04

595 136 19
                                    

Ara melangkahkan kakinya dengan pelan melewati koridor kampus. Awalnya, ia tidak berniat untuk masuk kelas karena kejadian kemarin belum lagi kedua matanya yang bengkak karena menangis semalaman. Tetapi setelah mengingat dosen killer yang mengisi mata kuliahnya hari ini, jelas membuat Ara harus membuang jauh-jauh niatnya.

"Astaga!! Astaga!! Gue kira lo bolos hari ini!!" Safa yang datang langsung merangkul Ara dengan erat, menarik Ara agar semakin dekat dengannya. Bagi Safa, membuat Ara kesal adalah salah satu dari sekian banyak kebahagiaan nya.

"Sa..gue gak bisa nafas. Lepasin dulu tangan lo!" Ara berusaha melepaskan tangan Safa yang melingkar di leher nya susah payah.

"Cerita dulu, kok bisa lo ke kantor polisi dan pergokin Daniel disana?" ucap Safa.

Ara mengangguk cepat, detik kemudian Safa menjauhkan tangannya dari leher Ara dengan senyuman yang penuh kemenangan.

Ara mengatur nafas nya, menatap Safa dengan tajam dan tatapan tidak suka nya. Safa selalu saja membuatnya hampir mati dengan tingkah konyolnya, selalu seperti itu jika ia penasaran dengan apa yang terjadi antara sahabat-sahabatnya yang tidak ia ketahui.

"Gue tau dari Daniel. Semalam dia telepon gue, katanya dia lagi kacau-kacau nya dan dia bilang lo ada di ---"

"Iya" potong Ara cepat.

Safa mengerutkan keningnya mendengar penuturan Ara.

"Kok lo bi---"

"Restu." Potong Ara kembali.

"Awalnya gue sama Daniel ada janji buat ke panti, tapi dia gak ada kabar dan akhirnya gue coba tanya ke Restu" lanjut Ara.

Safa terdiam, tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi. Dia tidak menyalahkan Daniel apalagi Ara. Bagi nya, berada di posisi Daniel bukan lah hal yang mudah.

Daniel ada pria penyayang, pemaaf, dan juga peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya. Temasuk Natasya.

Bukan rahasia lagi jika Daniel sempat jatuh cinta pada wanita yang saat ini mendekam di penjara itu, dan juga kenyataan jika mereka menjadi saudara tiri jelas membuat Daniel harus melakukan hal yang kemarin ia lakukan.

Menemui Natasya yang sendiri disaat orang-orang mengucilkan bahkan tidak peduli pada nya, berada di samping Natasya saat wanita itu benar-benar sendiri adalah pilihan terbaik.

Yah mungkin, hanya Safa dan Daniel yang memiliki pemikiran yang sama. Memang, sulit untuk memaafkan semua yang Natasya lakukan tetapi tidak baik jika rasa dendam selalu ada karena bagi Safa semua akan berlalu dan berganti dengan kebahagiaan.

"Terus lo marah?" Tanya Safa.

Ara membuang nafas nya pelan, tersenyum tipis menanggapi pertanyaan sahabatnya.

Marah? Jelas. Tetapi Ara sadar, ia tidak berhak marah karena apa yang kekasih nya itu lakukan kemarin.

"Gue berhak marah gak?" Tanya Ara.

Safa kembali terdiam.

"Lo diem, berarti gue gak berhak marah. Kalo gitu, gue gak marah. Lo tenang aja" Ara memukul pelan bahu Safa kemudian melangkahkan kaki nya pergi meninggalkan Safa yang masih terdiam pada posisinya.










Daniel menatap layar handphone nya. Sejak kemarin, Ara belum membalas pesan nya, belum juga mengabari nya.

Daniel mengacak rambut nya kesal.

Lagi-lagi ia membuat kesalahan yang bisa membuat hubungan nya dengan Ara berakhir dan Daniel benar-benar akan menyalahkan dirinya sendiri jika apa yang ia takuti selama ini terjadi.

LOVE MAZE [sequel Keeper] : Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang