Nyatanya, Cinta Memang Tak Harus Memiliki

58 4 0
                                    

Sore ini Ica membawa motornya menuju rumah Sakina. Ica bahkan memilih untuk mencari jalan lain yang lebih jauh menuju rumah sahabatnya itu sebab jalan utama melewati rumah orang tua Irwan. Meski Irwan sudah tidak tinggal bersama orang tuanya namun memori itu sulit dilupakan.

Sesampainya dirumah Sakina, ia langsung menuju kamarnya. Menjatuhkan tubuh di kasur yang dipenuhi oleh boneka.

"Ada apa Ica-ku?" tanya Sakina sambil melipat pakaian di sudut tempat tidur.

Ica tak menjawab, membuat Sakina terheran. Ia pun meletakan pakaian yang sedang dilipatnya kemudian mendekati Ica.

"Ca, kamu menangis?" katanya melihat air mata Ica.

"Aku sedih Na," jawab Ica sambil menghapus air matanya.

"Sedih kenapa? Cerita gih," pinta Sakina.

Ica kembali terdiam. Ia merogoh ponsel di saku jaketnya. Kemudian ia memberikan ponselnya pada Sakina.

"Ini maksudnya apa Ca?"

"Cari aja chattinganku sama Mas Irwan, aku nggak sanggup buat cerita," jawabnya sambil meraih boneka pink paling besar untuk dipeluk.

Sakina sibuk menggeser-geser menu di layar ponsel Ica, ia mencari pesan Irwan di akun whatsapp milik sahabatnya.

Sakina nampak serius membaca pesan yang dikirim oleh Irwan dari awal percakapan, sesekali ia menggelengkan kepala entah apa yang ia fikirkan sedangkan Ica masih berada di sudut tempat tidur memeluk boneka teddy bear besar milik Sakina.

"Hmm ... Ica, kenapa dulu kalian tak saling menyatakan?" keluh Sakina usai membaca semua pesan di ponsel Ica.

"Haruskah aku? Entahlah, Na. Aku tak pernah tau mengapa semua ini terjadi," kata Ica menatap sahabatnya.

"Sebenarnya aku tau sesuatu Ca, tapi aku enggan bercerita," celoteh Sakina membuat Ica penasaran.

"Ceritalah Na, toh pada akhirnya aku sudah terlajur kecewa," keluh Ica dengan tatapan memohon.

Sakina menghela nafas, ia menatap sahabatnya sebelum akhirnya bercerita.

"Jadi beberapa minggu setelah pernikahan Mas Irwan, istrinya udah hamil."

"Maksudmu Mas Irwan menikah karena menghamili wanita itu?" tanya Ica memastikan kesimpulannya.

"Dari cerita yang beredar sih begitu. Biasalah dikampung, kabar burung selalu cepat sampai ditelinga warga," jelas Sakina menatap iba sahabatnya itu.

"Kamu percaya Mas Irwan melakukan itu?" tanya Ica.

"Mmm ... faktanya Mbak Amira, istrinya Mas Irwan itu melahirkan dibulan keenam setelah mereka akad nikah," jawab Sakina menjelaskan kisah tiga tahun lalu yang tak pernah ia ceritakan pada Ica.

Ica tersentak, ia sama sekali tak percaya jika Mas Irwan, laki-laki sederhana dan bersahaja kebanggannya itu melakukan hal demikian. Ia yakin laki-laki yang menurut ceritanya tak pernah sekalipun pacaran sebelum akhirnya ada kabar pernikahan itu sampai hati menghamili seorang wanita.

Bahkan Ica belajar banyak dari Irwan tentang ketaatan beragama dan itu membuat Ica yakin Irwan tak seburuk itu.

"Antar aku ketemu Mas Irwan, Na."

"Kamu yakin mau ketemu Mas Irwan? Hatimu nanti terluka sayang," kata Sakina tak yakin dengan sahabatnya.

"Hatiku sudah patah, bahkan hancur berkeping-keping Na. Tak terlalu sakit jika aku bertemu dengan Mas Irwan, toh dialah yang sudah mematahkan hati ini," jelas Ica meyakinkan sahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Separuh Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang