13

60 7 2
                                    

"Happy Birthday, Tere!"

Suara "pop" yang mengejutkan, beserta pita-pita plastik dan kertas kado serta krim yang berlompatan dari party popper membuat jantungku berdegup. Tapi hanya sebentar. Bukankah aku sudh terlatih mengendalikan perasaanku?

Yola memelukku, begitu juga Victor, Tommy, dan teman-teman lainnya. Aku tertawa bahagia. Sesekali, preman juga merayakan ulang tahun, kan?

"Kalian baik sekali. Siapa yang bertanggung jawab nih?" tanyaku penasaran.

"Loh, bukannya lo dateng bareng Nick? Mana dia?" tanya Tommy. "Dia tuh yang harusnya tanggung jawab, bareng Victor!"

"Happy birthday, beauty, ini hadiah dari aku," ujar Victor. Aku menatapnya takjub. Maksudnya, entah harus senang atau sedih melihatnya mengulurkan sebuah kamus bahasa Jerman setebal kitab suci.

"Thanks, Victor, aku memang perlu sekali," ujarku dengan senyum semanis mungkin. Yola menyenggol bahuku sedikit keras.

"Lo emang belajar bahasa Jerman?" bisiknya.

"Nggaklah!" sanggahku tak kalah pelan. "Gue menghargai orang yang ngasih hadiah!"

Suara musik dari ponsel Budi yang disambungkan ke speaker membua suasana jadi ceria, terutama di ruang tamuku yang sempit. Alet bahkan ikut bernyanyi dan menari bersama Tommy dan teman-teman. Tak ada acara khusus, Victor hanya memanggil pedagang baso cuanki, tukang rujak bebek, dan es krim untuk mangkal di depan rumah. Mereka membeli sendiri makanannya, dan bayar sendiri.

Aku terharu melihat pita dan balon yang berserakan tak beraturan.

"Kita nggak bisa mendekor rumah kamu, yang penting ada pita dan balon aja sudah cukup, kan?" tukas Jim. Aku terseyum kecut. Sebenarnya mereka niat atau nggak sih, bikin pesta kejutan?

"Re, kalau sudah selesai ruang tamunya beresin lagi, ya!" tukas Bella sambil masuk dengan tampang ditekuk. What a party!

"Jadi kita begini aja?" bisik Tommy. "Mending pindah ke rumah gue yuk! Bisa minum-minum. Di kulkas ada minumn kaleng, daripada di rumah lo air putih doang."

Lagi-lagi aku hanya bisa meringis. "Tapi, bantu gue beres-beres dulu ya! Bella bisa ngambek tiga hari tiga malam kalau gue pergi nggak beres-beres dulu!"

Beginilah enaknya berteman. Bahu-membahu kami membereskan ruang tamu dari sisa pita-pita dan kertas, balon, party popper sampai cream.

Setelah semua beres, aku dan Alet pergi ke sebelah, rumah Tommy. Meski ruang tamunya lebih berantakan dari rumahku, tapi tidak ada Kakak cerewet seperti Bella. Mereka bebas minum, ngemil, bermain musik, pokoknya mereka bebas mengekspresikan diri. Kadang-kadang aku iri pada persaudaraan antar cowok. Coba aku dilahirkan bukan sebagai perempuan, setidaknya bukan saudara Bella!

"Hai!" seru Nick dari pintu. Tak ada yang memperhatikan saat motornya masuk, bahkan sampai pria itu masuk ke ruang tamu. Kami semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Happy birthday, Sweetheart!" Nick menghampiri dan mengecup keningku. Aku membelalak, terlebih saat menyadari Kimmy yang tegak berdiri di pintu.

"Thanks, Bro!" seruku sambil meninju bahunya perlahan. "Hai, Kim! Sini!" seruku mengalihkan perhatian.

Nick tersenyum kecut, lalu masuk ke kamarnya, sementara aku menarik Kimmy bergabung bersama, menonton sebuah film action barat yang gambarnya masih buram. 

"Kalau masih main di bioskop film baru kualitasnya buruk, ya!" tukas Kimmy membuka pembicaraan.

"Sorry gue nggak tahu kalau lo ultah, jadi nggak bawa kado," ujar Kimmy. 

"Gue aja nggak tahu kalau mereka bikin surprise party buat diri sendiri. Buktinya mereka makan seniri, bayar sendiri, sibuk sendiri dan main sendiri," bisikku. kimmy tertawa. Aku benar, kan?

Hari semakin gelap, dan aku meminta Nick mengantarkan Kimmy pulang. Meski sambil menggerutu, Nick mau juga mengantarkan Kimmy. Aku sendiri pulang setelah Bella menjemputku.

Selain masalah Nick, sebetulnya ini adalah malam yang sempurna. Seumur hidup, aku belum pernah merayakan ulang tahun. Selain merayakan ulang tahun, tahun ini adalah pertama kalinya aku bisa lebih akrab dengan Tommy dan teman-temannya. Mungkin karena baru sekarang mereka mulai menyadari keberadaanku sebagai cewek normal, atau malah sebaliknya. Mereka baru tahu kepribadianku yang sebenarnya.

Lucunya, semua dimulai saat mereka tahu hubunganku dengan Aji berakhir. Aku tak yakin, apa ini hanya kebetulan atau memang sudah takdirku seperti ini.

Ah! Kukira aku tak bisa tidur setelah Nick mengecup dahiku. Kenyataannya, aku tertidur nyenyak hingga Bella membangunkanku. Bella memang sok kerajinan! Selalu bangun lebih pagi dariku.

"Woi! Jangan tidur lagi, Re! Ada cowok di luar nungguin, katanya lo dah janjian!"

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Siapa teman yang menungguku di hari Minggu?

Tanpa mencuci muka, aku melangkah ke ruang tamu. Siapapun itu, dia sudah mengganggu tidurku.

Ups! Alet menubrukku, hingga hampir saja aku terjatuh. Saat itulah aku melihat bayangan pria berkaca mata dengan kemeja krem dan celana katun hitam. Wow! Rapihnya!

"Hei!" teriakku tak peduli. Mungkin karena aku masih mengantuk, aku merasa tak mengenal pria itu.

"Wah! Baru bangun, Re? Bukannya kita mau ke Gramedia?"

Aku tertegun. "Astaga ... Aska?" tanyaku tak percaya. "Lo rapi amat! Ini setelan Gramedia ya?" tanyaku geli.

"Ya bukan, dong! Aku ke sini pagi-pagi supaya bisa seharian ajak kamu putar-putar. Kamu ulang tahun, kan? Bukannya dulu kamu pernah tulis ingin ngerayain ulang tahun?"

Aku tersipu. Aska memang tahu banyak tentang impian dan keinginanku. Tapi, Aska sama sekali bukan tipe cowok yang ingin kuajak kencan. Aku hanya menganggapnya teman, tak mungkin lebih. Tapi, apa salahnya berjalan-jalan dengan Aska, mungkin aku bisa menikmatinya.

"Gue mandi dulu, ya!" tukasku sambil berlalu.

"Cowok baru lo, Re?" goda Bella. "Terus Bule mau di kemanain? Buat si Kimmy?"

Aku mendelik. "Ya enggaklah! Gue ... Gue juga nggak tahu. Yang jelas, gue sama Aska nggak mungkin pacaran. Itu sama aja kayak pacaran sama kakak sendiri!" tukasku sewot.

"Lo ngomong apaan sih? Kakak lo kan gue. Emang lo bisa pacaran sama cewek!" Bella menatapku tajam.

"Nggak tau ah!" gerutuku sambil menutup pintu kamar mandi.

Bella sama sekali nggak asyik! Duh! "Apaan sih, Bell? Ketok-ketok segala? Gue kan lagi mandi!"

"Ada Nick di depan! Lo gimana sih, janjian ama berapa orang hari ini?"

Aku terdiam. Nick juga?
Duh, hari macam apa ini! Aku kan baru bangun tidur!

 Nick juga?Duh, hari macam apa ini! Aku kan baru bangun tidur!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Nick & Tere (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang