05

615 122 28
                                    

Ara berdiri di depan pintu ruang rawat anak kecil yang kini tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang Zero berikan padanya.

Wajah yang pucat, infus, belum lagi rambut kepalanya yang habis.

Ara tidak tahu banyak tentang anak itu, hanya saja Zero sempat menceritakan apa yang terjadi pada anak itu di sepanjang perjalanan mereka menuju rumah sakit.

Anak jalanan yang tidak sengaja Zero temui di jalan dua tahun lalu, rambut yang habis karena menjalankan kemoterapi demi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker yang berkembang pada tubuhnya dengan cepat.

Jujur saja, Ara bahagia melihat keduanya.

"Ra..?" Zero memanggil Ara yang mengangkat kedua alisnya.

Theo, anak kecil berumur tujuh tahun itu tersenyum tipis pada Ara.

"Kak, sini!" Panggil Theo. Ara mengangguk pelan kemudian menghampiri Theo dan Zero.

"Kak, makasih ya hadiahnya. Aku suka.." Theo memainkan mainan robot yang sebelumnya Zero beli atas pilihan Ara sebelum mereka menuju rumah sakit.

"Sorry ya, Ra. Lo baru tau sekarang, harusnya dari lama" ucap Zero.

Ara mengerti kemana tujuan pembicaraan Zero. Yah, selama dua tahun Zero menyembunyikan hal ini dari nya, terutama dari sahabat-sahabatnya yang lain.

"lo gak kesusuhan selama ini, Ze? Harusnya gue bisa bantu lo dari lama" ucap Ara.

Ara membantu Theo yang kesusahan dengan robot ditangannya. Zero tersenyum tipis menatap tangan Ara yang sibuk membantu Theo. Entah mengapa, hatinya sedikit bahagia melihat Ara memperlakukan Theo dengan baik.

"Glad. Gue bantu Theo karena Glad. Rasanya, kalo gue biarin dia dan gak peduli dengan dia yang kesakitan di pinggir jalan dulu, sama aja gue nyakitin hati Glad" Zero memandang Ara dengan tatapan kosong.

Ara jelas merasa tidak enak hati. Seharusnya dia tidak membahas hal yang bisa membuat Zero mengingat kembarannya itu.

"Ah.. gue harusnya gak perlu bilang gitu. Sorry ya"

"Kenapa lo minta maaf? Gue nya aja yang belum bisa ikhlas kehilangan dia"

Ara menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan jika nama Glad muncul di pembahasan mereka.

"Theo boleh keluar dari kamar ini?" Tanya Ara mengalihkan pembicaraan.

Zero menatap Ara kemudian Theo yang juga menatapnya dengan penuh harap.

"Iya.." jawab Zero.

Ara dan Zero benar-benar menghabiskan waktu mereka hanya untuk menghibur Theo yang sedang berulang tahun, tertawa bersama, bercanda, bahkan menemani Theo yang tertidur tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Ara.

Ara mengabaikan handphone nya yang terus berbunyi, semua pesan dan telepon masuk dari Daniel ia abaikan. Bukan tanpa alasan, kebahagian bersama Zero seperti ini jarang ia dapatkan ditambah lagi dirinya yang masih kecewa dengan apa yang Daniel lakukan kemarin.









Ara, Zero dan Devano berada diruang tengah rumah Devano. Ara tahu, mungkin Devano akan memarahinya perihal perlakukannya pada Daniel tadi.

"Kenapa di usir?" Tanya Devano.

"Nyerang gue bang" jawab Zero.

"Gue tanya Ara. Kenapa di usir?" Tanya Devano kembali.

"Bener. Apa yang Zero bilang bener" jawab Ara cepat.

Devano membuang nafasnya kasar, memperbaiki posisi duduknya kemudian memejamkan kedua matanya sejenak.

"Dia nunggu kamu dari tadi" ucap Devano.

LOVE MAZE [sequel Keeper] : Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang