?" tanya Rendra memberanikan diri. Walau sebenarnya ia tak siap dengan jawaban Sonya. Terlebih bisa dilihat jelas oleh Rendra gurat kemerahan dipipi putih cewek itu.

"Lo jangan bilang siapa-siapa ya," ujar Sonya memastikan.

Rendra mengangguk. Dalam hati menyemangati dirinya.

"Dika."

"Ah, Dika, Handika." Definisi sakit tak berdarah. Bagaimana tidak, cewek yang disukainya mengaku dihadapannya menyukai cowok lain. Ditambahlagi cowok itu merupakan sahabat Rendra di club sepak bola. "Lo udah kenyang belom? Kita pulang ya. Gue lupa kudu nganterin nyokap."

"Kenapa ga bilang dari tadi, tante Luna pulang?" tanya Sonya.

"Iya, tapi sebentar doang abis itu pergi lagi," balas Rendra.

🍀🍀🍀

Rendra membanting tubuhnya di kasur, jadi tidak mood sendiri. Ia bergerak gelisah ke sana ke sini. Ucapan Sonya mendadak terngiang lagi dibenaknya.

"Ck! Bego si lo, Ren," katanya mengumpati dirinya sendiri.

"Kak Rendra?" panggilan dari luar pintu kamarnya diabaikan.

"KAKKKKKK WOIIII!"

"Apa sih Kia," jawab Rendra malas tapi jika tidak ditanggapi adik sepupunya itu makin berteriak kencang.

"Laper," kata Kiara merengek.

"Ya sana ke dapur," balas Haechan tanpa beranjak. Sementara Kiara sudah berdiri di ambang pintu mencebikkan bibir.

"Kakak ga laper emang? Kakak baru pulang 'kan?"

"Kakak udah makan tadi sebelum pulang, ajak Chia aja sana," ujar Rendra menyebutkan sepupunya yang lain.

"Kak Chia belom pulang," balas Kiara.

"Kemana dia?" tanya Rendra.

"Ih mana Kia tau, kan kakak yang satu sekolahan," protes Rasha.

Rendra mencibir. "Ya udah sana makan, kakak mau telpon Chia dulu."

"Sama kakak. Ga mau makan sendirian," rengek Kia.

Rendra berdecak mau tak mau beranjak juga menemani tuan putri.

Cause We Are AWESOME - Pelabuhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang