Setelah bertengkar, melakukan seks, dan tertidur lagi, Krist masih duduk di atas ranjang dengan wajah cemberut nya. Penyebab ia cemberut karena lima menit yang lalu aku baru mengatakan jika semuanya telah kembali pulang, dan meninggalkan aku serta Krist di sini. Dan bukan hanya karena Mae dan Pho tidak berpamitan yang membuat Krist kesal, tapi karena aku yang tau dan tak mengatakan padanya sedari awal.
Aku masih tenang membereskan barang-barang kami, aku sudah menghubungi seseorang untuk mengurus kepulangan kami sore ini, jadi kami juga akan segera menyusul Mae dan Pho.
"Nong?"
"Jangan panggil aku! Phi menyebalkan!" Lihat? Dia masih marah.
"Lapar tidak?"
"Lapar!"
"Mau makan?"
"Mau!" Marah tapi lapar? Ya jadi begini....
"Ayo makan!" Aku mengulurkan tanganku ke arahnya, tapi ia mengabaikan itu dan memilih turun dari ranjang tanpa bantuanku.
"Nong tidak mau pakai jaket?"
"Tidak!" Aku menghela nafasku panjang saat mendengar ini, mungkin jika wanita, dia tengah PMS. Meskipun Krist mengatakan tidak mau pakai jaket, aku tetap meraih jaketnya, karena aku sendiri juga sudah mengenakan jaket. Kasihan jika ia nanti kedinginan.
Aku segera menyusul Krist dengan sedikit lari kecil saat Krist sudah berjalan keluar kamar mendahului. Aku berjalan di belakangnya yang tengah menuju lift, aku tak yakin akan berjalan disampingnya jika ia tengah memasang muka marah. Aku masih berjalan di belakangnya bahkan hingga kami keluar lift.
"Hay..." Seorang lelaki tengah menyapa Krist, jika Krist diam, aku akan mengabaikan lelaki itu tapi Krist baru saja menanggapinya.
"Kau bersama seseorang?" Tanya lelaki itu, aku hendak menjawab, tapi Krist mendahului berkata, "Tidak, aku sendiri".
Ah, ingin sekali aku menarik Krist ke arahku tapi Krist lebih dulu menarik tangan lelaki itu, mengajak jalan bersama. "Jika kita sama-sama sendiri. Bagaimana jika kita jalan bersama?"
"Tentu, aku hendak mencari makan. Mau makan bersama?"
"Boleh, kudengar ada restoran dengan masakan khasnya di dekat sini. Bagaimana jika kita kesana?" Tawar Krist pada lelaki itu.
"Baiklah kita kesana bersama." Saat Krist dan lelaki itu akan melangkahkan kaki, aku menarik tangan Krist dengan cepat hingga Krist menubruk tubuhku.
"Maaf, tapi dia bersamaku." Setelah mengatakannya, aku merengkuh tubuh Krist untuk menggiringnya berjalan meninggalkan lelaki itu.
Krist tak mengeluarkan bantahan apa pun, ia diam mengikuti langkahku. Aku menghentikan langkahku saat kami sudah memasuki lift. Aku melepaskan tanganku, menurunkan tangan yang sebelumnya berada di pundak Krist. Menarik Krist untuk menghadapku, memasangkan jaket ke tubuhnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah memasangkan jaket kepada tubuh Krist, aku kembali menghadap ke pintu lift, dan saat yang tepat pintu lift terbuka, aku melangkah lebih dulu, menggenggam tangan Krist dengan tangan kiriku supaya ia tetap berada dekat denganku.
Kami berdua melangkahkan kaki keluar hotel, menuju restoran yang dimaksud Krist dengan lelaki tadi. Saat kami berjalan kaki menuju restoran itu, tiba-tiba Krist menghentikan langkahnya, membuat aku menoleh ke arahnya.
"Phi tidak marah?" Tanyanya.
"Kenapa Phi harus marah?"
"Karena aku menggoda laki-laki lain di depan Phi?"
"Nong tau tidak jika itu tadi salah?"
"Tau"
"Lalu kenapa tetap Nong lakukan?"