14

561 55 0
                                    

"satu dua tigaaaaa"

"cheeeeers"

semua yang berkumpul melemparkan topi toganya ke atas, hari ini kak tea wisuda

"terimakasih" gue mengambil foto kak tea memeluk kak gio, beberapa saat mereka berpelukan

Gue liat kak tea membisikan kata kata ke kak gio, entah apa yang diucapkan. Tapi gue liat mereka berdua menitikan air mata, gue ga mau melewatkan momen itu. Manisnya dua kaka beradik ini

kembali gue mengabadikan momen kak tea yang memeluk kak fani, pasangan ini meski banyak ributnya karena kak tea itu super cerewet tapi pada akhirnya mereka kembali bersama. Mungkin itu contoh cinta yang sebenarnya

gue tersenyum, melepaskan kamera yang sedari tadi gue pegang. Menaruh ke belakang badan kamera yang sedari tadi mengabadikan momen bersejarah kak tea

"terimakasih untuk membantu revisi skripsi gue, terimakasih suka ngomel ngomel kalo gue males ngerjain skripsi, makasih buat semuanya al" kak tea memeluk gue

"sama sama kakakku sayang" gue mengelus bahunya

"gue sayang banget sama lo al, jangan pernah tinggalin gue meskipun lo udah punya pacar ya"

"i...iy...a" gue tersenyum

"nah kan udah kumpul semua, yuk makan siang dulu" kak gio merangkul gue

"ayoooo kakak beliin aku ice cream ya" gue menarik baju kak gio

"dek baju kakak rusak, nanti ga ganteng lagi"

"please deh kak, inget pacar dirumah" gue pura pura males

"ahahahaha kalo dirumah taken, kalo diluar single" kak gio malah ngacak mgacak rambut gue

"kak teaaaaa kakaknya nih"

"aku bilangin kak sheyla loh kak" muka kak gio sok sok syok

"eh shyera ga kamu ajak al"

"oh iya shyera ya" gue merogoh kantong mencari handphone

tangan kak tea menahan gue, dia menggeleng. Gue menampilkan wajah penuh tanya, dia menggeleng sekali lagi. Gue mengeluarkan tangan dari saku, kali ini gue biarkan keinginan kak tea

"panggilin fani gih" kak tea mendorong gue

"dimana ?"

"lagi beli minum katanya, di depan kali"

gue melangkahkan kaki meninggalkan kak gio dan kak tea yang sedang berfoto selfie

mana sih ni orang, gue udah muter muter nyariin kak fani

"kak fani" gue melambai tangan ke kak fani, ternyata dia lagi telponan ga denger gue

gue melangkah mendekati kak fani, gue pengen menepuk bahunya tapi takut mengganggu. Akhirnya gue tunggu di belakang kak fani

10 menit kak fani ga juga sadar gue ada disini, gue balik ke kak tea

"fani mana ?"

"ke toilet dulu dia"

"lama banget" kak tea manyun

"tuh tuh dia" kak gio menunjuk ke kak fani yang berjalan dengan santai sambil tersenyum

"maaf sayang, ini minumnya spesial buat pacar cantik aku" dia ngasih minuman yang dibawa ke kak tea

"ini buat kak gio dan ini buat al" gue menatap sinis kak fani

"yuk jalan"

"aku ga ikut kak" kata kata gue bikin kak tea melotot

"lo apa apaan sih"

"gue masuk shift siang kak" gue beralasan mau kerja

kak tea mengeluarkan dompet dari tasnya

"berapa lo dibayar buat sehari ? 300 400 apa 500. Gue yang bayar, dan lo ga usah kerja. Gue bisa minta kak gio buat bayar lo sebulan..."

"teana" sebuah bentakan membuat kak tea berhenti dan gue menoleh "kakak ga pernah ngajarin kamu sekurang ajar ini"

"gapapa kak, jangan marahin kak tea. Dia bener kak gio mampu kok ngegaji aku, buat jadi pembantunya kak tea..." gue tersenyum, pahit rasanya kembali diperlakukan serendah ini

"maafin kakak al, kakak ga pernah nganggep kamu kaya gitu. Kamu adik kakak, minta maaf teana"

kak tea malah memalingkan muka dan menarik kak fani

"maaf" kak gio mengelus kepala gue

"gapapa kak"

gue tersenyum getir menatap kepergian mereka, apa memang persahabatan dua orang yang berbeda tingkat ekonominya selalu seperti ini

Apa orang yang kurang kaya gue akan selalu dipandang rendah, apa mereka cuma bisa menilai semuanya dengan rupiah. Sejahat itukah dunia

Can you see me ?Where stories live. Discover now