M2

42 7 4
                                    

“Shirakawa-san, Higuchi-san menyuruh anda untuk membuatkan teh” ucap seorang pria berjas dengan kacamata hitam.

Shirakawa tak meresponnya dan langsung membuatkannya, sementara pria berjas tadi sudah pergi.

Selesai membuat, Shirakawa bergegas melangkahkan kaki keluar. Tapi berhenti karena melihat sebentar ke arah si kecil yang sedang tertidur pulas di sofa.

'Kubangunkan tidak ya?' batinnya bingung. Walaupun sering dibilang tak punya hati, Shirakawa juga manusia, dia punya hati nurani.

Tentu saja dia takut kalau si kecil akan bangun dan bisa saja pergi kemana-mana sambil menangis. Aww~ insting seorang ibu~~

Melihat muka si kecil yang tertidur membuat hati nurani seorang Shirakawa tak tega membangunkannya. Jadi dia memilih untuk bergegas mengantarkan tehnya lalu cepat-cepat kembali sebelum anak itu bangun.

Dan benar saja, saat Shirakawa kembali ke ruangannya anak itu sudah tidak ada. Karena cemas, dia langsung bergegas mencari keberadaan anak tsb.

Baru beberapa langkah terlihat seorang pria berjaket hitam panjang sedang menggendong anak kecil yang sedang menangis di bahunya.

“Kau tidak becus ya menjaga anak kecil”
“Dia kan anakmu, kenapa tidak kau saja yang mengurusnya?”

Akhirnya mereka berdua saling menatap sengit, tidak ada yang mau mengalah sampai akhirnya kegiatan mereka terganggu.

“Mama?”

Yang dipanggil langsung menengok dan dengan kasar Akutagawa memberikan anak tsb pada ibunya lalu pergi. Shirakawa hanya menatapnya tajam sampai akhirnya bajunya basah karena anak itu kembali menangis.

“Mama kemanaaa?? Aku takutttt, mama jahat!” begitulah yang dikatakan si kecil sambil terisak, akhirnya Shirakawa kembali membawanya ke ruangannya.

Time for the Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang