Sudah tiga minggu sejak Krist tinggal di kediaman Singto, Krist menjadi anak yang penurut, dan sangat dekat dengan Pho. Krist benar-benar menjadi seorang putra bungsu keluarga ini, Krist akan melakukan semua yang diperintahkan Pho dan Mae, ia seolah menemukan keluarga baru, menemukan hal yang di rindukan dari yang namanya keluarga. Singto bahkan beberapa kali memprotes sikap Mae yang lebih baik kepada Krist daripada dirinya. Seperti pagi ini, Singto memprotes Mae yang terus mengelu-elukan sikap Krist yang sangat sempurna.
"Krist terus Krist terus. Mae tidak sayang Sing lagi?"
"Kalo Mae tidak sayang Sing, pasti nama Sing sudah Mae coret dari daftar keluarga" simple tapi bener.
"Mae, ini di taruh mana?" Krist datang dengan membawa sekantung hitam berisikan belanjaan. Mae tadinya meminta maid yang berbelanja, tapi Krist bilang katanya mau ikut, bosen di rumah, mumpung libur sekolah karena hari Sabtu.
"Situ saja, nanti Mae yang nata. Krist kalau capek istirahat dulu, nak..." Jawab Mae, Krist duduk disalah satu kursi sambil menuangkan air putih di gelasnya.
Sing berjalan mendekati meja makan, mengintip barang bawaan Krist, lalu beralih melihat ke arah Krist.
"Apa?" Krist berisik sangat pelan, namun Singto masih bisa mendengarnya.
Bukannya menjawab, Singto malah mencium bibir Krist cepat, sepertinya ada yang rindu? Padahal tiap hari ketemu, tapi tak bisa ciuman itu mmmhhhhh menyakitkan!
"Krist, nanti ikut Phi pergi mau?" Tawar Sing, sengaja di kencengin ngomongnya biar Mae denger.
"Kemana?"
"Ketemu temen-temen Phi, di tempat Off."
"Jangan macam-macam! Nanti kalo Ibu Krist tau bagaimana?" Peringat Mae, tuh kan denger, sengaja biar respon.
"Nanti Mae pastikan saja saat Krist pulang, apakah ia minum alkohol atau tidak..."
"Sayaaang!!! Istriku!!!" Pho sedikit berlari menuju dapur.
"Kenapa terburu-buru begitu?" Mae jadi takut ada apa-apa.
"Hari ini hari apa?" Pho bertanya hari tapi serius sekali.
"Sabtu..." Jawan Phi Sing yang berdiri di samping Mae.
"Sayang lupa jika hari ini kita terbang ke Singapura?" Tanya Pho, Mae langsung menepuk keningnya. Bagaimana bisa ia lupa.
"Astaga! Aku lupa sayang! Krist! Singto! Kemasi barang kalian jam 8 kita harus sampai bandara! Bawa pakaian seperlunya! Kita hanya sehari disana untuk reuni keluarga! Jadi siapkan juga pakaian formal!" Krist dan Singto langsung saling bertatap muka dan melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6.30 pagi. Krist dan Singto segera bergegas menuju lantai atas, bersama Mae dan Pho yang juga ikut bersiap. -_-
Setelah persiapan, mereka langsung menuju bandara, sebuah pesawat jet yang memang sudah disiapkan untuk berangkat pagi ini sudah selesai bersiap dan tinggal menunggu PENUMPANG yang baru saja datang.
Sekitar dua jam mereka berada di pesawat. Dan langsung menuju sebuah hotel yang memang disewa untuk satu keluarga besar Ruangroj.
"Mae, lapar..." Krist berbisik setelah bergelayut manja. Mereka berempat tengah berada di dalam lift hotel, menuju kamar mereka.
"Iya nanti Mae pesankan makanan, makan di kamar saja, kita keluar kamar jam dua an setelah istirahat ya, kalau ketemu keluarga yang lain repot, mereka terlalu suka bahas harta, Mae tak suka." Bisik Mae tak ingin Pho mendengarnya. Krist tampak mengangguk mengerti.
"Sing, kalian nanti sekamar, Mae tidak mau ada seks! Jika sampai Mae tau kalian seks! Awas!" Mae menekankan setiap kalimatnya, Krist yang bahkan masih bergelayut di lengan Mae langsung merasa merinding.
"Ini, pasti tadi tidak sempat beli..." Pho memberikan sebuah bungkusan plastik sembunyi-sembunyi saat melihat Mae sudah keluar lift. KONDOM
"Jangan sampai Krist hamil!" Bisik Pho, Singto langsung mengangguk mengerti. Pho memang peka.
Krist dan Singto masuk ke kamar yang berada di ujung koridor, bersebelahan dengan kamar orang tuanya.
"Srak!!" Singto melemparkan kondom pemberian Pho ke dalam nakas, Krist yang tengah mengeluarkan pakaiannya langsung melirik ke arah nakas.
"Tidak ada seks? Dan phi malah bawa kondom?" Krist menggeleng kagum, kagum dengan kelicikan Singto.
"Dikasih Pho tadi pas di lift, katanya jangan sampai Krist hamil, begitu!" Sanggah Singto. Krist melebarkan matanya hingga hampir saja terlepas menggelinding itu mata.
Krist berjalan ke arah nakas, melihat bungkusan.
"Bukan cuma satu tapi ENAM?!" Krist terkejut, Singto hanya mengangkat bahunya tak peduli, namanya di kasih masa mau protes? Hahahaha.
Krist hanya menghela nafas dan mulai merapikan pakaian miliknya dan milik Singto, padahal Singto tidak memintanya, tapi sepertinya Krist peka. Susah nyari yang peka tuh.
Krist baru saja membaringkan tubuhnya saat seseorang mengetuk pintu, "Biar aku yang yang buka," Singto menahan Krist yang akan bangun dari acara merebahkan tubuh.
Ternyata pesanan makanan dari Mae untuk Krist dan Singto. Dua nampan berisikan makanan lengkap di letakkan di atas meja tepi jendela besar. Krist yang tau jika makanannya tiba langsung bangun dan duduk dengan tenang, menunggu Singto duduk didepannya.
"Krist lapar?" Tanya Singto dan Krist langsung mengangguk cepat, pakai di tanya ya iyalah lapar, orang tadi belum makan.
"Phi juga lapar, nanti makannya gantian ya?" Saran Singto pada Krist.
"Kenapa tidak sekalian?" Krist tampak mengerutkan keningnya. Kan tinggal makan? Bareng kan juga bisa?"
"Mana bisa? Kan Phi maunya makan Krist, bukan makan nasi?" Eska jadi malu 😳 eh maksudnya Krist tampak menunduk sembari tersenyum, malu malu cat...
"Phi bercanda...??" Tanya Krist yang sudah bisa mengontrol senyumnya.
"Mana bercanda? Masa makanan di bercandain? Tidak sopan..." Singto mulai menyendokkan makanannya.
"Phi katanya mau makan Krist? Kok udah nyendok aja?"
"Habisnya takut tenaganya habis kalo mau makan Krist tapi belum isi perut..."
"Nanti setelah makan nasi mandi ya?" Krist mengalihkan pembicaraan, Singto mengangguk.
"Mandinya pakai sperma sama keringat..." Uhuk uhuk Singto langsung terbatuk mendengar kalimat selanjutnya dari Krist.
"Junior Krist belum masuk, kok udah tersedak Phi?" Eh bukannya batuk Singto mereda, malah semakin menjadi, Krist tampak tertawa puas sebelum berdiri dari duduknya, menepuk pelan tengkuk Singto.
"Phi minum dulu... Sekarang minum airnya bening dulu, putihnya nanti habis makan..." Uhuk uhuk uhuk... Singto tambah terbatuk, ingin menggoda Krist ternyata Singto yang tergoda.
Astaga receh banget pembicaraan mereka... Receh seribuan 😒😒😒
.
.
.
.
.TEBECEH
*pengalaman pribadi, gw pernah tuh, rencana berangkat besok subuh. Eh malem sebelumnya, Bapak yang baru pulang keluar kota, jam 8 malam beliau sampek rumah langsung bilang, "Kita berangkat jam 9!" Bayangin betapa terseok-seok kami sekeluarga persiapan berangkat liburan tuh -_-
*BONUS*