Chapter 2

1.5K 92 13
                                    

Ucapan Hill sudah sangat jelas. Mereka akan bertemu di hari sabtu siang agar Hill bisa memberikannya penjelasan sebelum ia mulai bekerja di hari senin. Eirlys mengangkat tasnya setelah yakin semua kebutuhannya sudah ia bereskan. Ia mengurungkan niatnya ke luar kamar saat matanya tertuju pada sesuatu di atas ranjangnya.

Sebuah boneka beruang yang mengenakan kostum Captain America. Meski benda sederhana itu agak lusuh, boneka itu tetap terlihat bersih karena Eirlys merawatnya dengan baik. Tanpa bisa dicegah, sebuah kenangan masa lalu terlintas di benaknya. Saat ia menyusup ke mobil Mr. Stark karena bosan dan hendak kabur ke museum Smithsonian untuk melihat pameran Captain America.

Saat itulah Eirlys mengenal istri serta anak semata wayang Mr. Stark, Maria dan Tony Stark. Sejak pandangan pertama Maria langsung menganggapnya seperti anak sendiri, mengajarinya berbagai hal, mengajaknya ke beberapa tempat di New York, bahkan membelikannya es krim vanila yang hingga saat ini menjadi favoritnya.

Sedangkan Tony? Eirlys tidak bisa menahan senyum gelinya mengingat ekspresi Tony Stark saat itu. Tony menatapnya sinis seolah Eirlys adalah anak dari hasil hubungan gelap Mr. Stark dengan wanita lain. Pemuda itu bahkan mengekorinya kemana pun saat ia bersama Maria dan terus memperingati sang ibu untuk tidak terlalu akrab dengannya. Tapi hubungannya dengan Tony mulai membaik saat suatu malam Eirlys terbangun karena mimpi buruk dan memilih untuk membuat pancake.

"Apa yang kau lakukan?"

"Membuat pancake. Kau mau?"

Tony melihat gadis kecil itu berdiri di hadapan kompor dengan bantuan bangku kecil lalu beralih melihat kekacauan di atas meja dapur ; kantong tepung, kulit telur, karton susu serta madu.

"Ini jam dua pagi!" seru Tony dengan suara tertahan karena tak ingin membangunkan orang lain.

"Aku mimpi buruk, Mr. Stark. Dan pancake selalu membuatku merasa lebih baik," balas Eirlys yang mulai membereskan kekacauan di meja lalu melirik poci kopi di tangan Tony. "Mau kubuatkan kopi?"

"Aku bisa buat sendiri, kau lanjutkan saja apa yang sedang kau lakukan."

Eirlys hanya mengangkat bahu mendengar jawaban sinis Tony dan kembali mengelap meja dapur dengan serbet. Ia menyadari Tony masih mengawasi di belakang punggungnya saat ia terdiam memegangi kantong tepung dan menatap konter dapur yang tinggi.

Tony menghela nafas dan menyodorkan tangannya. "Sini. Biar aku yang letakkan. Lagipula, bagaimana bisa kau mengambil tepung itu sendiri? Kau tidak membangunkan Jarvis, kan?"

Sebagai jawaban, Eirlys justru melakukan gerakan akrobat dengan berlari melewati Tony, melompat dengan kaki bertumpu di dinding lalu mendarat di kedua bahu Tony.

"What the… apa yang kau lakukan?! Turun dari bahuku!"

"Tentu," jawab Eirlys singkat setelah menyimpan tepung di tempatnya lalu bersalto ke belakang dan mendarat mulus di kedua kakinya. Ia tersenyum polos saat Tony berbalik dan menatapnya kesal bercampur heran.

"Bagaimana bisa kau melakukannya?"

"Membuat pancake atau melompat untuk menyimpan tepung tadi?"

"Keduanya."

"Akan kuceritakan kalau kau mau membantuku menghabiskan pancake ini."

"Lupakan."

"Aaah. Ayolah. Aku akan memberi bagian pancake yang banyak," rengek Eirlys sambil memeluk kaki Tony. "Pleaaaase…"

Tony berusaha untuk terlihat tidak peduli. Tapi tatapan dari mata bulat Eirlys berhasil meluluhkannya. Ia hanya bisa menghela nafas keras saat mendapati dirinya sudah duduk di meja makan dengan sepiring pancake dan secangkir kopi panas di hadapannya.

You're The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang