5. Kamu.

168 36 51
                                    

Demi apapun, ini udah malem. Gue nggak enak, pengen pulang. Coba bilang ke Jihoon ? ADUUUUH

"nuna.."

"eh ? kok bangun ? kenapa ?"

"nuna disini kan ?"

yaampun, gue nggak tega. Gue ngelus elus rambut Do Hyun biar dia tidur lagi "iya nuna disini, kamu tidur lagi ya..."

Gue berdiri, niatnya mau pamit sama Jihoon.

"Hoon,"

Jihoon yang lagi bikin teh di dapur noleh ke gue, tatapannya sekaan bilang iya ? apa ?

"aku pulang ya ?"

Jihoon ngelirik jam di dinding "udah malem, saya nggak bisa antar kamu. Disini aja"

"aku bisa pulang sendiri kok"

Jihoon nyamperin gue, dengan dua cangkir teh digenggamannya. "minum"

gue ngambil teh itu "m-makasih"

Kita duduk di ruang tamu, "besok aja pulangnya, maaf saya lancang, nahan kamu seperti ini"

Buru buru gue menggeleng "ng-nggak kok, aku tau maksud kamu. Tapi, aku ga enak"

Jihoon nyalain TV "nonton TV aja mau ?"

gue ketawa, nggak tau kenapa, Jihoon lucu.

"Ye Ra.." gue noleh "jangan pulang dulu"

Setelah mempertimbangkan, akhirnya gue ngangguk. Udah malem banget, bus juga pasti udah nggak ada.

Nonton TV doang nggak asik, gue udah mulai bosen, tapi nggak ngantuk. Jihoon lagi ngambil teh lagi di belakang, sambil nunggu gue ngemilin kripik.

"Ra, ini"

"makasih, Hoon"

Jihoon duduk lagi disebelah gue, "kamu nggak kangen rumah ?" tanyanya

gue jadi keingetan kamar gue, kangen, jelas kangen banget. Suasana rumah, mamah, ayah, Daniel, juga cici alias kucing gue.

"dikit, tapi aku nggak akan pulang. Mamah masih nyebelin"

"saya iri deh, kamu masih ada mamah. Yang perhatian"

GUE SALAH NGOMONG DEH KAYANYAAA

"harusnya kamu bersyukur, nggak sedikit orang yang ingin kaya kamu, termasuk saya"

Ingin ngalihin pembicaraan, tapi udah terlanjur.

"gitu ya ? anggep aja mamah aku itu mamah kamu"

"bisa gitu ya ?"

gue ngangguk "aku seneng punya kakak kaya kamu, nggak kaya kakak aku"

Jihoon matiin TV, dia miringin posisinya, jadi ngehadep gue. "kenapa kakak kamu ?"

"nggak tau, dia berubah"

"berubah ?"

"dulu, dia manis, baik, hangat, ceria, sekarang keadaannya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia nggak balik ke rumah, ngehindarin semua, termasuk gue."

Jihoon ngangguk angguk "ohh, gitu ya.. kamu kangen dia pasti"

jelas gue ngangguk, gue kangen Daniel, kangen banget.

"ohh iya, kamu beneran Hoon ? soal itu loh,, calon"

Jihoon ketawa "kamu penasaran banget ya ? saya juga belum tahu, ini sih perjodohan Ra, saya ngikut saja"

JIHOON JUGA DIJODOHIN ? kasian banget, tapi kalau kata gue, pasti Jihoon nerima. Dia keliatan banget, anaknya nurut.

"nggak ada niatan gitu, untuk cari calon sendiri ?"

Love Story | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang