SEPATAH KATA

62 2 0
                                    

Jatuh dan tersungkur di tanah aku,

Berselimut debu sekujur tubuhku.

Panas dan menyengat,

Rebah dan berkarat.


Dimana ada musim yang menunggu?

Meranggas merapuh, berganti dan luruh.

Bayang yang berserah,

Terang di ujung sana.


Yang, yang patah tumbuh

Yang hilang berganti

Yang hancur lebur akan terobati.

Yang sia-sia akan jadi makna yang terus berulang suatu saat nanti.

Yang pernah jatuh kan berdiri lagi,

Yang patah tumbuh,

Yang hilang berganti. 


        Sepenggal kata yang mungkin dapat mewakili keadaanku sekarang, kehilangan. 

        Kehilangan terbesar dalam hidupku. Jika ini kembali tumbuh, aku harap ini yang terakhir. 

        Sejak kecil aku selalu takut kehilangan, aku takut sendirian, meskipun aku sudah terbiasa dalam kesendirian. Seperti buih sabun, tak ada satupun di dunia ini yang kekal. Seperti buih sabun, mengambang di udara dan kemudian menghilang. Tak bersisa. 

         Ini adalah sebuah drama klise yang mungkin sudah sering kalian dengar, Cinta. Aku merinding mendengarnya, ketakutan. Berkali aku jatuh karena cinta, dan berkali aku bangkit karena mencinta. Tapi kali ini berbeda dari kisah-kisahku sebelumnya. Cerita cinta ini bukan hanya tentangku dan dia. Bukan hanya tentang dua manusia bodoh yang ingin menguasai dunia bersama dan hidup seakan dunia milik berdua. Ini tentang cinta dan realita. Kisah ini adalah tentang kami, keluarga kecilku. 

          Aku lelah bermimpi. 

          Sepanjang hidup telah kuhabiskan untuk bermimpi, 25 tahun. Sendirian dan bermimpi. 

          Ketika bertemu dengan mereka, aku tersadar dalam realita. Realita hidup dalam sebuah kata bernama cinta. 

          MEREKA. 

          Ya, mereka adalah rumah kecilku sekarang. 

          Tempatku pulang. 

          Berkelana jauh di luar sana, tersesat, lelah. Namun aku selalu tahu jalan untuk pulang. Dan mereka telah menunggu kepulangan ku dengan cerita keseharian mereka masing-masing. Aku senang mendengarkan mereka, bercerita dengan rupa-rupa wajah mereka, tertawa, lelah, sedih dan marah. Selalu kutunggu. Hal yang selalu membuatku ingin cepat pulang ke rumah, Mereka. 

         Cerita ini mungkin tidak akan sepanjang kisah novel lain, cerita ini adalah apa yang aku rasakan dan aku putuskan untuk selalu kusimpan. Kemudian akan kusebut ini sebagai BUKU KENANGAN. Tempatku menyimpan semua kisah, cinta dan harapan. 

         Mereka yang akan selalu kusimpan. 

         Mereka yang akan selalu Kupayungi. 



         Mereka......

         Keluarga Kecilku. 

        Kisah ini untuk kalian. 




AYARA BHANUKUSUMA

KAU YANG SELALU KUPAYUNGIWhere stories live. Discover now