01

1.2K 200 22
                                    

Tiga tahun sudah berlalu, kehidupan remaja mereka jelas berubah. Menjadi sebuah cerita pertemanan yang jelas tidak akan bisa mereka lupakan.

Menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa bukan hal yang mudah, tetapi mereka tetap menjalani nya dengan mengikuti alur yang ada, sama hal nya dengan cerita percintaan mereka.

Sinar matahari membuat Ara membuka kedua matanya perlahan, meraih jam beker yang sedari tadi ia abaikan.

Terkejut bukan main saat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi, itu berarti ia telat untuk ketiga kali nya dalam kurun waktu sebulan.

Bodoh, pikirnya.

Ara menyesal, benar benar menyesal karena menyetujui ajakan Zero untuk bermain game mafia dengan sahabatnya termasuk kekasihnya bahkan Devano dan berakhir pada pukul tiga pagi.

Ara terlonjak dari posisinya, berlari kecil mengambil handuk kemudian masuk kedalam kamar mandi di kamarnya.






Ara mengatur nafasnya, menempelkan jari tangan nya pada dinding pintu sambil berdoa di dalam hati semoga pengajar yang menurutnya killer itu bisa memaafkannya kali ini.

"Sem--"

"Gak boleh masuk!"

Ara menggantungkan ucapannya setelah Daniel yang muncul dari balik pintu dan kini berdiri tepat di hadapannya.

"hah?" Ara mengerutkan keningnya.

"Gak boleh masuk, sayang.." ucap Daniel dengan sedikit berbisik, mendekatkan wajahnya pada Ara membuat Ara otomatis menjauhkan wajahnya dari Daniel.

Ara memutarkan mempautkan bibirnya kesal melihat Daniel yang sedang terkekeh pelan sambil mengacak rambutnya pelan.

"Terus ngapain kamu di luar?" Tanya Ara.

"Karena kamu gak boleh masuk" jawab Daniel.

Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat, saling melempar pandangan dengan penuh tanya.

"Kenapa?" Tanya Daniel yang terlihat bingung karena tatapan Ara yang serius menatapnya.

Sebenarnya, Ara hanya ingin tahu siapa yang memindahkan nya kedalam kamar mengingat ia pagi tadi tidur di sofa ruang tengah dan terbangun di dalam kamar.

"Kamu yang ..." Ara menggantungkan ucapannya setelah handphone miliknya bergetar.

Ara menatap handphone yang sedari tadi berada di genggamannya. Satu pesan dari Zero yang masuk menghiasi notifikasi handphone nya.

'Lo berat, nyusahin. Jadi, traktir gue di kantin. Sekarang'







"Lo laper?" Tanya Daniel yang terheran melihat porsi makan Zero yang tidak seperti biasanya.

Yah, pria itu banyak berubah. Mulai dari penampilan, sifat, bahkan semuanya.

Zero yang kini berpenampilan rapi, sifat yang penuh perhatian tetapi tidak peduli, berbicara seadanya, dan dikagumi banyak mahasiswi karena ketampanan nya itu.

"Kalo gak laper gue gak makan" ucapnya santai.

Ini kali ketiga Zero melahap nasi gorengnya dalam waktu sejam, dan Ara yang membayarnya sesuai keinginanya.

"lo gak di kasih makan sama mereka kemarin?" Tanya Ara yang memperhatikan Zero degan wajah heran nya.

"lo berat" jawab Zero santai.

Mendengar ucapan Zero membuat Daniel membuang nafas nya pelan, kemudian meneguk botol soda miliknya dengan santai.

"Lo keberatan karena gue minta tolong buat pindahin Ara, atau lo keberatan karena Ara yang berat?" Tanya Daniel.

LOVE MAZE [sequel Keeper] : Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang