Laskar bercermin di kamar mandi sekolahnya, berkali-kali ia mengumpati dirinya sendiri. Dia merasa bodoh karena sudah berkata seperti itu pada gadis yang bahkan tak ingin diajak berbicara. Ya, ajakan baik Laskar ditolak oleh Lavana. Gadis itu malah menatap Laskar dengan tajam.
Bisma tersenyum jahil, "gimana rasanya diabaikan, Kar?"
"B aja"
Jelas itu jawaban bohong yang keluar dari mulut Laskar. Lelaki itu membasahi rambut bagian depannya, lalu tangannya bertumpu pada westafel. Kedua temannya hanya bersedekap di belakang Laskar. Mereka berdua seperti seorang ajudan.
"Balik yuk Kar, bentar lagi pelajaran bahasa Inggris," ajak Jose.
"Ayo."
Mereka bertiga kembali ke kelas. Sepanjang koridor, tak henti-hentinya para siswi mencoba mengambil perhatian Laskar, Jose dan Bisma. Namun sayang, mereka malah jalan dengan tatapan datar lurus kedepan. Biasanya Bisma selalu menanggapi sapaan mereka dengan hangat, tapi kali ini sepertinya moodnya sedang kacau. Tentu saja hal itu membuat mereka kecewa.
Lavana yang sedang menulis kata-kata di buku binder langsung menyudahi kegiatannya itu kala melihat Laskar. Dia seperti menganggap bahwa lelaki yang duduk didepannya itu seorang pengganggu. Padahal sesungguhnya Laskar hanya ingin berkenalan dengannya. Selebih itu, yakinlah niat Laskar selalu baik.
"Itu cewek kayaknya takut sama lo, Kar" bisik Jose.
"Masa?"
"Iya, dari tadi dia langsung diem kalau liat lo."
"Baru juga ketemu, masa udah takut aja."
Sedangkan Bisma mencoba untuk mendekati Lavana. Ia mulai bertingkah seperti orang yang bodoh, seperti melihat buku-buku yang ada di meja Lavana sembari bersiul.
"Ini buku apa?" tanya Bisma. Tentu saja Lavana tidak menjawab.
"Nama kamu Lavana, ya?"
"Kenalin aku Bisma."
Bisma mengulurkan tangannya, tapi tidak dijabat oleh Lavana. Gadis itu malah mencengkeram ujung roknya. Badannya gemetaran, membuat Bisma parno sendiri.
Andi——Ketua kelas XI 4 datang dengan tampang sumringah. "Woy! Hari ini kita jam kosong, guru semuanya rapat!"
Semua murid dikelas langsung heboh, ada yang memukul-mukul meja, ada yang berhigh five dengan temannya, ada yang bersiap-siap mengemas barang, ada juga yang diam, seperti Lavana yang duduk di pojok belakang.
Tapi bukan hanya Lavana yang diam mendapatkan kabar seperti ini. Ada satu siswi yang memang dikelas selalu menjadi bahan ejekan. Namanya Fani, duduk dipojok Kanan yang bersebrangan dengan Lavana. Fani selalu menyendiri di kelas. Sahabatnya di sekolah ini hanya Johnny——Ketua OSIS yang dikenal ramah dan menjadi idola.
Fani memandangi Lavana dari tempat duduknya, dalam hatinya ingin sekali menyapa gadis itu. Gadis yang masih menjadi misteri satu kelas, bahkan satu sekolah. Matanya sipit, rambutnya panjang, kulitnya putih mulus, fisiknya sempurna.
"Eh, lo dipanggil Johnny tuh!" Kata seseorang pada Fani.
Fani beranjak dari tempatnya dan bergegas keluar kelas menemui Johnny. Bagi Fani, Johnny itu segalanya. Ia selalu menjadi pembelanya disaat semua orang berusaha menjatuhkan Fani.
Johnny langsung mengacak puncak kepala Fani dengan gemas, "Hai, mukanya kusut banget. Jamkos nih," ujarnya.
"Lo tahu sendiri, dikelas gue gak punya temen."
"Kan yang jauhin lo cuma anak cewek-cewek aja, ada yang cowoknya kok."
Fani mendelik, "Tambah dihujat gue kalau begitu, gue deket sama lo aja dihujat abis-abisan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Universal
Teen Fiction"Jangan menyimpulkan bahwa aku bisu" - Lavana. Trauma di masa lalu membuat gadis belia itu sulit untuk berinteraksi. Jarang berbicara, hanya menggunakan bahasa tubuh, persis orang gagu. Menyiratkan semua perasaannya melalui tulisan, tanpa tahu bagai...